Dulu orang merasa biasa ketika menderita sakit influenza. Kini ada bayang-bayang kematian ketika body bergejala sakit flu, sakit tenggorokan, nyeri otot, sakit kepala, hidung berair, tubuh lemas, dan demam. Sejumlah kasus ditemukan akhir-akhir ini, gejala sakit influenza berujung pada kematian. Influenza berkembang pada sesak nafas.
Sebelum ramai pandemi covid-19, gejala influenza biasa diterapi dengan obat-obatan yang dijual bebas di pasaran. Paracetamol dan ibuprofen menjadi kandungan utama pada obat-obat kimia jenis penyakit ini. Bagi pecinta obat alami, terapi flu dengan rempah-rempah seperti jahe, temulawak, jeruk, bawang putih, garam, madu, jinten hitam, teh, air putih, kayu manis, daun mint dan jenis lainnya.
Sejak dunia dilanda virus corona (covid-19), sakit bergejala influenza kian menakutkan. Gejala flu selalu diidentikkan dengan penyakit covid-19 yang dikenal mematikan. Banyak orang akhirnya memilih atau menolak di tes swab jika kondisi bodynya sedang flu. Pernah terjadi kasus, seorang ibu mengalami demam usai kehujanan. Namun ketika di tes swab dinyatakan positif covid-19.
Orang awam memahami tes swab atau sejenisnya belum bisa membedakan mana virus influenza dan mana virus covid. Karena kedua virus ini memiliki gejala hampir sama. Keduanya merupakan virus menyerang pernafasan. Asumsi inilah menyebabkan banyak orang ogah menjalani tes jika tengah gak enak body. Apalagi ada pemberitaan kasus dicovidkan. Jika positif, sanksi sosial menanti. Diisolir warga.
Situs alodokter.com menjelaskan, flu atau influenza adalah infeksi virus yang menyerang hidung, tenggorokan, dan paru-paru. Penderita flu akan mengalami demam, sakit kepala, pilek, hidung tersumbat, serta batuk. Tidak sama flu dengan batuk pilek biasa (common cold). Flu dan batuk pilek walaupun gejalanya mirip, kedua kondisi ini disebabkan oleh jenis virus yang berbeda. Gejala flu lebih parah dan menyerang secara mendadak. Bahkan seringkali memicu penyakit serius lainnya, seperti pneumonia.
Pneumonia adalah infeksi bakteri, virus atau jamur yang menimbulkan peradangan pada kantung udara di salah satu atau kedua paru-paru, yang sehingga mengakibatkan paru paru berisi cairan sehingga pneumonia sering disebut juga radang paru paru atau paru paru basah.
Sedangkan gejala batuk pilek biasa cenderung ringan dan muncul secara bertahap.
Situs m.klikdokter.com menerangkan gejala influenza antara lain : Sesak nafas dengan atau tanpa sumbatan hidung, bersin-bersin, tenggorokan gatal, hidung meler, batuk, suara serak, lemas, sakit kepala, demam (biasanya ringan), mata berair.
Secara klinis, penyebab virus flu dan covid berbeda. Situs alodokter.com menuliskan, virus penyebab flu berasal dari golongan rhinovirus. Virus ini menyebar dari manusia ke manusia. Paling sering menyerang anak-anak atau remaja. Infeksi rhinovirus bisa terjadi sepanjang tahun, tapi paling sering di musim hujan. Sedangkan COVID-19 disebabkan oleh virus dari golongan coronavirus.
Sama seperti rhinovirus, virus Corona juga menginfeksi saluran pernapasan. Oleh karena itu, orang yang menderita COVID-19 bisa mengalami gejala yang mirip dengan flu. Meski begitu, virus Corona yang sekarang sedang mewabah lebih sering menyebabkan keluhan pada saluran pernapasan bawah. Virus Corona bisa menyerang siapa saja, termasuk ibu hamil atau menyusui serta bayi dan anak-anak. Munculnya gejala COVID-19 ini disebabkan oleh reaksi tubuh untuk melawan virus Corona
Pada awal wabah, gejala utama virus corona yaitu: demam tinggi, batuk, sesak napas. Dalam perkembangannya, orang makin sulit membedakan gejala khusus antara virus flu dengan corona. Gejala lainnya pasien juga bisa mengalami gangguan pengecapan atau penciuman, nyeri otot, sakit kepala, sakit tenggorokan, pilek, diare, mual, dan muntah. Namun, gejala ini tidak selalu terjadi pada pasien COVID-19. Tampaknya penyakit bawaan pasien bisa berdampak pada gejala yang berbeda. Apalagi covid menyusup kepada orang yang daya imunnya sedang melorot.
Memang penyakit disebabkan oleh virus gampang menular. Baik virus influenza maupun corona. Apalagi covid-19 kini sudah bermutasi beragam varian. Varian Delta dianggap penularannya lebih cepat. Virus India ini sedang menyerang rakyat Indonesia. Hingga pertengahan Juli 2021 angka kematian covid perhari mencapai seribu kasus. Ini membuat pemerintah memberlakukan PPKM selama bulan Juli.
Virus menular melalui ludah yang dibatukkan atau dibersinkan oleh penderitanya. Selain itu, tangan ataupun benda- benda lain yang terkontaminasi virus juga dapat menjadi media berpindahnya virus. Maka, menjaga kebersihan dan menjaga jarak, atau menjauh upaya preventif penyebaran virus lebih luas.
Berbeda dengan bantuk dan pilek, untuk penyakit flu bisa berdampak komplikasi. Parah tidaknya komplikasi tergantung dari sakit penyerta (kormobid) si penderita. Jenis kormobid akan mempengaruhi tingkat komplikasi. Semakin banyak penyakit penyerta diderita, maka semakin komplikasi flu terjadi. Ini akan menghambat penyembuhan, bahkan akan memicu kematian.
Angka kematian covid-19 kian meroket. Perhari rata-rata pada akhir Juni hingg awal Juli mencapai 1000 kasus. Seluruh ruang perawatan rumah sakit penuh. Tempat-tempat isolasi juga sama. Banyak warga memilih isolasi mandiri di rumah. Tanpa pengawasan dari pihak medis. Fasilitas tabung oksigen sulit. Kebutuhan plasma darah sulit terpenuhi. Pada sisi lain, tenaga kesehatan (nakes) banyak yang tumbang. Terpapar, dan banyak yang gugur.
Setiap hari berita kematian terus beredar. Melalui medsos, WA, dari pengeras suara masjid. Suara raungan ambulan berseliweran. Setiap hari, setiap sekian jam, terlihat iring-iringan jenazah. Bahkan di Jakarta, pemakaman korban covid dilakukan sampai 24 jam. Banyak korban meninggal di rumah sakit. Tak sedikit yang meregang nyawa di rumah sendiri.
Di tingkat RW (Rukun Warga), misalnya, selama PPKM pertama (3-20 Juli) ada satu RW yang mencatat kematian warganya sebanyak 13 orang. Sebagian gejala awalnya influenza hingga sesak nafas mendadak. Jumlah dan waktu kematiannya begitu dekat dan masif. Ini tentu sangat menakutkan. Jika ini terus terjadi, lahan pemakaman pun akan mengalami krisis.
Pada Juli ini tren sakit influenza meningkat. Menjadi teror kematian bagi mereka yang terpapar. Karena gejala influenza makin tipis dengan gejala covid-19. Berbagai kasus kematian yang dianggap gejala influenza biasa, masuk angin, pegal-pegal dan sebagainya mengganggu sugesti kesehatan masyarakat. Mereka yang merasa gejala sama, kadang sering terlintas kematian.
Pengobatan sakit flu meliputi istrirahat, serta banyak minum dan obat- obatan. Usahakan untuk beristirahat serta selalu dalam keadaan hangat dan nyaman. Jika terdapat demam atau gejala yang berat, maka penderita harus menjalani istirahat total di rumah. Minum banyak cairan dapat membantu mengencerkan secret atau lendir hidung sehingga lebih mudah untuk dikeluarkan.
Jika batuk yang menyertai hebat, diperlukan bantuan obat antibatuk. Dalam hal ini, antibiotik tidak efektif untuk mengobati influenza. Sebab umumnya influenza terjadi karena infeksi virus. Sedangkan antibiotik hanya terbukti efektif untuk infeksi bakteri.
Pencegahan influenza yang dapat dilakukan adalah menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Sebaiknya sering mencuci tangan, membuang tisu kotor pada tempatnya serta membersihkan permukaan barang-barang. Mengkonsumsi vitamin C dosis tinggi bisa mengurangi resiko terinfeksi influenza. (*)
Penulis:
DENY ROCHMAN
Pegiat Komunitas Literasi Gelemaca
Pengurus Jabar Bergerak Kota Cirebon