Oleh:
Deny Rochman
Korwil Pendidikan Kec. Pekalipan
Ada yang menarik dari sambutan Walikota Cirebon Drs H Nashrudin Azis, SH. Sambutan di depan 44 kepala sekolah baru, dan 36 kepala sekolah lama tingkat SD, pekan lalu. Sambutan tanpa teks itu, Walikota banyak menyoroti pentingnya pendidikan budi pekerti, pendidikan karakter bagi anak di sekolah dasar. Menurutnya, pendidikan di fase ini akan ikut menentukan tumbuh kembang anak pada fase tingkat pendidikan berikutnya.
Tentu bukan tanpa alasan Walikota memberikan pesan khusus kepada para kepala sekolah. Merekalah garda terdepan dalam menentukan pola pendidikan di sekolahnya masing-masing. Sekalipun bicara pendidikan karakter tak melulu tanggung jawab kepala sekolah. Biar efektif harus melibatkan semua komponen masyarakat. Namun di level sekolah, peran kepala sekolah sangat strategis. Dalam berkolaborasi dengan guru-guru, komite sekolah dan orang tua siswa merumuskan pola pendidikan berbasis karakter.
Seiring perkembangan jaman masalah perilaku, budi pekerti, karakter atau akhlak anak-anak makin mengkawatirkan. Ada banyak kasus kriminalitas, kasus kenakalan melibatkan anak-anak usia sekolah. Yang sebelumnya tak pernah ada, kini menjadi ada. Sebelumnya jumlahnya kecil, kini kian bertambah banyak. Kondisi ini akan terus mengkhawatirkan sejalan perkembangan teknologi informasi komunikasi yang kian tak terbendung. Dalam waktu bersamaan, waktu orang tua habis untuk bekerja di luar. Peran guru-guru pun ikut tergerus jaman.
Fenomena ini mesti disikapi serius. Yah serius. Karakter atau budi pekerti merupakan variabel utama kemuliaan manusia. Ini banyak disebutkan dalam teori-teori bahkan nash-nash agama. Bahwa kemuliaan seseorang karena kemuliaan karakter. Nabi dan rosul diutus pun untuk meluruskan akhlak manusia. Karena karakter itulah peradaban manusia terus berlanjut. Dengan kata lain, masa depan Kota Cirebon pun akan bisa diprediksi seperti apa 5, 10 atau 20 tahun mendatang bisa dilihat dari karakter atau budi pekerti siswanya di sekolah.
Sekolah itu miniatur sosial. Fenomena yang terjadi di sekolah adalah fenomena masyarakat. Maka membenahi pendidikan karakter di sekolah adalah sebuah keniscayaan. Karena sekolah memiliki program yang terencana, terarah dan terukur dalam bentuk kurikulum. Hal yang tidak dimiliki dalam pendidikan karakter di rumah.
Saking pentingnya budi perkerti bagi anak, Psikolog Pendidikan asal Amerika Thomas Licona pernah menyebutkan. Bahwa krisis karakter anak sebagai satu dari 10 tanda kehancuran sebuah bangsa. Tentu warning Walikota kepada para kepala sekolah SD bukan main-main. Orang nomor satu di Kota Cirebon ini tidak mau kotanya rusak, mengalami kemunduran karena pendidikan generasi mudanya luput dari sentuhan pendidikan budi pekerti. (*)