Juli 23, 2021

Tim Literasi Finalis Simposium Nasional


Satu lagi personil tim literasi Jawa Barat yang masuk finalis lomba tingkat nasional. Dia adalah guru SMP Negeri 4 Kota Cirebon yang lolos 10 besar finalis Simposium Guru dan Tenaga Kependidikan tahun 2016. Guru memiliki nama lengkap Deny Rochman, S.Sos., M.Pd.I lolos setelah bersaing sebanyak 1.544 guru SD dan SMP se- Indonesia dalam kategori guru Pendidikan Dasar (Dikdas).  Total jumlah peserta dari empat kategori sebanyak 3.382 orang sejak pendaftaran dibuka 17 Oktober hingga 20 Nopember 2016.

Berkat prestasi awalnya tersebut, tim website literasi Jabar ini akan mengikuti seleksi tahap akhir pada 24-28 Nopember 2016 di Jakarta. Deny hadir bersama 200 peserta simposium se- Indonesia yang terpilih setiap kategorinya. Di babak final, setiap peserta menyampaikan gagasan dan pemikirannya yang tertuang dalam artikel yang mereka kirim. Dipilih tiga pemenang dari 10 finalis yang akan bersaing.

“Saya ikut lomba mengirimkan artikel dalam kategori Membangun Budaya Literasi di Satuan Pendidikan. Fokus kajian saya adalah bagaimana guru-guru memanfaatkan media sosial untuk belajar menulis. Judul yang saya pilih adalah Cara Mudah dan Menyenangkan Guru Belajar Menulis,” tutur Deny Rochman, disela mengisi materi workshop literasi di Bandung, Selasa (22/11) malam.

Deny tidak menyangka tulisan lamanya akan masuk dalam 10 finalis Simposium. Pasalnya ia menyadari tema tentang literasi akan banyak pesaing di dalamnya karena tema itu menjadi trending topic dunia pendidikan Indonesia saat ini. Tema menulis bagi guru ia pilih dari 10 topik yang disodorkan panitia guru pegiat literasi ini beralasan karena kompetensi menulis adalah bagian dari skillnya selama ini.

“Sebenarnya banyak yang ingin saya tulis. Tapi karena panitia menetapkan hanya boleh satu artikel yang dikirim maka saya lebih cenderung memiliki topik guru menulis. Kendati tema literasi sudah banyak, tapi rendahnya budaya guru menulis menjadi permasalahan tersendiri dalam dunia pendidikan kita,” ujarnya bahwa kabar pengumuman itu ia terima Selasa malam saat dirinya tengah menyampaikan materi tentang website dalam acara workshop literasi sekolah perintis.

Tercatat, dari 1.544 guru yang bersaing di bidang Dikdas, Deny Rochman mendaftar dalam urutan ke-254. Pendaftar pertama adalah Zainul Hadi, S.Pd, guru SD Negeri 7 Korleko Kabupaten Lombok Timur Nusa Tenggara Barat. Sementara pendaftar diurutan terakhir 1.544 adalah Nur Zaida, guru SMP Negeri 8 Kota Semarang Jawa Tengah (denyr).

RESEP LELURUH MENGGEMPUR VIRUS


Jangan kendor ! Saat badan terasa beda, gak nyaman, gak enak. Maka, siapkan amunisi untuk membentengi diri dari manuver virus. Apakah itu virus influenza apalagi virus corona. Kenali gejala yang dirasa, sebelum menyiapkan senjatanya. Selain obat apotek yang sesuai, perkuat juga dengan ramuan herbal dan racikan leluruh nenek moyang dulu.

Pastikan kita tahu penyakit bawaan sendiri (cormobit), agar tak salah pilih obat. Sama gejala, sama obat tapi belum tentu sama merk. Karena setiap obat punya efek samping yang berbeda. Jika tak cermat, maka bisa menimbulkan efek interaksi obat. Artinya, jika pasien punya cormobid atau tidak maka resep obat yang diberikan berbeda. Begitu halnya jika sakit bawaanya berbeda, akan berbeda pula. 

Duh kayak pak dokter aja nih pa guru? Kaya apoteker bae caa? Hehe... Ini berdasarkan referensi yang saya baca. Sesuai pengalaman orang tua, teman dan pasien. Termasuk sharing dengan kawan sarjana farmasi apoteker yang beralir ke pengobatan herbal. Termasuk pengalaman sendiri selama perawatan di rumah. 
Yah, selama PPKM berlangsung, saya dan isteri sempat tepar. Semula saya dilanda influenza dengan gejala greges panastis dan ngilu. Hanya selang sekitar tiga hari gejala itu hilang. Setelah diterapi pijit, minum madu, tolak angin, jerus lemon dan obat produk KK. Namun tak lama, isteri menyusul tumbang. Prosesnya agak lama, sampai 10 harian.

Usai isteri, mba asisten pembantu menyusul bergejala greges, linu dan lemes. Sehingga beberapa hari ijin tidak ke rumah. Tak lama kondisi kesehatan saya ikut terganggu. Usai tidur siang setelah mencuci mobil di rumah. 

Resep pengobatan isteri sempet disarankan ke Mba asisten namun ternyata kurang cocok. Dua kali ia mengaku mengalami mual muntah, sesak nafas, leher terasa tercekik dan demam tinggi. Gejala itu kemudian membaik setelah menghentikan resep obat warisan. 
Diduga si mba punya penyakit penyerta masalah lambung. Karena ada obat yang disarankan saat perut masih kosong. Kendati kondisinya seperti itu ia menolak untuk periksa ke dokter atau puskesmas. 

Selama perawatan di rumah, baik proses pengobatan isteri maupun saya, ada kreasi ramuan minuman yang disiapkan. Selain obat apotek, obat herbal tokoan. Ramuan rempah-rempah tradisional yang banyak ditemui di pasaran, di dapur-dapur rumahan. Ramuan ini untuk memperkuat imunitas dan mempercepat penyembuhan.

Ramuan minuman resep leluruh seperti teh uwuh, jahe, air jerus nipis, air lemon, kayu putih, air madu, bawang putih, teh panas, kecap dan sebagainya. Semua jenis ramuan itu diyakini mampu memulihkan stamina dan mendongkrak imun yang sempat kendor. Rempah-rempah itu sama orang Jawa biasa dikategorikan sebagai minuman empon-empon.

1. Minum teh uwuh tak terlalu sulit dibuat. Produknya bisa dibeli dipasaran dengan harga terjangkau. Jika ini dikreasi, minuman bisa ditambah jahe biar lebih hangat. Atau ditambah manis madu dan jeruk nipis. 

2. Kreasi minuman lainnya adalah buat teh celup panas, ditambah madu dan jeruk lemon/nipis. Suguhkan  minuman panas jahe geprek ditambah jeruk nipis. 

Resep ini terinspirasi saat makan minum di terminal bus Klaten pada masa kuliah diujung tahun 1990-an. Tengah malam makan di terminal itu disuguhkan minuman jahe geprek tapi tanpa peresan jeruk.

3. Hal rutin selama ini adalah minuman air hangat peresan jeruk lemon. Biasanya dikonsumsi sebelum makan atau satu jam setelah makan. Air lemon kandungan vitamin C ini bagus untuk memelihara daya tahan tubuh. 

4. Menyiapkan racikan air jeruk nipis dicampur kecap secukupnya. Tujuannya untuk mengobati batuk dan melegakan tenggorokan. 

5. Membuat teh panas dicampur tetesan minyak kayu putih untuk mengusir virus.

6. Pernah juga mencampur bawang putih digeprek dengan peresan lemon/jeruk nipis. Ramuan ini didapat dari teman untuk menurunkan tensi. Sejak tepar, tensi isteri menanjak.

7. Memcampur tolak angin dengan madu dan teh panas. 

8. Kumur-kumur air hangat garam untuk melindungi saluran tenggorokan dari bakteri dan virus. Ini dilakukan sebelum dan bangun tidur atau sesuai kebutuhan.

Dan banyak ramuan khas negeri Indonesia yang berlimpah. Menjadi bahan olahan sebagai obat kesehatan.   Tapi ingat dalam mengkonsumsi pastikan berjarak dengan minum obat apotek. Terakhir, untuk tetap melaksanakan protokol kesehatan selama perawatan di rumah. Salam sehat !! (*)

Juli 22, 2021

ISOMAN, JANGAN LUPA ISHOMA

Suara takbir Idul Adha hanya bisa didengar dari dalam rumah. Begitu juga suara kambing yang tengah antri disembelih, hanya bisa disaksikan dari balik pagar. Yah, Selasa 20 Juli 2021 saya harus banyak istirahat di rumah. Sejak Minggu sore badan mulai terasa tidak nyaman. Bagun tidur siang di kursi tamu, kepala terasa pusing. Badan sedikit meriang. 

Apa yang terjadi? Ah ini sih masuk angin. Pikirku. Karena selama tidur, kipas angin dibiarkan berputar. Menemani lelah setelah sejak pagi mencuci mobil ditemani para bocil di depan rumah. Pada Sabtu sebelumnya, bersama anak barep mengantar beli seblak, sekalian beli obat di apotek untuk mboke bocah. Sudah sepekan kesehatan isteri terganggu. Dengan bermotor, cuaca siang itu begitu menyengat. Kulit terasa terbakar.

Senin kondisi badan masih belum membaik. Namun harus bergegas menghadiri tugas negara. Saya datang dengan mengayuh si Seli (sepeda lipat) dari rumah. Biar keringat keluar, badan hangat. Sepulang acara, saya memilih kembali istirahat hingga tertidur. Sampai-sampai tidak tahu ada rapat dinas mendadak melalui info WA. 

Hari Selasa, Rabu, dan Kamis saya terus berjuang memulihkan kondisi kesehatan saya. Segala obat-obatan, ramuan dan buah-buahan dikonsumsi. Tidur pun sementara tidak bersama isteri dan anak. Kondisi ini beberapa agenda acara kedinasan, terpaksa saya absen. Termasuk sholat Idul Adha memilih di rumah, walau masjid depan rumah mengadakan. Dengan alasa sedang tak enak body. Lagi sedang banyak istirahat di rumah. 

Anda lagi isoman yah? Pertanyaan ini silih berganti menghampiri pesan WA saya. Isoman, istilah yang kian femilier di masa pandemi ini. Bahkan maknanya makin meluas. Apapun sakitnya, istirahat di rumah akan dilabeli isoman. Kepanjangan dari isolasi mandiri. Padahal kata ini ditujukan buat mereka yang terpapar covid-19. Khususnya yang masih bergejala awal, reaktif atau orang tanpa gejala (OTG). 

Kata isoman makin trending topic seiring meroketnya kasus covid-19 selepas lebaran Idul Fitri. Bersamaan kapasitas ruang perawatan rumah sakit dan tempat isolasi khusus yang kian terbatas. Banyak orang bergejala disarankan atau memilih menjalani isolasi mandiri. Kendati dalam perkembanganya makin banyak korban meninggal dari isoman di rumah.

Di Cirebon, seorang nakes wafat saat isoman di rumah. Di Purbalingga Jawa Tengah dilaporkan satu keluarga meninggal saat menjalani isoman. Bahkan di Kota Bogor, ada puluhan orang meninggal karena isoman covid-19. Beragam kasus kematian itu diduga perawatan pasien kurang mendapat pengawasan dari tenaga kesehatan.

Bagi orang awam, isoman hanya dipahami istirahat di rumah. Tanpa ada syarat dan ketentuan berlaku. Isoman seyogianya hanya untuk mereka yang bergejala awal, ringan. Jika gejalanya berkembang dan memburuk maka pasien harus dilarikan ke rumah sakit.

Patologi Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Tonang Dwi Ardyanto dalam berita online kompas.com 11 Juli 2021 menjelaskan lima kondisi pasien isolasi mandiri yang harus mendapatkan perawatan di rumah sakit. Lima gejala itu antara lain : (1) Demam yang tinggi atau semakin tinggi; (2) Mual, muntah dan diare serius secara signifikan

Gejala lainnya adalah (3) Pasien mengalami penurunan kesadaran, sejak dari mengantuk hingga tidak sadar; (4) Mengalami sesak napas; (5) Terjadi disorientasi atau perubahan kondisi yang membuat pasien bingung dengan lokasi, identitas, hingga waktu saat itu.

Menjalani isoman di rumah jangan melupakan ishoma. Apa itu? Istilah ini sebenarnya jauh-jauh hari lebih populer daripada isoman. Ishoma kepanjangan istirahat, sholat dan makan. Artinya selama isoman, penderita memperhatikan juga masalah sholat dan makan minum. Istirahat tak sekadar istirahat, tapi istirahat yang berkualitas.

Makan minum harus sehat, bergizi, bervitamin. Mengkonsumsi obat-obatan, rempah-rempah dan buah sayuran, serta berolahraga ringan dan berjemur. Jangan lupa untuk selalu disiplin menjalani protokol kesehatan walau sesama anggota keluarga. Minimal jika tak bisa mengurung diri karena alasan keterbatasan tempat, namun tetap pakai masker, jaga jarak, kurangi kontak dan selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan.

Sholat, menjadi kebutuhan rohani yang harus dipenuhi selama isoman. Sholat sebagai media komunikasi dengan Sang Kholiq. Akan memberikan kekuatan energi positif kepada pasien dalam menghadapi cobaan sakit. Karena pada hakekatnya  sakit itu atas ijin Allah dan Allahlah yang akan menyembuhkan. Dengan kepasrahan diri ini, pasien sadar bahwa sehat dan sakit bahkan kematian pun adalah ketentuan Sang Kholiq yang sudah digariskan takdirnya.

Dengan sholat kita diajarkn untuk membiasakan hidup sehat. Untuk berfikir positif dalam kepasrahan takdir. Mengikis kesombongan manusia yang kerap mendewakan akal. Bahwa ada kekuatan besar yang mengendalikan jagat raya ini. Jadi, sholat mestinya kebutuhan mendesak yang harus terpenuhi, apalagi saat manusia dalam penderitaan. Bukankah agama selalu identik dengan tempat pelarian ketika manusia mengalami masalah? (*)

Penulis:
Deny Rochman 
Pasien Ishoma 100% di Baiti Jannati

Juli 20, 2021

INFLUENZA DAN TEROR KEMATIAN

Dulu orang merasa biasa ketika menderita sakit influenza.  Kini ada bayang-bayang kematian ketika body bergejala sakit flu, sakit tenggorokan, nyeri otot, sakit kepala, hidung berair, tubuh lemas, dan demam. Sejumlah kasus ditemukan akhir-akhir ini, gejala sakit influenza berujung pada kematian. Influenza berkembang pada sesak nafas.

Sebelum ramai pandemi covid-19, gejala influenza biasa diterapi dengan obat-obatan yang dijual bebas di pasaran. Paracetamol dan ibuprofen menjadi kandungan utama pada obat-obat kimia jenis penyakit ini. Bagi pecinta obat alami, terapi flu dengan rempah-rempah seperti jahe, temulawak, jeruk, bawang putih, garam, madu, jinten hitam, teh, air putih, kayu manis, daun mint dan jenis lainnya. 

Sejak dunia dilanda virus corona (covid-19), sakit bergejala influenza kian menakutkan. Gejala flu selalu diidentikkan dengan penyakit covid-19 yang dikenal mematikan. Banyak orang akhirnya memilih atau menolak di tes swab jika kondisi bodynya sedang flu. Pernah terjadi kasus, seorang ibu mengalami demam usai kehujanan. Namun ketika di tes swab dinyatakan positif covid-19.

Orang awam memahami tes swab atau sejenisnya belum bisa membedakan mana virus influenza dan mana virus covid. Karena kedua virus ini memiliki gejala hampir sama. Keduanya merupakan virus menyerang pernafasan. Asumsi inilah menyebabkan banyak orang ogah menjalani tes jika tengah gak enak body. Apalagi ada pemberitaan kasus dicovidkan. Jika positif, sanksi sosial menanti. Diisolir warga.

Situs alodokter.com menjelaskan, flu atau influenza adalah infeksi virus yang menyerang hidung, tenggorokan, dan paru-paru. Penderita flu akan mengalami demam, sakit kepala, pilek, hidung tersumbat, serta batuk.  Tidak sama flu dengan batuk pilek biasa (common cold). Flu dan batuk pilek walaupun gejalanya mirip, kedua kondisi ini disebabkan oleh jenis virus yang berbeda. Gejala flu lebih parah dan menyerang secara mendadak. Bahkan seringkali memicu penyakit serius lainnya, seperti pneumonia.

Pneumonia adalah infeksi bakteri, virus atau jamur yang menimbulkan peradangan pada kantung udara di salah satu atau kedua paru-paru, yang sehingga mengakibatkan paru paru berisi cairan sehingga pneumonia sering disebut juga radang paru paru atau paru paru basah. 

Sedangkan gejala batuk pilek biasa cenderung ringan dan muncul secara bertahap.

Situs m.klikdokter.com menerangkan gejala influenza antara lain : Sesak nafas dengan atau tanpa sumbatan hidung, bersin-bersin, tenggorokan gatal, hidung meler, batuk, suara serak, lemas, sakit kepala, demam (biasanya ringan), mata berair.

Secara klinis, penyebab virus flu dan covid berbeda. Situs alodokter.com menuliskan, virus penyebab flu berasal dari golongan rhinovirus. Virus ini menyebar dari manusia ke manusia. Paling sering menyerang anak-anak atau remaja. Infeksi rhinovirus bisa terjadi sepanjang tahun, tapi paling sering di musim hujan. Sedangkan COVID-19 disebabkan oleh virus dari golongan coronavirus.

Sama seperti rhinovirus, virus Corona juga menginfeksi saluran pernapasan. Oleh karena itu, orang yang menderita COVID-19 bisa mengalami gejala yang mirip dengan flu. Meski begitu, virus Corona yang sekarang sedang mewabah lebih sering menyebabkan keluhan pada saluran pernapasan bawah. Virus Corona bisa menyerang siapa saja, termasuk ibu hamil atau menyusui serta bayi dan anak-anak. Munculnya gejala COVID-19 ini disebabkan oleh reaksi tubuh untuk melawan virus Corona

Pada awal wabah, gejala utama virus corona yaitu: demam tinggi, batuk, sesak napas. Dalam perkembangannya, orang makin sulit membedakan gejala khusus antara virus flu dengan corona. Gejala lainnya pasien juga bisa mengalami gangguan pengecapan atau penciuman, nyeri otot, sakit kepala, sakit tenggorokan, pilek, diare, mual, dan muntah. Namun, gejala ini tidak selalu terjadi pada pasien COVID-19. Tampaknya penyakit bawaan pasien bisa berdampak pada gejala yang berbeda. Apalagi covid menyusup kepada orang yang daya imunnya sedang melorot.

Memang penyakit disebabkan oleh virus gampang menular. Baik virus influenza maupun corona. Apalagi covid-19 kini sudah bermutasi beragam varian. Varian Delta dianggap penularannya lebih cepat. Virus India ini sedang menyerang rakyat Indonesia. Hingga pertengahan Juli 2021 angka kematian covid perhari mencapai seribu kasus. Ini membuat pemerintah memberlakukan PPKM selama bulan Juli.

Virus menular melalui ludah yang dibatukkan atau dibersinkan oleh penderitanya. Selain itu, tangan ataupun benda- benda lain yang terkontaminasi virus juga dapat menjadi media berpindahnya virus. Maka, menjaga kebersihan dan menjaga jarak, atau menjauh upaya preventif penyebaran virus lebih luas.

Berbeda dengan bantuk dan pilek, untuk penyakit flu bisa berdampak komplikasi. Parah tidaknya komplikasi tergantung dari sakit penyerta (kormobid) si penderita. Jenis kormobid akan mempengaruhi tingkat komplikasi. Semakin banyak penyakit penyerta diderita, maka semakin komplikasi flu terjadi. Ini akan menghambat penyembuhan, bahkan akan memicu kematian. 

Angka kematian covid-19 kian meroket. Perhari rata-rata pada akhir Juni hingg awal Juli mencapai 1000 kasus. Seluruh ruang perawatan rumah sakit penuh. Tempat-tempat isolasi juga sama. Banyak warga memilih isolasi mandiri di rumah. Tanpa pengawasan dari pihak medis. Fasilitas tabung oksigen sulit. Kebutuhan plasma darah sulit terpenuhi. Pada sisi lain, tenaga kesehatan (nakes) banyak yang tumbang. Terpapar, dan banyak yang gugur.

Setiap hari berita kematian terus beredar. Melalui medsos, WA, dari pengeras suara masjid. Suara raungan ambulan berseliweran. Setiap hari, setiap sekian jam, terlihat iring-iringan jenazah. Bahkan di Jakarta, pemakaman korban covid dilakukan sampai 24 jam. Banyak korban meninggal di rumah sakit. Tak sedikit yang meregang nyawa di rumah sendiri. 

Di tingkat RW (Rukun Warga), misalnya, selama PPKM pertama (3-20 Juli) ada satu RW yang mencatat kematian warganya sebanyak 13 orang. Sebagian gejala awalnya influenza hingga sesak nafas mendadak. Jumlah dan waktu kematiannya begitu dekat dan masif. Ini tentu sangat menakutkan. Jika ini terus terjadi, lahan pemakaman pun akan mengalami krisis. 

Pada Juli ini tren sakit influenza meningkat. Menjadi teror kematian bagi mereka yang terpapar. Karena gejala influenza makin tipis dengan gejala covid-19. Berbagai kasus kematian yang dianggap gejala influenza biasa, masuk angin, pegal-pegal dan sebagainya mengganggu sugesti kesehatan masyarakat. Mereka yang merasa gejala sama, kadang sering terlintas kematian.
 
Pengobatan sakit flu meliputi istrirahat, serta banyak minum dan obat- obatan. Usahakan untuk beristirahat serta selalu dalam keadaan hangat dan nyaman. Jika terdapat demam atau gejala yang berat, maka penderita harus menjalani istirahat total di rumah. Minum banyak cairan dapat membantu mengencerkan secret atau lendir hidung sehingga lebih mudah untuk dikeluarkan.

Jika batuk yang menyertai hebat, diperlukan bantuan obat antibatuk. Dalam hal ini, antibiotik tidak efektif untuk mengobati influenza. Sebab umumnya influenza terjadi karena infeksi virus. Sedangkan antibiotik hanya terbukti efektif untuk infeksi bakteri.

Pencegahan influenza yang dapat dilakukan adalah menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Sebaiknya sering mencuci tangan, membuang tisu kotor pada tempatnya serta membersihkan permukaan barang-barang. Mengkonsumsi vitamin C dosis tinggi bisa mengurangi resiko terinfeksi influenza. (*)

Penulis:
DENY ROCHMAN
Pegiat Komunitas Literasi Gelemaca
Pengurus Jabar Bergerak Kota Cirebon

Juli 19, 2021

PEKAN LALU MENYOLATI JENAZAH, SEKARANG JASADNYA DISHOLATI

Berita duka warga lemahabang kulon sindanglaut kab. Cirebon. Innalillahi wainnailaihi rojiuun...

Senin sore 19 Juli 2021 saya dikejutkan kabar. Yudi pa kamil, tetangga di rumah kelahiran mengabarkan jika Ayi siang tadi meninggal dunia. Saya penasaran Ayi siapa yang dimaksud. Maklum, sejak tinggal di kota Cirebon saya jarang balik ke kampung halaman. Apalagi orang tua ibu tinggal sama saya.

Sore ini sengaja saya dan keluarga JJS jalan2 sore ke sindanglaut. Mencari buah2an daerah Japura untuk menu buka puasa Arofah. Sesampai di desa kelahiran, saya menyapa Yudi yang tengah sibuk mencuci motor di depan rumahnya.
Ayi ternyata bernama asli Ali. Ia adalah putera Bu Maeng. Bersaudara dengan Dede, Lili dan Empe (Slamet Santoso). Kediaman orang tuanya persis jalan gang menuju sumur gede. Sumur tua peninggalan Jepang.

Setelah dikonfirmasi nama kabar duka, saya sungguh dibuat kaget. Pasalnya sepekan lalu, 
Minggu 11 Juli 2021 saya sempat bertegur sapa. Bahkan senda gurau dengan Kang Ayi. 

Sebelum ia menyolatkan ponakan saya, Andin, puteri pertama kakak saya Ang Diding Sueb dan teh Euis yang wafat diusia 16 tahun karena  sakit lama.
"Ente priben kabare Den? Masih ngajar ning SMP 4 (Kota Cirebon) atau wis jadi kepala sekolah," tanya Kang Ayi dengan ciri khas bersuara keras. 

Obrolan sejenak itu ternyata akhir perjumpaan kita. Sejak nikah dengan ibu guru, Kang Ayi menetap di Desa Susukan Tonggoh Kec. Susukan Lebak Kab. Cirebon. Ia hijrah dari desa kelahirannya di Desa Lemahabang Kulon Kec. Lemahabang. Sekitar 10 Km. Ia tinggal satu RT dengan kakak saya Ang Diding Sueb. 

Senin pagi menjelang siang, konon pria bernama asli Ali ini berpamitan kepada keluarganya hendak ada keperluan di Kota Cirebon. Kepergianya sempat dihalangi anaknya. Namun dengan mengendara motor seorang diri, ia mengalami kecelakaan lalu lintas dengan sebuah truk di jalan Kalijaga Kota Cirebon. Sekitar 15 Km dr kampung. Hingga nyawanya tidak tertolong.

Selamat jalan Kang Ayi... Semoga jannah menunggumu. Aamiin...

SEMINGGU BERJUANG MELAWAN VIRUS

Masih ingat betul. Sakit itu mulai melanda pada Jumat, 9 Juli 2021. Siang itu kami sekeluarga berburu makan siang hingga ke kabupaten tetangga. Sayang, target beli sop sapi langganan batal karena hari tiu ternyata tidak berjualan. Bakso menjadi pilihan menu makan siang. Bakso langganan sekitar 8 Km dr warteg sop.
 
Pada sore hari badan terasa demam, greges, lemes, ngilu linu dan sakit kepala karena tensi tinggi. Diputuskan menyambat tukang terapi massage tentangga rumah. Pikirnya itu gejala masuk angin. Seluruh badan diterapi hingga memerah kerokan. Selang sehari, gejala itu belum juga reda. Bahkan tubuh ini makin lunglai di atas tempat tidur.

Belum ada keinginan untuk periksa ke tenaga medis. Karena merasa gejala ini dianggap biasa. Kemudian pada masa pandemi, datang ke rumah sakit atau puskesmas terasa kurang nyaman dan aman. Apalagi beberapa hari sebelumnya, suami sembuh dengan bergejala yang sama. Dengan terapi mandiri di rumah. 

Gejala yang sama ternyata sedang tren melanda masyarakat. Bahkan beberapa kasus hingga merenggut nyawa penderita. Apakah itu gejala terkena virus ? Boleh jadi iya. Karena orang sakit seperti itu pasti terpapar virus. Namun apakah itu jenis varian virus corona (Covid-19) yang sejak lama menyerang manusia sehingga demam, batuk dan pilek. 

Namun apakah itu bergejala virus corona covid-19 ? Entahlah. Belum bisa memastikan karena tak menjalani tes swab PCR atau lainnya. Kita berfikir positif jika virus yang mendera adalah virus demam biasa. 

Melihat gejala itu sejumlah obat disiapkan. Mulai obat medis apotek hingga obat herbal. Obat yang bisa menyembuhkan gejala demam, lemes, ngilu linu. Obat yang bisa meningkatkan imunitas tubuh. Karena dengan penguatan imun bisa melemahkan dan mematikan virus. Selain menjalani pola hidup sehat, seperti banyak istirahat tidur, makan minuman sehat bergizi sebanyak-banyaknya.

Obat-obat disiapkan sesuai referensi yang digali. Obat apotek berupa antibiotik dan obat demam batuk pilek. Obat herbal seperti madu, habbatussauda, obat antivirus, minyak kayu putih, tolak angin, aroma terapi, koyo, SGF dan tablet vitamin C. Diperkuat dengan konsumsi buah lemon, jahe, mangga, teh uwuh dan penguat lainnya. Obat-obatan itu kini stoknya kian terbatas.

Hari demi hari perawatan dan pengobatan itu terus berjalan. Di tengah banyak informasi berseliweran di media sosial tentang kontroversi virus dan vaksin. Sering mendengar pengumuman kematian dari pengeras masjid depan rumah. Mendengar sayup-sayup iring-iringan jenazah yang  dimakamkan tak jauh dari rumah. 

Apalagi dalam waktu bersamaan, seorang sahabat juga tengah berjuang melawan covid di ruang ICU. Perkembangan kesehatan sahabat terus diupdate di group WA. Alhamdulillah perjuangan suaminya mampu mengatasi kendala. Kendala ketiadaan ruang ICU, oksigen dan kebutuhan flasma darah. Doa-doa kesembuhan terus mengalir untuk sahabat guru satu ini.

Hari berganti hari perlahan keluhan sakit mulai reda. Rasa ngilu, demam, lemes mulai hilang. Istirahat tidur, tidur dan tidur cukup efektif membantu penyembuhan. Karena  tidur diyakini sebaik-baiknya istirahat untuk meningkatkan imun. Yang masih tersisa adalah rasa berat di bagian belakang kepala. Dihantam dengan madu tensi, ternyata menimbulkan gejala batuk. 

Hingga terdengar suara takbiran Idul Adha, kondisi badan sudah membaik. Sesekali masih batuk ringan. Selama perawatan dan pengobatan, tetap harus disiplin bermasker. Untuk keamanan orang-orang yang dicintai di sekitar kita. Jaga kondisi kesehatan secara ketat. Jangan lengah, jangan kendor. Salam sehat ! (*)

Juli 18, 2021

TAK PERLU PPKM-D JIKA...

Emang enak adanya pembatasan sosial. Pasti ga nyaman bergerak di masa PPKM-Darurat. Sudah gitu akan diperpanjang lagi hingga akhir Juli 2021. Ampun daaah....

Gak usah ngeluh melulu tanpa solusi. Kita ga sendirian. Semua rakyat Indonesia merasakan efek illfeel PPKM-D. Tak hanya orang cilik, kaum elit juga sama. Bukan hanya buruh, karyawan swasta dan pemerintahan juga ogah suasana begini.

Negara, pemerintah pusat hingga ke daerah-daerah sudah habis-habisan. Kehabisan akal, tenaga, biaya, dan waktu upaya mengatasi pandemi. Kas negara, kas pemerintahan sudah menipis bahkan minus. Para pengusaha pun ikut menjerit. Mereka kelimpungan untuk bertahan. Memikirkan kelangsungan nasib usahanya dan para karyawannya.

Sementara korban terus berjatuhan. Semakin hari jumlahnya terus bertambah. Tak hanya RS yang krisis ruangan, nakes, dan fasilitas medis. Ruang isolasi khusus sudah overload. Kini tempat pemakaman pun lahannya makin terbatas.  

Ini ujian hidup kita bersama. Karena kita punya musuh bersama: Covid-19. Ini masa pandemi, masa darurat, masa susah. Maka hiduplah, bekerjalah, beraktifitaslah seperti masa darurat. Adaptasilah. Jangan hidup suasana nornal, namun gaya hidup kita normal. Tersiksa. Nyesek!

Harus diakui. Pelaksanaan pembatasan sosial PPKM tidak berjalan efektif. Bahkan cenderung berpotensi menimbulkan konflik dan masalah baru. Bandingkan dengan pembatasan sosial pada PSBB awal. Bisa jadi rakyat sudah jenuh. Dilema menghadapi pandemi ini. Pilih sehat atau perut kenyang?

Harus diakui. Penerapan PPKM-D tak sesuai yang diharapkan. Terkesan ada diskriminasi pembukaan tempat usaha. Pelarangan keluar rumah malah membuat penyebaran covid kluster keluarga meningkat. Penyekatan jalan di sana sini menimbulkan kemacetan baru, polusi udara baru sampe ke jalan-jalan alternatif kampung. Kerumunan pun tak bisa dihindari.

PPKM-D jilid 2 dikhawatirkan akan menambah penderitaan panjang rakyat Indonesia. Khususnya mereka yang bekerja harian. Pemilahan sektor esensial dan non esensial dalam penutupan tak efektif. Karena kedua sektor itu akan memiliki efek krambol. Saling mempengaruhi. Karena semua orang perlu makan. Sementara negara belum mampu memberikan jaminan. 

Ok. PPKM-D sepakat dihentikan. Yah, kebijakan semi lockdown tak perlu masuk babak kedua. Asalkan kita semua sepakat. Sepakat untuk disiplin prokes. Protokol kesehatan. Biar aman, nyaman, sehat dan selamat. 

Kita sepakat semua sektor kehidupan kembali dibuka. Asal semua sepakat, siap saling menjaga pelaksanaan prokes di lingkunganya, di masyarakat, di kantor, di perusahaan, di tempat usaha, di tempat umum. 

Setiap orang mau beramar ma'ruf, bernahi munkar. Siapa yang melanggar, siap dilaporkan. Siap diproses, bila perlu dipidanakan, denda bahkan penjarakan. Sesuai tingkat dan frekuensi serta mekanisme yang berlaku.

Karena covid adalah musuh bersama, maka perlu perlawanan bersama-sama. Penyusunan strategi, metode,  dan program aksi mesti mendengarkan semua pihak. Tak ada yang merasa paling bisa. Paling berhak. Paling berwenang. Di sini perlunya sinergi, kerjasama, kordinasi, komunikasi dan kolaborasi. Jika perencanaan diputuskan bersama, maka keberhasilan termasuk resiko menjadi tanggung jawab bersama.

Maka, setiap pemimpin wajib bertanggung jawab terhadap yang dipimpinnya. Bertanggung jawab sesuai levelnya. Mulai dari presiden, kepala daerah, kepala desa/lurah hingga RT RW dan kepala keluarga. Begitu juga pemimpin lingkup sekolah, kantor, tempat usaha dan perusahaan. Pemimpin harus mampu mengendalikan bawahannya. Bertanggung jawab dalam pelaksanaan taat dan disiplin prokes. 

Kata kunci prokes adalah jaga jarak, tak ada kerumunan, memakai masker, cuci tangan, membatasi berpergian jika tak penting dan mendesak. Setiap warga negara mulai membudayakan kembali gerakan masyarakat untuk hidup sehat (Germas). Makan minuman sehat bergizi, berolahraga, istirahat yang cukup, hindari stres dan berfikir positif. Jangan lupa untuk selalu bahagia dan penguatan iman dan takwa. 

Tentu tak sulit melaksanakan gerakan melawan covid tersebut. Jika semua pihak membangun sinergi dan komunikasi. Ambil peran aktif berkolaborasi mulai tingkat pusat hingga RT RW dan keluarga. Melibatkan elemen komunitas dan organisasi sosial kemasyarakatan. Semua bekerja dengan ikhlas tanpa pamrih dengan komitmen bersama. Tanpa pencitraan dengan sibuk program masing-masing. Sibuk dengan swa foto dan publikasi media. Apalagi jika masih ada yang menari di atas penderitaan rakyat. 

Memang tak mudah menghadapi kebiasaan rakyat Indonesia yang dikenal tidak disiplin. Bahkan kini makin banyak yang bergaya semau guwe. Namun bukan berarti tidak bisa diarahkan. Jika role of the game dibangun bersama dengan segala konsekuensi logis dampaknya. 

Dana bansos yang digelontorkan jumlahnya sangat besar. Celakanya jika sumber dana itu dari hutang. Ampun deh beban negara makin menggunung. Nyesek. Evaluasi bansos perlu dilakukan. Di level bawah sering menimbulkan konflik sosial horisontal. Mulai tidak tepat sasaran, pembagian tidak merata, hingga jumlahnya tak mencukupi kebutuhan hidup keluarga. Dibandingkan mereka tetap bekerja. 

Jika tak efektif, dana bansos baiknya fokus diarahkan untuk amunisi melawan covid. Untuk insentif para relawan, satgas di tingkat desa dan kelurahan, RT RW dan kader atau komunitas, ormas peduli dalam membantu gerakan disiplin prokes dan kegiatan lainnya. Bisa juga dana bansos untuk pemberian obat covid gratis kepada warga terpapar. 

Pemberian obat covid gratis harus menjangkau semua lapisan masyarakat menengah ke bawah. Baik yang isoman terorganisir, maupun isoman rumahan. Semua basis data harus terlapor melalui RT RW hingga pemerintah daerah dan pusat. Di sinilah perlunya keterlibatan satgas di tingkat pengurus RT RW. Termasuk para kader kampung dan linmas (Hansip) yang ikut memantau pergerakan warganya. Baik saat keluar masuk kampung, maupun interaksi di sekitar keluarga.

Jika kepedulian sesama, komitmen dibangun bersama, untuk disiplin prokes. Untuk ramai-ramai memerangi penyebaran covid. Rasanya negara tak perlu harus repot-repot membatasi pergerakan rakyatnya. 

Petugas tak harus bertengkar bahkan berkelahi sama warga. Semua bisa menjalani kehidupan new normal. Segala aktifitas masyarakat, baik di keluarga, kantor, perusahaan, tempat usaha dan lainnya wajib beradaptasi dengan kehidupan endemik corona. 

Semua sektor harus beradaptasi dalam suasana new normal. Tempat usaha masih perlu dibatasi jam operasional hingga jam 10 malam. Utamakan pembelian tetap dengan take away. Selepas jam 10 seluruh rakyat untuk tidur nyeyak hingga waktu shubuh tiba. Biar imunnya menguat. 

Makan di tempat didesain dengan pola prokes. Misalnya meja makan berjarak antarkonsumen 2 meter. Dengan pembatas kaca/plastik mika. Untuk menghindari droplet atau airborne saat makan. Semua harus berstandar prokes. Jika ada yang melanggar, pemilik usaha diberi sanksi tegas. Mulai penutupan sementara tempat usaha, denda, hingga pelarangan usaha (pencabutan ijin usaha).  Ini berlaku di semua tempat dan level penerapan prokes

Semua bisa ambil bagian. Tak hanya berharap dengan kebijakan pemerintah. Semua pihak bisa melaporkan kasus pelanggaran kepada satgas di semua tingkatan. Tentu saja penindakan berdasarkan prosedur dan mekanisme yang telah disahkan legal formalnya. 

Mulailah memerangi covid secara holistik, integral. Mereka yang sakit diobati. Semua pihak bisa membantu menyiapkan tempat isolasi. Mereka yang sehat dirawat dan dijaga imunitas tubuhnya. Membiasakan pola hidup bersih dan sehat. Makan minum bergizi dan halal. Mengkonsumsi vitamin. Berolahraga dan istirahat yang cukup. Menghindari stres berlebihan. Selalu bahagia serta meningkatkan iman dan taqwa. Semua harus terprogram dan terencana dalam aturan.

Regulasi ini berlaku di semua tempat dan level penerapan prokes. Semua sektor mulai menata dan membuat aturan main yang baru sesuai kehidupan new normal. Aturan berdasarkan kesepakatan bersama. Aturan yang memperhatikan rambu-rambu prokes. Akhirnya semua pihak harus mematuhi aturan baru kehidupan new normal. Jika tidak mau, maka selamanya kita akan dipermainkan dan diteror oleh covid-19. PSBB maning, PPKM maning. Cape deeeh...  (*)

Sumber :
http://padenulis.blogspot.com/2021/07/laporkan-pidanakan-jika-melanggar-prokes.html