Oleh :
Deny Rochman
Pada tanggal
9-10 April 2016 saya mengikuti Pelatihan, Terapi dan Konsultasi Ruqyah Syari’iyah
di Kampus Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP). Kendati model terapi
ruqyah bukan barang baru di kalangan masyarakat Islam Indonesia, namun
penyelenggaraan pelatihan di kampus Muhammadiyah ini memberikan nuansa yang
berbeda dibandingkan diadakan di pondok-pondok pesantren.
Nuansa
berbeda itu menjadi daya tarik saya untuk mengikuti pelatihan tersebut. Pertama, sejak lama saya tertarik dengan
permasalahan seputar kejiwaan manusia. Mengapa jiwa? Jiwa merupakan substansi kekuatan
yang menggerakan manusia, sementara jasad merupakan “benda mati” yang melekat
pada manusia. Jasad tanpa jiwa manusia hanya mayit tak bergerak.
Maka tidak
heran jiwa menjadi pokok bahasan yang tidak pernah habis dikupas dalam dunia
sains. Menjadi kajian para pakar psikologi, sosiologi hingga ilmu kedokteran. Bahkan Prof. Dr. Ahmad Syauqi Ibrahim menyebut
jiwa dalam bukunya “Misteri Potensi Gaib Manusia” sebagai salah satu potensi
gaib, selain roh, akal dan qarin.
Kedua, sebagai guru ilmu sosial (IPS) yang
menyandang gelar magister psikologi pendidikan Islam (M.Pd.I) rasanya perlu
tahu tentang terapi ruqyah. Terapi ini lebih banyak bekerja di wilayah potensi
gaib manusia. Sebuah potensi yang menjadi bagian dari ranah pembelajaran dan
pendidikan. Keberhasilan belajar anak lebih banyak dipengaruhi sisi psikologis
(jiwa) dan potensi gaib lainnya daripada sisi jasmani. Disinilah perlunya guru
menguasai ilmu psikologi pendidikan.
Ilmu yang
serupa juga terus dipelajari seperti hypno-learning, hypnosis dan beragam
terapi psikologi dan neurologi yang mendukung pendidikan. Kemampuan itu harus
terus diasah mengingat mendidik dan mengajar siswa saat ini berbeda tantangan
dan masalahnya yang lebih kompleks. Sebagai guru kita sadar bahwa sekolah
menjadi entri point dalam menciptakan kaulitas manusia yang insan kamil demi
perbaikan peradaban manusia di masa mendatang.
Ketiga, problem kesehatan manusia di masa
depan lebih banyak bermuara pada masalah psikis-psikologi, atau penyakit rohani.
Tren tersebut dilandasi karena manusia akhir jaman tersebut lebih gandrung pada
kehidupan dunia yang bersifat materi (materialistis) atau yang sering disebut
dalam hadist penyakit wahn, cinta dunia dan takut mati.
Keempat, pelatihan, terapi dan konsultasi
ruqyah yang diselenggarakan oleh Lembaga Pengkajian dan Pengalaman Islam UMP
ini menghadirkan pembicara berkelas nasional. Ustadz Muhammad Faizar adalah terapis
yang sering tampil di acara ruqyah di sebuah stasiun televise swasta nasional. Pria
asal Banyumas Purwokerto ini kendati masih usia muda namun ilmunya cukup
mumpuni dalam hal kitab sihir dan jin. Apalagi pernah menimba ilmu di kawasan timur
tengah Mesir, yang dikenal sejak lama ilmu sihirnya.
Alasan kelima mengapa saya mengikuti acara
pelatihan, terapi dan konsultasi ruqyah adalah karena penasaran dengan manhaj
yang dimimiliki Muhammadiyah. Satu ketika saya pernah berdiskusi tentang
fenomena kesurupan dan dunia lain dengan seorang ustadz di lingkungan
Muhammadiyah kab. Cirebon. Ustadz ini sebelumnya dikenal sebagai lascar jihad
kelompok assunah atau salaf.
Secara pribadi
ustadz itu percaya tentang adalah fenomena kesurupan dan berikut terapinya. Namun
saat diajak untuk sharing terbuka dalam sebuah forum yang bersangkutan
keberatan. Alasannya topic tentang kesurupan dan terapinya masih belum diterima
secara utuh bahkan kontroversi di kalangan warga Muhammadiyah. Sehingga dia
tidak mau berdiskusi masalah tersebut jika hanya membuat gaduh organisasi. Benarkah?
Memang dalam
proses perjalanan organisasi saya di Muhammadiyah belum pernah ada penanganan khusus
jika ada fenomena kesurupan. Satu contoh misalnya saat saya masih kuliah pernah
mengadakan pengkaderan, satu diantaranya di kampus Universitas Muhammadiyah
Purwokerto (UMP), satu ketika pernah terjadi kasus yang diduga kesurupan. Saat itu
penanganannya hanya secara medis, yang kebetulan banyak anggota IMM kala itu
dari mahasiswa Akper Muhammadiyah.
Melihat fenomena
tersebut, saya pernah berpesan kepada para mahasiswa Akper tersebut. Sebagai mahasiswa
kesehatan dilingkungan Muhammadiyah selain mempelajari ilmu sains, tetapi juga
bisa mengenal ilmu ruqyah. Mengapa? Karena ia kelak di masyarakat akan
menghadapi komplesitas penyakit manusia. Dengan mengenal ilmu ruqyah, paling
tidak perawat itu bisa memilah apakah pasien yang dihadapi itu adalah pasien
penyakit medis atau sebaliknya.
SUMBER
PENYAKIT
Semua penyakit pada manusia salah satu bersumber dr setan. Karena makhluk
Allah yg satu ini tidak ikhlas dan ridho thd anak cucu Nabi Adam. Maka sgl daya
dan upaya mereka lakukan utk melumpuhkan dan menyesatkan manusia, termasuk
melalui sakit yg dihebuskan, baik sakit jasmani maupun rohani.Ustadz Muhammad Faizar mengatakan, pernyataan di atas relevan dg hadist Nabi Saw jika setan berjalan di dlm pembuluh manusia. Melalui pembuluh darah ini setan mendompleng virus, bakteri atau mikroba shg merugikan kondisi fisik tubuh manusia.
"Dari sisi psikolgis, setan membujuk dan menggoda manusia agar selalu marah, sedih, cemas, stres. Kondisi ini dlm waktu lama akan memicu penyakit lainna seperti diabet, jantung dsb," ungkap Ustadz yang biasa tampil di acara Ruqyah di Trans7 dlm acara pelatihan terapi ruqyah syar'iriyah di Masjid KH Ahmad Dahlan Univ. Muhammadiyah Purwokerto Banyumas, Sabtu (9/4).
Menurut pria asal Sokaraja Banyumas ini, Al Quran sbg wahyu ilahi tdk hny berisi ajaran ibadah, tetapi juga pengobatan secara Islami. Dengan cara tersebut setan tdk bisa mngendalikan manusia. Ada byk ayat dijumpai dlm al Quran bisa mngobati penyakit jasmani maupun ruhani.
Faizar menjelaskan, sbg manusia dirinya tdk bisa mengeluarkan jin dr tubuh manusia. Karena sejak lahir manusia sdh membawa qorin jin dan qorin malaikat. Jk watak manusia cenderung jahat maka qorin yg berkembang adalah qorin jin. Begitu jg sbaliknya.
"Maka berbagialah orang2 yg diberikan kejelasan ttg dosa dan kesalahan2nya. Itu pe tanda Allah sayang sama kita. Sbaliknya mereka yg tak disayang Allah ditutup mata hatinya shg merasa bener tanpa salah hingga dibukakan kala hari hisab," tuturnya.
Dalam pelatihan sehari penuh Ustadz Faizar menyampaikan teori dan pengalaman ruqyah selama ia tinggal di Mesir. Selain praktek deteksi korban kena sihir peserta yg hadir. Keesokan harinya Ahad acara dilanjutkan ruqyah massal di kampus yg sama. (*)