Pada Senin Selasa 23-24 Mei 2022 kawasan kampung Kesunean terendam air. Tak ada hujan, tak ada banjir kiriman. Air merendam tiga RW hingga ketinggian 40 cm. Kendati kampung RW 7, 8 dan RW 9 bak menjadi sungai dadakan, namun warga di sana beraktifitas seperti biasa.
Mereka pedagang tetap berjualan. Yang pegawai, pelajar tetap berangkat. Beberapa anak bahkan terlihat asyik bermain air. Dijadikan momen rekreasi waterboom gratisan. Sementara air sudah menggenangi seluruh sudut kampung hingga bertamu ke rumah-rumah penduduk.
Pemandangan serupa dijumpai warga di RW tetangga kelurahan lain. Pemukiman pendudukan yang berada dekat bibir pantai. Tak hanya di Kota Cirebon tetapi juga Indramayu, Kab. Cirebon bahkan hingga ke Semarang. Karena banjir itu datang dari rob air laut Jawa.
Rob kali ini dianggap cukup besar daripada rob biasanya karena cuaca extrem. Sehingga ketinggian air di kampung-kampung lebih tinggi dari rob biasanya. Di Semarang arus air laut rob mampu menghancurkan tanggul hingga banjir setinggi dada orang dewasa.
Pengurus kampung dan warga Kesunean memang tak begitu panik dengan fenomena banjir rob. Seolah itu sudah dianggap bagian dari kehidupan mereka. Kehidupan masyarakat tepi laut yang sering diterjang banjir rob atau banjir kiriman dari daerah hulu dan hilir.
Mengurai masalah, mencari solusi banjir di Kesunean memang tidak mudah. Pertama, secara geografis daratan kota Cirebon lebih rendah daripada lautan. Kedua, pendangkalan/sedimentasi sungai dan laut cukup tinggi akibat lumpur dan sampah mulai dari hulu hilir hingga muara.
Ketiga, akses drainase saluran air semakin terbatas, mengecil, tersendat dan macet. Keempat, kepadatan penduduk makin bertambah hingga merambah ke tepi laut. Kelima, fasilitas infra struktur, sarana dan prasarana kurang mendukung, atau tidak terpelihara.
Untuk menyelesaikan masalah banjir dan rob di kawasan pesisir Kesunean harus memperhatikan faktor-faktor tersebut. Tidak bisa ditangani secara parsial. Seperti upaya pengurus RW 08 kerja bakti di kampungnya pasca rob. Rencana pengerukan muara sungai cipadu dan penutupan pintu air di RW 07. Atau penutupan delapan titik lubang tanpa pintu air di sungai besar RW 09.
Dalam lingkup Kel. Kesepuhan, paling tidak tiga RW Kesunean itu harus ditangani secara terpadu dan berkesinambungan. Menutup celah-celah kemungkinan air banjir masuk ke perkampungan. Ini pun belum dihitung dengan RW tetangga perbatasan, seperti RW Cangkol Kel. Lemahwungkuk dan RW Paguyuban Kel. Pegambiran.
Artinya perlu kerja keras, kerja bersama dan kerja tuntas dalam mengatasi banjir di kampung Kesunean. Melibatkan dari unsur pemerintah kota, provinsi bahkan pemerintah pusat. Karena penangannya dari sisi sungai ada dua sungai yang melintasi kawasan itu. Dua sungai ini kewenangan Pemprov Jabar.
Dua sungai ini masih dijumpai pemeliharaan sarana tanggul yang kurang memadai. Khususnya beberapa titik masih belum terpasang pintu air. Selain adanya penyempitan dan pendangkalan air sungai. Perlu anggaran rutin setiap tahun dalam pemeliharananya.
Berikutnya, perlu dibangun tanggul penahan ombak ditepi pantai. Plus dibuat pintu air, akses jalan pembuangan dari warga. Hal ini juga diusulkan pengurus dan warga setempat. Anggaran besar ini menjadi tanggung jawab Pemerintah Pusat.
Jika dikembangkan, tanggul ini bisa menjadi kawasan wisata baru. Seperti program Kotaku di pesisir Panjunan. Tanggung panjang bisa dibuat spot untuk joging, bersepeda dan wisata pantai keluarga. Apalagi di sana sudah ada hutan mangrove, sungai dan kolam pemcingan, bisa dikembangkan menjadi destinasi wisata termasuk wisata air sungai. Sayangnya akses kendaraan mobil sulit menjangkau ke tepi laut dari jalan raya Kesunean.
Akses drainase perkampungan di sana perlu diperbaiki dan diperlihara. Saluran air selokan, got berdasarkan pantuan rata-rata ditutup pakai deker/didak dengan bak kontrol. Namun tidak semua saluran pemeliharaannya terlihat tidak berjalan dengan baik. Sehingga terjadi genangan dan kemacetan pada sejumlah lokasi.
Betonisasi, pelurisasi, aspalisasi tanpa sadar menambah buruknya akses drainase dan serapan air di kampung itu. Akibatnya air yang datang, apakah air hujan, air banjir kiriman, air pasang laut atau air limbah rumah tangga ketika datang lama mengalir dan menyerapnya.
Pembuangan air limbah rumah tangga mulai ditata kembali. Tak ada lagi pembungan mereka langsung ke sungai atau ke laut. Semua harus masuk saluran induk drainase kampung ke pintu air utama sungai.
Artinya jika air sungai atau air laut naik (pasang) maka cukup pintu air utama di sejumlah titik yang ditutup. Tidak masuk lagi ke lubang-lubang saluran air limbah rumah tangga yang langsung ke sungai/laut.
Kerja bakti warga menjadi solusi jangka pendek yang bisa dilakukan. Kerja bakti massal bersinergi berkolaborasi melibatkan semua pihak elemen masyarakat, khususnya di kampung Kesunean. Kerja bakti yang diprogram secara rutin dan terpadu. Sasarannya membersihkan got got saluran air dari lumpur, sampah, benda-benda dan kotoran lainnya.
Pemeliharaanya, seluruh warga tidak membuang sampah sekecil apapun ke selokan, aliran sungai, atau ke laut. Pengelolaan bank sampah di RW 09 Kesunean Selatan sudah bagus. Selain mengurangi volume sampah di TPA juga usaha ini bisa menghasilkan rupiah. Tinggal bagaimana sisa sampah bisa dibuang ke TPS resmi.
Mengatasi banjir Kesunean memang tidak mudah. Perlu penanganan holistik terintegrasi dari semua pihak. Dari sisi pemerintah menyiapkan dan memelihara infrastruktur sarana dan prasarana. Dari sisi masyarakat, menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan. Membantu memelihara sarana prasarana tanggul, drainase, pintu air dan fasilitas penunjang lainnya. (*)
Kesepuhan, 3 Juni 2022
PaDE Rochman