Ini memang tidak lazim. Ketika lurah diusulkan sammy oo. O. ooóm.o.oa forum warga di óómoo.
II cf kRW untuk menjadi Ketua Panitia Pemilihan RW. Namun peristiwa ini memang terjadi di RW 01 Kemakmuran Kelurahan Pegambiran Kec. Lemahwungkuk Kota Cirebon. Ini terjadi dalam rapat pembentukan UN jnjk8ii7i7777777i7777uu oi88888pil RW, usai pengurus RW menyampaikan laporan njjjj jawab iiku78m vote. Sesuai jadwal, Agustus akan dijukigelar pil RW.
Jumat m8k88k8uuujal nth7am 7 Juli 2023 bada isya, saya dapaukkiyh jt undangan untuk hadir rapat Lpj di Baperkam setempat. Saya sendviri hadir agak terlambat, mendekati pukul 21.00. Niat awal sih tidak akan hadir karena ada urusan keluarga, apalagi kondisi lambungnya masih nyeri. Namun niatan itu berubah jika melihat peserta yang hadir di Baperkam belum banyak. Agenda rapat malam itu adalah penyampaian Lpj dan pembentukan panitia pemilihan RW. Sesuai Perwal Kota Cirebon No. 49 Tahun 2020.
Memasuki sesi pemilihan panitia RW, Pak Ikrom tampil perdana angkat bicara. Sesepuh RW 01 ini dengan penuh keyakinan mengusulkan dua nama calon ketua yang potensial dan berpengalaman. Satu, Pak Sumantri, mantan ketua RW periode masa lalu. Kedua, mengusulkan nama saya, yang kebetulan secara kedinasan tengah diberi amanah sebagai Lurah Kesepuhan. Usulan Pak Ikhom gayung bersambung didukung Pak Didi Junaedi, mantan ketua RW dulu. Dukungan juga datang dari DR H Sahrudin, MPdi menyetujui lurah jadi panitia Pil RW.
"Saya usulkan calon ketua panitia pemilihan RW itu Pak kuwu (lurah) saja. Dia berpengalaman. Demi warga semoga siap, " Ujar Pak Ikrom disusul dukungan dari Pak Didi dan DR Sahrudin. Usulan tersebut sontak bikin geger forum. Suasana forum mendadak riuh redam.
Usulan itu langsung direspon setuju oleh forum. Bahkan hendak diputuskan. Namun Pak Edy Junaedi memilih bijak. Ia minta kesediaannya saya dipilih jadi ketua panitia pil RW.
Sebagai warga RW 01 Kemakmuran, saya merasa terhormat diusulkan jadi ketua panitia pil RW. Saya berterima kasih kepada peserta rapat atas kepercayaanya. Walau posisi saya di Kelurahan lain sebagai lurah. Secara ego pribadi, saya siap saja menjalani amanah sebagai ketua panitia. Sebagai pembelajaran kepada semua orang, jika jabatan tak akan lekang dengan waktu. Jabatan dibatasi ruang dan waktu. Lurah ditempat lain, namun warga di Kampung sendiri.
Saya teringat sikap Prof DR H Din Samsudin, MA selepas jadi ketua umum pusat organisasi besar Muhammadiyah, ia bersedia menjadi ketua ranting organisasi serupa di komplek perumahannya di Jakarta.
Namun tidak mengurangi rasa hormat saya kepada usulan para sesepuh dan tokoh masyarakat, keterpilihan saya sebagai ketua panitia agar bisa dikaji ulang. Alasannya pertama, sebagai lurah di tempat lain tentu tingkat kesibukannya relatif padat. Ini akan berpengaruh kepada kinerja dan tugas-tugas panitia pil RW ke depan. Yang dikhawatirkan mengganggu kelancaran jalannya pil RW.
Kedua, masih banyak anak-anak muda potensial di Kampung ini. Punya pengalaman organisasi yang panjang. Dipastikan mampu sekedar menjadi panitia pil RW. Alasan ketiga, ada pertimbangan lain mengapa saya memutuskan tidak bersedia menjadi panitia pil RW.
Pasca saya tak bersedia, nama-nama lainnya bermunculan untuk diusulkan. Muncul nama Pak Hari, pengurus Kampung, nama Pak Dianto anggota polisi, disebut juga nama mas Ipin, dan Pak Ikin pengurus RW hingga Pak Ikrom sendiri selaku sesepuh. Akhirnya ditetapkan yang menjadi ketua panitia pil RW adalah Mas Johan, sekretaris RW 01 Kemakmuran. Ini usulan saya untuk keluar dari kebuntuan forum. Walau semula Johan tidak bersedia. Dan setelah saya bilang bahwa ini perintah lurah, lalu Johan pun siap. Hehe...
Sementara itu jalannya rapat Lpj berjalan lancar tanpa kendala berarti. Beberapa koreksi yang disampaikan warga bersifat teknis administrasi. Sebagai mantan ketua RW 01 Kemakmuran periode sebelumnya saya mengapresiasi kinerja kepengurusan RW periode Pak Gilang. Secara administrasi sudah relatif tertib, Lpj pun dibuat. Berbagai dokumen kegiatan dan kepengutusan terpasang di Baperkam. Bahkan periode sekarang meninggalkan saldo kas Kampung sekitar Rp7 jutaan.
Rapat lesehan itu berjalan santai namun tetap serius. Sejumlah hidangan snack berjejer di karpet merah. Usai rapat peserta disuguhkan hidangan opor lontong. Kondisi ini memang tak mudah bagi kepengurusan RW yang sempat didera bencana covid-19. Bagi kepengurusan RW yang tak lagi memiliki bantuan Bawal dari Pemda Kota Cirebon. Pada masa saya menjadi RW besaran bawal adalah Rp50 juta. Itu belum ditambah insentif RW RT sebesar Rp10 juta. Tahun 2019 Bawal ditiadakan dengan alasan tertentu. Para RW harus berdikasi membangun kampungnya. (*)
Pronggol, 9 Juli 2023