Komunitas Asal Gowes Radar Cirebon kembali mengaspal jalanan desa. Target kali ini adalah Wisata Konservasi Cikuya Belawa Kec. Lemahabang Kab. Cirebon. Namun gowes akhir pekan ini (21/11), mengalami ujian tak kecil bagi personil.
Laporan:
DENY ROCHMAN
Penikmat Asal Gowes Radar Cirebon
Perjalanan diawali dari kantor Radar Cirebon Jalan Perjuangan Kota Cirebon. Rombongan gowes sebanyak 20 orang menuju Durajaya Kec. Beber. Beberapa personil hadir ikut. Seperti Mas M. Noupel, anggota DPRD Kota Cirebon. Personil termuda adalah puteri Pak Iing Casdirin, yang masih usia SMP.
Menulusuri jalanan desa, pesawahan, dataran tinggi dan turunan. Kendati kondisi jalan beraspal cukup baik, namun jalanan kecil, berkelok, tanjakan tinggi dan curam cukup membuat kerepotan para awak gowes.
Malah, saat baru gerak dari Durajaya armada saya sempat mengalami gangguan. Sepeda mendadak tidak bisa jalan. Sejumlah personil mencoba membantunya. Semula sumber gangguan dari rantai. Tetapi ternyata dari rem belakang. Plat piringan rem bautnya lepasnya lepas. Tidak tanggung-tanggung ada empat dari lima baut yang terpasang.
Beruntung tak jauh dari lokasi, bos Radar Cirebon menginfokan. Bahwa ada bengkel sepeda di perkampungan di sana. Alhamdulillah perjalanan bisa langsung dilanjutkan. Sayangnya personil sudah kadung terpencar tiga arah rute. Rute saya terasa paling sulit. Harus melewati tanjakan jalan dengan kemiringan hingga 45 derajat. Terpisah jauh dengan rombongan.
Dengan sepeda dengan ukuran ban 26 steel, saya mencoba terus memacu. Walau pun tim penyapu berkali-kali menawarkan untuk diloading. "Kalau diloading mau ditaroh dimana muka saya. Ngapain saya harus capek-capek gowes kesini," gemam saya dalam hati sambil terus mengerahkan energi full power.
Keluar dari Desa Kamarang Putat, saya kehilangan arah rute. Mampir sejenak bertanya ke warga sekitar. Ternyata pria duduk di depan toko sembako adalah kawan sekolah masa SMP dan SMA di Muhammadiyah Lemahabang. Tak lama, saya terus bergegas menuju arah Desa Wangkelang melalui jalan tembus dari Desa Putat.
Sekitar 2 kilo lagi sampai ke lokasi, sepeda saya kembali alami gangguan. Tali sepatu terlilit dipedal. Setelah masuk lokasi wisata Cikuaya, rombongan lain sudah sampai lebih awal. Tengah istirahat sambil makan serabi, lontong dan gorengan. Beberapa sruput teh manis hangat. Jus mangga gedong di kios lokasi melengkapi menu istirahat tim.
Di lokasi wisata yang berbau mistis ini, tim sempat melihat penangkaran telur kura-kura. Kini jumlah hewan spesies langka itu sudah hampir 1000 ekor. Menurut Kuwu Desa Belawa, produksi kura-kura selama ini tidak dijualbelikan. Baik hewannya maupun telurnya. Selain hewan langka, kura-kura Cikuya punya historis mistis. Konon jelmaan dari manusia, sehingga batok punggungnya berbeda dari hewan sejenis.
Sebelum kembali ke kota, rombongan meninjau sentra mangga produksi home industri. Tidak jauh dari lokasi Cikuya. Pohon yang menyebar di puluhan hektar milik berbagai kelompok tani. Di lokasi tersebut pemerintah membangun rumah olahan mangga. Pola pengolahan mangga dengan konsep agribisnis.
Sekembali dari Cikuya rombongan memutuskan untuk gowes kembali. Rute yang diambil ke arah Gemulung Lebak menuju Sinarancang. Sebuah rute curam penuh tanjakan dan turunan. Beberapa personil terlihat begitu kelelahan. Maklum mereka adalah pekerja jurnalis Radar Cirebon Group, apalagi ada satu anggota baru usia SMP dan perempuan. Tapi tenaganya luar biasa. Puteri Pak Iing Casdirin, Pemred koran Rakyat Cirebon.
Mendekati Danau Setu Patok, musibah kembali menimpa armada saya. Kali ini saya pasrah. Walau harus menutup muka dengan masker. Yah, ban depan sepeda meletus. Dooor. Penyebabnya ada benda tajam yang menusuk ban. Penyebabnya tekanan angin ban diduga terlalu keras. Beruntung, pecah ban terjadi sebelum jalan turunan curam Sinarancang.
Alhamdulillah sepeda diangkut sama pemiliknya hingga di depan rumah. Sungguh perjalanan yang melelahkan. Menjelajah jalan sepanjang hampir 40 km (PP). Tapi ngeri-ngeri sedaaap. Sampai jumpa di petualangan gowes Sabtu depan 20 November 2020. Rencananya akan babat alas curug di Desa Dukupuntang Kab. Cirebon. (*)