Oleh:
Mas Jago
Horor covid-19. Virus Corona menebar ketakutan. Mendekati siapa pun yang ia mau. Tak mengenal usia juga status sosial ekonomi. Jika kita lengah, sikat! Lihatlah. Deretan nama-nama orang penting ikut terpapar. Mulai tokoh di level daerah hingga di tingkat dunia. Donald Trump, misalnya. Baru-baru ini Presiden Amerika Serikat bersama isterinya harus pasrah disusupi virus corona.
Virus abad milenial ini benar-benar misterius. Ia menjadi ujian berat manusia di semua belahan dunia. Ujian atas kekuatan imun dan iman manusia. Ujian bagi sisi humanisme manusia. Dulu kita menyepelekan "makhluk" ini. Cukup makai masker, cuci tangan dengan sabun, jaga jarak dan hindari kerumunan. Menjaga kebersihan, dan pola hidup sehat serta makanan bergizi.
Cukup itu? Tidak. Nyatanya tak sedikit masih parno. Paranoid. Bikin orang baper, bahkan mulai terjangkit corona phobia. Seiring makin banyak korban berjatuhan. Korban dengan beragam usia. Korban dengan macam-macam tingkat pendidikan dan pekerjaan. Sekalipun mereka hati-hati menjalankan protokol kesehatan. Namun toh tetap saja harus KO dengan virus yang ukuran super mikro ini. Kecolongan.
Lalu, mau sampai kapan kita hidup terjajah virus diduga asal Wuhan China ini? Dengan pembatasan sosial. Dengan muka terus dibungkus rapat kayak lepet? Dengan segala macam protokol yang menghilangkan sisi kemanusiaan dan kodrat kita sebagai makhluk sosial? Semua tak bisa menjawab. Karena virus ini hidup seiring bergeraknya manusia yang lalai protokol kesehatan. Unpredictable !
Sejak awal, kita menyatakan perang melawan corona. Sejak awal corona sudah dianggap musuh kita. Sayangnya kita tak pernah mengenali dengan baik musuh kita. Kita gagap menghadapi lawan tak kasat mata ini. Kita tak tahu harus apa dan bagaimana strategi yang pas. Akibatnya kita bertekuk lutut.
Saatnya kita bersikap. Belajar kembali mengenali musuh kita. Mendeteksi pergerakannya, strateginya dalam menyerang manusia. Saatnya kita tahu cara mempertahankan diri dari gempuran mereka. Yah mereka virus berduri, penghuni saluran pernafasan dan paru-paru. Mari kita mengkaji, mengaji dan mengimplementasi.
Belajar dari pengalaman Sekda Kota Cirebon, Pak Agus Mulyadi. Mengaji sama Pak ustadz Ahmad Yani. Yang satu petinggi birokrat. Yang satunya petinggi agama. Keduanya punya rasa dan cara berbeda menaklukkan lawan, si corona. Ada cara medis, dan non medis. Kita akan buka-bukaan bersama Kadinkes dokter Edy Sugiarto M.Kes. Tentang data korban, testing, tracing dan treatment covid-19.
Ini penting. Acara webinar yang digagas oleh pengurus Jabar Bergerak Kota Cirebon pada 6 Oktober mendatang. Jangan sampai. Yah jangan sampai Anda, kita semua masuk daftar buruan covid-19. Yuk daftar... Daftar webinar. Daftar tetap menjadi orang sehat, kuat dan selamat. Bukan daftar jadi calon korban si covid. (Humas Jabar Bergerak Cirebon Kota)