Juli 08, 2023

LURAH DIUSULKAN JADI KETUA PANITIA PEMILIHAN RW


Ini memang tidak lazim. Ketika lurah diusulkan sammy oo. O. ooóm.o.oa forum warga di óómoo. 
II cf kRW untuk menjadi Ketua Panitia Pemilihan RW. Namun peristiwa ini memang terjadi di RW 01 Kemakmuran Kelurahan Pegambiran Kec. Lemahwungkuk Kota Cirebon. Ini terjadi dalam rapat pembentukan UN jnjk8ii7i7777777i7777uu oi88888pil RW, usai pengurus RW menyampaikan laporan njjjj jawab iiku78m vote. Sesuai jadwal, Agustus akan dijukigelar pil RW. 

Jumat m8k88k8uuujal nth7am 7 Juli 2023 bada isya, saya dapaukkiyh jt undangan untuk hadir rapat Lpj di Baperkam setempat. Saya sendviri hadir agak terlambat, mendekati pukul 21.00. Niat awal sih tidak akan hadir karena ada urusan keluarga, apalagi kondisi lambungnya masih nyeri. Namun niatan itu berubah jika melihat peserta yang hadir di Baperkam belum banyak. Agenda rapat malam itu adalah penyampaian Lpj dan pembentukan panitia pemilihan RW. Sesuai Perwal Kota Cirebon No. 49 Tahun 2020.
Memasuki sesi pemilihan panitia RW, Pak Ikrom tampil perdana angkat bicara. Sesepuh RW 01 ini dengan penuh keyakinan mengusulkan dua nama calon ketua yang potensial dan berpengalaman. Satu, Pak Sumantri, mantan ketua RW periode masa lalu. Kedua, mengusulkan nama saya, yang kebetulan secara kedinasan tengah diberi amanah sebagai Lurah Kesepuhan. Usulan Pak Ikhom gayung bersambung didukung Pak Didi Junaedi, mantan ketua RW dulu. Dukungan juga datang dari DR H Sahrudin, MPdi menyetujui lurah jadi panitia Pil RW. 

"Saya usulkan calon ketua panitia pemilihan RW itu Pak kuwu (lurah) saja. Dia berpengalaman. Demi warga semoga siap, " Ujar Pak Ikrom disusul dukungan dari Pak Didi dan DR Sahrudin. Usulan tersebut sontak bikin geger forum. Suasana forum mendadak riuh redam. 

Usulan itu langsung direspon setuju oleh forum. Bahkan hendak diputuskan. Namun Pak Edy Junaedi memilih bijak. Ia minta kesediaannya saya dipilih jadi ketua panitia pil RW. 
Sebagai warga RW 01 Kemakmuran, saya merasa terhormat diusulkan jadi ketua panitia pil RW. Saya berterima kasih kepada peserta rapat atas kepercayaanya. Walau posisi saya di Kelurahan lain sebagai lurah. Secara ego pribadi, saya siap saja menjalani amanah sebagai ketua panitia. Sebagai pembelajaran kepada semua orang, jika jabatan tak akan lekang dengan waktu. Jabatan dibatasi ruang dan waktu. Lurah ditempat lain, namun warga di Kampung sendiri. 

Saya teringat sikap Prof DR H Din Samsudin, MA selepas jadi ketua umum pusat organisasi besar Muhammadiyah, ia bersedia menjadi ketua ranting organisasi serupa di komplek perumahannya di Jakarta. 

Namun tidak mengurangi rasa hormat saya kepada usulan para sesepuh dan tokoh masyarakat, keterpilihan saya sebagai ketua panitia agar bisa dikaji ulang. Alasannya pertama, sebagai lurah di tempat lain tentu tingkat kesibukannya relatif padat. Ini akan berpengaruh kepada kinerja dan tugas-tugas panitia pil RW ke depan. Yang dikhawatirkan mengganggu kelancaran jalannya pil RW. 

Kedua, masih banyak anak-anak muda potensial di Kampung ini. Punya pengalaman organisasi yang panjang. Dipastikan mampu sekedar menjadi panitia pil RW. Alasan ketiga, ada pertimbangan lain mengapa saya memutuskan tidak bersedia menjadi panitia pil RW. 

Pasca saya tak bersedia, nama-nama lainnya bermunculan untuk diusulkan. Muncul nama Pak Hari, pengurus Kampung, nama Pak Dianto anggota polisi, disebut juga nama mas Ipin, dan Pak Ikin pengurus RW hingga Pak Ikrom sendiri selaku sesepuh. Akhirnya ditetapkan yang menjadi ketua panitia pil RW adalah Mas Johan, sekretaris RW 01 Kemakmuran. Ini usulan saya untuk keluar dari kebuntuan forum. Walau semula Johan tidak bersedia. Dan setelah saya bilang bahwa ini perintah lurah, lalu Johan pun siap. Hehe... 

Sementara itu jalannya rapat Lpj berjalan lancar tanpa kendala berarti. Beberapa koreksi yang disampaikan warga bersifat teknis administrasi. Sebagai mantan ketua RW 01 Kemakmuran periode sebelumnya saya mengapresiasi kinerja kepengurusan RW periode Pak Gilang. Secara administrasi sudah relatif tertib, Lpj pun dibuat. Berbagai dokumen kegiatan dan kepengutusan terpasang di Baperkam. Bahkan periode sekarang meninggalkan saldo kas Kampung sekitar Rp7 jutaan. 

Rapat lesehan itu berjalan santai namun tetap serius. Sejumlah hidangan snack berjejer di karpet merah. Usai rapat peserta disuguhkan hidangan opor lontong. Kondisi ini memang tak mudah bagi kepengurusan RW yang sempat didera bencana covid-19. Bagi kepengurusan RW yang tak lagi memiliki bantuan Bawal dari Pemda Kota Cirebon. Pada masa saya menjadi RW besaran bawal adalah Rp50 juta. Itu belum ditambah insentif RW RT sebesar Rp10 juta. Tahun 2019 Bawal ditiadakan dengan alasan tertentu. Para RW harus berdikasi membangun kampungnya. (*) 

Pronggol, 9 Juli 2023

Juli 06, 2023

REVITALISASI PERAN LINMAS

Oleh:
Deny Rochman 

Pada Kamis-Jumat ini, 6-7 Juli 2023 personil Linmas (Perlindungan Masyarakat) mengikuti kegiatan pembinaan. Kegiatan diiikuti 20 Satlinmas dari 9 RW se Kelurahan Kesepuhan itu bertempat di kelurahan setempat. Acara dibuka oleh Lurah Kesepuhan Deny Rochman. Hadir menyambut Camat Lemahwungkuk Adam Walesa.
 
Pembinaan Linmas ini menjadi bagian penting dalam membangun Sinergitas dan kolaborasi team building se Kelurahan Kesepuhan. Kita sangat sadar. Melaksanakan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat tidak hanya bergantung pada pemerintahan Kelurahan. Atau unsur Lembaga Kemasyarakatan tingkat Kelurahan (LKK) seperti LPM, RW, RT, PKK, Karang Taruna, Posyandu atau sejenisnya.
 
Elemen lainnya seperti DKM, tokoh agama, tokoh masyarakat, para pemuda, sekolah/madrasah, Satgas Destana, Kampung Siaga, termasuk Satgas Linmas yang perlu diberdayakan. Dengan bergandengan semua stakeholder tingkat kelurahan maka pembangunan kampung dan pemberdayaan masyarakat bisa dilakukan di semua lini. Rasanya akan terasa ringan semua berbagi fungsi dan peran. 
Harus diakui, peran dan fungsi petugas Linmas kurang berdaya dan diberdayakan. Peran fungsinya mengalami pasang surut di kampung-kampung. Kadang aktif atau diaktifkan, kadang tidak. Tak semua RW memiliki petugas Linmas. Ada yang beralasan kampungnya sudah aman. Karena ketiadaan anggaran honor Linmas. Kekurangan personil atau warga kurang minat jadi Linmas. 
Kurang berdayanya Linmas, minimnya kesejahteraan, memang menjadi alasan satgas ini kurang diminati warga khususnya kaum muda. Maka jangan heran jika Linmas diisi oleh warga yang sudah lewat masa mudanya. Secara fisik kekuatan ototnya mulai dan sudah mengalami penurunan. Padahal melihat tugasnya perlu dukungan energi yang cukup. Apalagi bagi Linmas yang menjalankan tugas patroli malam di wilayah kampungnya. 

Di tengah keterbatasan atau bahkan ketiadaan anggaran. Seiring masih rendahnya minat warga menjadi Linmas. Namun peran fungsi Linmas harus tetap ada di tengah masyarakat. Untuk menjaga ketertiban, kenyamanan dan perlindungan kepada masyarakat. Secara perlahan, Linmas bisa diberdayakan untuk menjaga keamanan kampung waktu malam tiba. Iuran warga bisa menjadi sumber penghasilan mereka. 
Petugas Linmas bisa diberdayakan di setiap even kegiatan di kampung. Seperti hajatan warga, hajat daerah, hajat nasional, peringatan hari besar nasional dan keagamaan, juru parkir di wilayah kampung setempat dan lain sebagainya. Sejalan perlu diusulkan untuk pemberian insentif bagi Linmas, sama halnya yang sudah diterima para LKK setiap triwulannya. 
Nah peran dan fungsi Linmas yang strategis maka selalu perlu upaya revitalisasi. Kegiatan pembinaan Linmas di Kelurahan Kesepuhan adalah bagian ikhtiar meningkatkan kompetensi Linmas. Petugas Linmas bisa mengerti tupoksinya sesuai ketentuan. Maka, selama dua hari mengikuti pembinaan, mereka akan menerima materi dari pihak Sat Pol PP, Polisi, TNI, bahkan Damkar dan pihak Kejaksaan Negeri Kota Cirebon. 

Sat Pol PP lebih membahas tentang peran fungsi Linmas sesuai ketentuan Permendagri. Sementara pihak polisian salah satu pembahasannya tentang ketentuan pengamanan, kemampuan teknis Linmas dan sosialisasi tentang polisi RW. Sedangkan TNI membahas tentang wawasan kebangsaan dan Linmas. Untuk Dinas Pemadam Kebakaran akan mengajarkan simulasi pemadaman kebakaran ringan seperti kompor gas. 
Mengapa ada narasumber dari Kejaksaan? Sudah setahun ini Kelurahan Kesepuhan menjadi pilot project nasional Kejaksaan sebagai Kampung/Rumah Restorative Justice (RJ). Persis usia RJ di Kelurahan ini sama dengan usia saya sebagai lurah di Kesepuhan ini. Awal bertugas di Kelurahan ini langsung menghadiri launching di kantor Kejaksaan Negeri Kota Cirebon. 
Restorative Justice adalah upaya penyelesaian perkara tindak pidana dengan melibatkan pelaku, korban, keluarga pelaku/korban, dan pihak lain yang terkait untuk bersama-sama mencari penyelesaian yang adil dengan menekankan pemulihan kembali pada keadaan semula, dan bukan pembalasan. Dengan kata lain menyelesaikan masalah hukum diluar pengadilan. Penyelesaian ini difasilitasi oleh Satgas RJ di tingkat Kelurahan. Beberapa kasus warga pernah diselesaikan di Kelurahan Kesepuhan. 

*) Lurah Kesepuhan

Juli 03, 2023

GURUKU MALANG, GURUKU SAYANG

Tanpa sadar, seringkali kita lupa. Lupa siapa saja yang bisa dan atau pernah membuat hidup kita sukses. Seolah, kesuksesan kita an sich hanya diraih dari jerih payah keringat kita. Jikalau pun ingat, hanya terhenti atas kuasa Allah dan doa orang tua.

Padahal kesuksesan kita bukan hanya variabel itu. Siapakah mereka? Banyak berderet nama-nama jika kita urut satu persatu. Sejak awal dalam kandungan, lahir tumbuh kembang hingga pada titik sekarang ini. 

Paling tidak, rasa syukur dan terima kasih wajib dan harus disampaikan kepada Allah Swt. Jika tidak, bisa kualat. Orang tua kita yang kedua. Ketiga guru-guru kita. Guru sejak PAUD/TK dan SD, guru SMP SMA (sederajat), masa kuliah. 
Guru-guru ini adalah deretan orang-orang yang harus dimuliakan. Karena sejatinya mereka adalah orang-orang pilihan yang diturunkan dimuka bumi. 

Guru mulia adalah guru berilmu, beramal dan berakhlak. Ini syarat mutlak guru. Siswa pintar, karena dididik dan diajar guru pintar. Siswa berakhlak, karena dididik dan diajar guru pintar. 

Jadi tak ada tempat dan bukan tempatnya jika ada orang mengaku guru namun tak berilmu, tak mau beramal dan tidak bermoral baik. Tak punya rasa sayang, hormat dan mengayomi. Beturur sopan, berlaku santun. 

Begitu beratkah tugas guru? Off course ! Sudah dibilang guru itu manusia pilihan. Tak sebarang orang bisa menjadi dan mengklaim dia guru. Maka sebelum menjalani profesi guru, ia harus melewati kawah candradimuka.

Sebuah kawah yang akan menempa, menguji dan memberi tantangan kepada mereka calon guru. Lembaga pendidikan menjadi lembaga yang paling bertanggung jawab terhadap kualitas guru-guru. 

Bukan hanya tertuju pada perguruan tinggi, tetapi mulai pendidikan usia dini, dasar, dan menengah. Ini artinya cita-cita guru harus mulai terdeteksi sejak dini. Sehingga embrio guru ini sudah dikawal sejak awal. Diperlakukan berbeda dengan anak-anak lainnya. Repotkan?

Yah paling tidak, kawah yang paling mungkin dan mudah disiapkan adalah perguruan tinggi pendidikan. Mahasiswa kampus ini harga mati harus berbeda prototipenya harus berbeda dengan mahasiswa kampus atau fakultas lain. 

Konon, bagi mahasiswa keguruan itu kehadiran di dalam ruang kelas kuliah sangat diperhatikan. Itu bagus. Tapi juga sikap dan perilakunya selama kuliah juga harus terpantau, baik di dalam maupun diluar kampus. 

Grand desaint ini menegaskan, kampus keguruan idealnya harus terpisah mandiri, tidak menyatu dari kampus atau fakultas berbeda. Tujuan agar lebih fokus menempa. Tujuannya biar tak ada godaan menuntut ilmu. Seperti kampus-kampus militer, pondok pesantren.

Masa seleksi calon guru di sekolah menjadi tahap krusial. Ketua yayasan, kepala sekolah atau dinas pendidikan, badan kepegawaian harus memiliki standarisasi kualitas guru ideal. Kriteria dan materi seleksinya berbeda dengan calon pegawai lainnya. 

Seperti di sekolah-sekolah yayasan, mereka punya standar ideal calon guru. Sesuai kebutuhan mereka dalam mengajar dan mendidik anak-anaknya. Biasanya selain kompeten dan linier keilmuannya juga berkepribadian baik, penyayang anak. 

Bagi sekolah berlabel agama, ada yang menerapkan bagi guru pria tidak merokok. Semua guru dan pegawai jika waktu sholat wajib tiba semua sholat berjamaah di masjid. 

Ada banyak kriteria standarisasi kualitas guru. Itu semata-mata untuk memagari marwah dunia pendidikan dalam mencetak anak bangsa berilmu, beramal dan berakhlak. Memang merepotkan untuk sebuah hasil yang memuaskan.

Beratnya tugas guru, maka perlakuannya juga berbeda. Berbeda lebih baik kesejahteraanya, berbeda dalam ketentuan libur dan cuti. Berbeda pengawasannya. Juga berbeda dalam hubungan sosial dengan dunia mereka.

Jika ada yang gagal paham dengan dunia guru. Ada beberapa kemungkinan. Ia berada pada lingkungan dimana guru-gurunya asal menjalankan tugas. Atau dia bukan anak guru, tidak bertetangga dengan guru. Bisa jadi selama sekolah atau kuliah tidak dekat dengan guru. Atau melihat sebagian gurunya tak ubahnya pegawai lainnya. 
Wallahu'alam bishowab.

Pronggol, 4 Juli 2023 l 03:10