Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. ... Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh. Pesan itu disampaikan Allah Swt dalam Kita Suci Al Qur'an Surat An-Nisa' : 78.
Siapapun manusia beragama pasti paham, jika kematian itu akan datang. Pada waktunya setiap makhluk akan kembali kepada Sang Khaliq. Namun sejak wabah corona melanda negeri, kematian itu begitu terasa dekat. Seolah kita sedang antrian panjang, menunggu panggilan.
Rasanya baru kemarin, tetangga wafat karena diduga covid-19. Selang berapa jam, kawan main dinfokan telah tiada. Malamnya tersiar kabar tokoh politik dan ormas keagamaan di Cirebon meninggal dengan gejala yang sama. Belum lagi share info duka di group-group media sosial berseliweran silih berganti. Entah itu anak, suami, isteri, saudara, tetangga, teman, nyawa mereka meregang karena covid. Deratan tokoh-tokoh nasional pun berjatuhan.
Tempat pemakaman tak pernah sepi kedatangan tamu tak diundang. Tua muda, laki perempuan, pejabat, komnglomerat, orang melarat dipanggil suruh pulang oleh Allah Swt. Kontrak hidup mereka di dunia sudah tuntas.
Jalan Pronggol Kota Cirebon, ruas jalan tempat pemakaman gak pernah sepi. Sejumlah jenazah dilakukan pemakaman dengan protokol kesehatan. Pasukan putih APD siaga. Tak hanya warga lemahwungkuk. Mereka ber-KTP luar Kota Cirebon pun diistirahatkan terakhir kali di TPU Pronggol
Selama ini kita lalai, bahkan meremehkan takdir kematian. Selama ini kita menganggap kematian itu urusan orang-orang tua. Orang-orang yang lagi sakit. Sebelum tua kita abai akan protokol keimanan dan keamanan kita dari kemaksiatan, dari dosa-dosa.
Kita mulai start fokus ibadah, berbuat baik, berdekah, sering ke masjid dan baca Qur'an ketika usia sudah menua. Memasuki masa pensiun dari pekerjaan kantor. Beralih ibadah sebagai pekerjaan baru, menghabiskan sisa hidupnya.
Kita sudah lupa dengan nasehat Imam al Ghazali akan kematian. Imam al-Ghazali pernah bertanya kepada murid-muridnya tentang apa yang paling dekat dengan kita dalam kehidupan ini. Diantara murid – murid ada yang menjawab orang tua, guru, teman,dan kerabatnya. Imam al-Ghazali menjawab bahwa yang paling dekat dengan adalah “Mati”, karena mati itu nanji Allah yang pasti akan menimpa semua insan bernyawa.
Tentu kita tak tahu jadwal kematian setiap manusia. Walau jadwal pemanggilan itu kini semakin sibuk, ramai dan padat. Angka penyebaran dan kematian covid masih tinggi. Setiap jam kabar kematian itu terus berdatangan. Sementara kita tak tahu persis, apa sebenarnya yang terjadi dengan wabah ini. Pemberitaan yang beredar malah bikin pusing masyarakat.
Tanpa sadar kita dilanda paranoid. Efek paranoid merupakan perasaan curiga dan rasa takut yang berlebihan terhadap satu hal. Segala gejala sakit, apapun itu dikaitkan dengan terpapar covid. Apalagi kini varian baru covid bermunculan. Dengan beragam gejala, yang selama ini dianggap biasa saja sebelum bumi dihatam covid. Ia bak makhluk monster dunia lain yang menjajah bumi. Semua terasa menakutkan. Ngeri.
Ustadz Hilman Fauzi berpesan, jadikan covid ini sebagai teguran Allah Swt kepada manusia. Untuk semakin mendekatkan diri kepada agama. Menjauhkan dari hal-hal maksiat dan dosa. Walau tak sedikit orang masih belum sadar bahwa kematian itu semakin dekat akan menghampirinya. (*)
PENULis:
Deny Rochman,
Pegiat literasi Gelemaca Cirebon