Sudah satu tahun gerakan literasi sekolah Kota Cirebon bergulir. Sudah banyak buku yang di baca dan di reviu, kegiatan dan lomba yang diadakan, para siswa dan guru yang dilatih. Sudah banyak medali yang diberikan, narasumber dan karya buku dicetak. Dan sudah semakin banyak sekolah dilibatkan. Namun sudah berapa banyakkah rencana kerja ke depan? Ini menjadi pertanyaan serius bagi pegiat literasi di Kota Cirebon. Maju mundurnya gerakan ini, akan berdampak kebangkitan Kota Cirebon.
Pernyataan terakhir mungkin saja ada yang merespon sinis. Seolah mendewakan literasi sebagai kunci dari peradaban. Anggapan itu wajar saja di tengah masyarakat kita semakin jauh dari budaya literasi. Tetapi kita jangan lupa. Fakta sejarah dunia membuktinya kemajuan peradaban negara-negara maju bermula budaya literasi yang sangat maju. Mereka memperlakukan ilmu pengetahuan beserta sumber dan medianya secara istimewa. Wajar jika kini kehidupan masyarakat cinta literasi tersebut lebih tertib dan aman.
APA SIH LITERASI ITU ?
Ada beberapa definisi yang menguraikan penjelasan tentang literasi. Menurut bahasa latin, literacy asal kata dari literatus yang memiliki pengertian a learned person atau orang yang belajar. Secara bahasa, literasi adalah keberaksaraan, yaitu kemampuan kemampuan menulis dan membaca. Dalam bahasa Inggris, literacy adalah kemampuan membaca dan menulis (the ability to read and write) dan kompetensi atau pengetahuan di bidang khusus (competence or knowledge in a specified area).
National Institute fo Literacy menjelaskan literasi adalah kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat. Sementara Education Development Centre (EDC) menegaskan, lebih dari sekadar kemampuan membaca dan menulis. Tetapi kemampuan individu untuk menggunakan segenap kemampuan dan keterampilan dalam membaca kata dan dunia. UNESCO menyatakan, literasi adalah hak semua orang sebagai dasar untuk belajar sepanjang hayat (komunikasipraktis.com).
Kemampuan literasi menjadi kebutuhan dasar manusia. Terlebih hidup di era kebebasan dan kebablasan informasi yang rentan dengan banyak berita sesat dan menyesatkan (hoax). Perlu ada filter, saringan dalam mecermati peredaran informasi yang berkembang. Budaya literasi yang baik akan mampu mengatasi permasalahan tersebut. Selain, tentu saja membaca dan menulis menjadi bagian tak terpisahkan dalam membentuk kualitas sumber daya manusia Indonesia yang lebih prima.
Cirebon literasi, menjadi keniscayaan jika kota ini ingin berkembang. Ada sebuah alasan penting mengapa Kota Cirebon perlu melanggengkan program literasi. Salah satu program yang massif dilaksanakan adalah tantangan membaca dari walikota (Cirebon Leaders Reading Challenge). Tantangan dari kelanjutan program serupa di tingkat Jawa Barat dengan nama West Java Leaders Reading Challenge.
Alasan penting pertama adalah manusia pada hakekatnya adalah makhluk literasi. Secara historis manusia adalah makhluk berakal, yang tidak semua makhluk hidup memilikinya. Dengan kekuatan akal tersebut manusia bisa bertahan hidup di dunia ini. Akal itu akan berfungsi dengan baik manakala digunakan untuk berfikir.
Kedua, manusia adalah makhluk pembelajar. Bagaimana Nabi Adam diajarkan oleh Allah Swt dan mengajarkan kembali kepada para Malaikat atas perintah Allah (QS. Al-Baqarah [2]: 31-32). Bagaimana Qabil melakukan pemakanam untuk saudaranya Habil melalui perantara burung gaga katas perintah Allah Swt, setelah terjadinya pertumpahan darah. Bagaimana wahyu pertama Nabi Muhammad Saw untuk membaca dan menulis (QS Al Alaq 1-5).
Ketiga, begitu banyak keistimewaan orang-orang berilmu hingga akan dinaikan beberapa kali derajatnya bahkan dikategorikan sebagai jihad. Maka, agama pun mewajibkan umatnya untuk menuntut ilmu. Tidak tidak mewajibkan umatnya untuk pintar. Artinya belajar itu adalah kewajiban. Pintar itu adalah sebuah pilihan.
Keempat, gerakan literasi adalah gerakan nasional yang menjadi program unggulan pemerintah sejak tahun 2015. Program ini berdampingan dengan kebijakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Melalui literasi dengan pembiasaan membaca buku non pelajaran diharapkan ada perubahan karakter siswa yang positif. Pilihan buku bacaan yang mampu mengubah karakter adalah buku-buku bacaan membangun jiwa, bukan merusak jiwa. Dua kebijakan unggulan tersebut untuk mengejar ketertinggalan menuju Indonesia emas 2045 ke depan.
GLS KOTA CIREBON
Gerakan literasi di kota Cirebon yang sudah berusia setahun memberikan harapan baru bagi kemajuan kota ini. Pada 2 Mei 2016 lalu, Walikota Cirebon Drs Narsudin Azis SH bertempat di alun-alun Kejaksan secara resmi melaunching GLS. Setelah upacara Hardiknas itu Walikota berbincang melalui video teleconference dengan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan di gedung Toko Buku Gramedia Cipto. Pada kesempatan itu, walikota berkeinginan di tingkat RW dibangun perpustakaan-perpustakaan.
Setelah satu tahun berjalan, pada 26 Mei 2017 siswa dan guru-guru peserta tantangan CLRC mendapatkan anugerah medali literasi dari walikota. Setidaknya 380 medali disiapkan Pemda Kota melalui Dinas Pendidikan setempat. Pengalungan medali dilakukan di halaman Keraton Kacirebonan. Dipenghujung acara secara resmi Kadisdik Drs H Jaja Sulaeman M.Pd atas nama walikota menetapkan tantangan membaca tahun kedua. Peserta siswa dan gurunya diperluas seluruh sekolah SD dan SMP di kota ini.
Ada banyak hal yang sudah dilakukan oleh tim pegiat literasi kota ini. Tim yang terdiri dari beberapa guru SD dan SMP yang mengorganisir diri dalam komunitas GelemacaGerakan Literasi Masyarakat Cirebon Kota. Mereka bekerja tanpa pamrih, sekalipun dukungan materi dari pemerintah setempat alakadarnya. Namun selama setahun tim ini sudah dua kali menggelar event akbar di Mall Cirebon Super Block dengan beragam lomba dan kegiatan literasi.
Sudah melakukan expo literasi pada saat launching WJLRC di Pusdai Bandung 19 Desember 2016 dan expo pada event Jambore Literasi Jawa Barat di Sumedang 1-2 Nopember 2017. Untuk kegiatan Jambore Literasi sedikitnya ada 51 siswa yang mendapatkan anugerah medali dari Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan. Beberapa siswa mendapatkan medali istimewa langsung dari Pemerintah Australia Selatan.
TANTANGAN MASA DEPAN
Cirebon masa kini pasti berbeda dengan Cirebon masa depan. Cirebon kota adalah kota dinamis masa pertumbuhan. Supra dan infra struktur kota ini yang kian membaik memicu pertumbuhan ekonomi yang signifikan. Berdasarkan renstra Pemerintan Propinsi Jawa Barat, Cirebon diproyeksikan akan menjadi kota metropolitan. Tentu ada resiko jika kota pesisir ini tumbuh sebagai kota besar. Perkembangan ekonomi seringkali diikuti dengan berbagai permasalahan sosial yang muncul.
Kemampuan literasi, lagi-lagi akan memberikan dampak positif. Kemampuan SDM kota ini akan meningkat seiring membaiknya budaya literasi. Penduduknya tidak hanya sebagai penonton dan penikmat, tetapi juga ikut aktif terlibat aktifitas dalam memajukan kotanya. Akan lahir program-program progresif bagi kemajuan kota yang tidak berdampak besar terhadap masalah social dan lingkungan. Itu semua bisa terwujud jika kemampuan literasinya sudah baik.
Siswa literasi tahun ini adalah aset berharga bagi masa depan kota Cirebon. Maka perlu dijaga secara berkelanjutan melalui program-program literasi yang terencana dan sinergis. Perlunya sinergisitas seluruh stakeholder karena tantangan masa depan Cirebon kota bukan semata milik petinggi kota Cirebon. Atau menjadi tanggung jawab guru, sekolah atau orangtua siswa. Tetapi nasib Cirebon ke depan adalah tanggung jawab bersama. Gerakan literasi yang memberikan efek multi dimensi bagi kehidupan wajib didukung oleh semua elemen jika merindukan Cirebon ke depan lebih maju dan baik lagi.
Perlu ada nutrisi untuk menjaga stamina dan tidak padamnya api literasi di kota ini. Dukungan pemerintah yang riil adalah terakomodirnya program literasi di dalam APBD. Terbangunnya sarana dan prasarana yang mendukung gerakan literasi masyarakat. Misalnya membuat taman bacaan, perpustakaan, menggelar even, lomba dan kegiatan mencerdaskan kelimuan, dan sebagainya. Guru-guru dan siswa tanpa lelah membudayakan membaca, menulis dan berdiskusi dengan beragam kemasan model dan metode. Jadi, (jika) Cirebon (mau) Bangkit, (maka) Cirebon (wajib) ber-Literasi. Semoga
(*)