Oktober 03, 2020

MISTERI VIRUS CORONA

Oleh:
Mas Jago

Horor covid-19.  Virus Corona menebar ketakutan. Mendekati siapa pun yang ia mau. Tak mengenal usia juga status sosial ekonomi. Jika kita lengah, sikat! Lihatlah. Deretan nama-nama orang penting ikut terpapar. Mulai tokoh di level daerah hingga di tingkat dunia. Donald Trump, misalnya. Baru-baru ini Presiden Amerika Serikat bersama isterinya harus pasrah disusupi virus corona. 

Virus abad milenial ini benar-benar misterius. Ia menjadi ujian berat manusia di semua belahan dunia. Ujian atas kekuatan imun dan iman manusia. Ujian bagi sisi humanisme manusia. Dulu kita menyepelekan "makhluk" ini.  Cukup makai masker, cuci tangan dengan sabun, jaga jarak dan hindari kerumunan. Menjaga kebersihan, dan pola hidup sehat serta makanan bergizi. 

Cukup itu? Tidak. Nyatanya tak sedikit masih parno. Paranoid. Bikin orang baper, bahkan mulai terjangkit corona phobia. Seiring makin banyak korban berjatuhan. Korban dengan beragam usia. Korban dengan macam-macam tingkat pendidikan dan pekerjaan. Sekalipun mereka hati-hati menjalankan protokol kesehatan. Namun toh tetap saja harus KO dengan virus yang ukuran super mikro ini. Kecolongan.

Lalu, mau sampai kapan kita hidup terjajah virus diduga asal Wuhan China ini? Dengan pembatasan sosial. Dengan muka terus dibungkus rapat kayak lepet? Dengan segala macam protokol yang menghilangkan sisi kemanusiaan dan kodrat kita sebagai makhluk sosial? Semua tak bisa menjawab. Karena virus ini hidup seiring bergeraknya manusia yang lalai protokol kesehatan. Unpredictable !

Sejak awal, kita menyatakan perang melawan corona. Sejak awal corona sudah dianggap musuh kita. Sayangnya kita tak pernah mengenali dengan baik musuh kita. Kita gagap menghadapi lawan tak kasat mata ini. Kita tak tahu harus apa dan bagaimana strategi yang pas. Akibatnya kita bertekuk lutut. 

Saatnya kita bersikap. Belajar kembali mengenali musuh kita. Mendeteksi pergerakannya, strateginya dalam menyerang manusia. Saatnya kita tahu cara mempertahankan diri dari gempuran mereka. Yah mereka virus berduri, penghuni saluran pernafasan dan paru-paru. Mari kita mengkaji, mengaji dan mengimplementasi.

Belajar dari pengalaman Sekda Kota Cirebon, Pak Agus Mulyadi. Mengaji sama Pak ustadz Ahmad Yani. Yang satu petinggi birokrat. Yang satunya petinggi agama. Keduanya punya rasa dan cara berbeda menaklukkan lawan, si corona. Ada cara medis, dan non medis. Kita akan buka-bukaan bersama Kadinkes dokter Edy Sugiarto M.Kes. Tentang data korban, testing, tracing dan treatment covid-19. 

Ini penting. Acara webinar yang digagas oleh pengurus Jabar Bergerak Kota Cirebon pada 6 Oktober mendatang. Jangan sampai. Yah jangan sampai Anda, kita semua masuk daftar buruan covid-19. Yuk daftar... Daftar webinar. Daftar tetap menjadi orang sehat, kuat dan selamat. Bukan daftar jadi calon korban si covid. (Humas Jabar Bergerak Cirebon Kota)

September 28, 2020

MENOLAK KEPALA SEKOLAH BERPRESTASI

(bagian-3)
Prestasi kinerja Indri itu melahirkan dukungan kuat warga sekolah. Dukungan untuk menjadi kepala sekolah periode ketiga. Namun yayasan tidak merestui dengan alasan tidak mendasar. Proses suksesi berjalan memanas. Ada tarik ulur kepentingan. Entahlah kepentingan untuk siapa? 

****

Sadar pada akhir Oktober mendatang masa jabatan Indri sebagai kepala sekolah periode ketiga akan berakhir. Namun ia belum bisa bernafas lega. Sekolah yang delapan tahun dibangun dengan susah payah harus ditinggalkan. Ditinggalkan dalam kondisi sekolah yang belum punya calon pengganti yang pasti. 

Sekolah masih kesulitan mencari guru yang memenuhi persyaratan calon kepala sekolah. Kriteria yang ditetapkan oleh yayasan. Khususnya guru yang sudah mengikuti pendidikan dan pelatihan kepala sekolah yang berujung memiliki NUKS (Nomor Unik Kepala Sekolah).  

Kepemilikan NUKS menjadi strategis bagi kepala sekolah. Kebijakan pendidikan nasional ke depan, kepala sekolah yang belum memiliki nomor ini tidak diperkenankan mengelola dana BOS. Padahal dana BOS bagi sekolah swasta merupakan nyawa utama bagi kelangsungan masa depan sekolah. Indri tidak mau, kepala sekolah penggantinya akan mengalami hambatan serius.

Sementara dukungan kuat mengalir dari guru-guru dan TU membuat Indri semakin sulit posisinya. Di satu sisi ingin mengakhiri masa kepemimpinannya dengan happy ending. Namun di sisi lain kondisi sekolah masih menuntut kerja kerasnya mempertahankan dan mengembangkan sekolah. Seperti harapan besar guru-guru dan TU kepada Indri. Kegalauan itu kian menguat, manakala ada upaya dari ketua yayasan memaksakan calon diluar wakasek. Calon yang tidak diusung atau didukung oleh warga sekolah.

Warga sekolah makin merapatkan barisan agar calon yayasan itu tidak masuk bursa pemilihan. Calon yayasan itu bukan wajah baru. Ia adalah Musi, mantan kepala sekolah lama, sebelum Indri datang. Musi memilih pindah ke sekolah satu komplek yang tengah berkembang. Namun di sekolah barunya ambisinya  tersandung kasus dugaan pelecehan terhadap siswinya. Ia di demo. 

Isu berkembang meluas hingga sampai ke masyarakat. Mengganggu pencitraan sekolah yayasan setiap kali penerimaan siswa baru tiba. Belum tuntas satu periode, Musi akhirnya turun dari jabatannya, diamankan oleh yayasan. kasusnya ditutup.

Tahun 2020 kasus lama Musi kembali menghangat. Pemicunya, yayasan akan mendorongnya menjadi kepala sekolah kejuruan. Sekolah dengan jumlah banyak, maju dan berkembang. Kepala sekolah lama menyatakan mundur di tahun kedua karena konflik internal sekolah. Kehadirannya diprotes, karena sebagai guru baru masuk Musi malah ditetapkan menjadi wakil kepala sekolah. Apalagi akan menggantikan kepala sekolah mundur.

Penolakan itu membuat yayasan memproyeksikan Musi sebagai kepala sekolah pengganti Indri. Walau di internal yayasan pengurus lainnya tidak setuju atas pencalonan Musi. Ketua yayasan dianggap berlebihan mengistimewakan Musi dalam menempati jabatan di sejumlah tempat. Tanpa melihat potensi guru-guru lain. Sikap ketua yayasan berdalih karena kerja yayasan banyak dibantu oleh Musi.

Pengurus lainnya ingin menghentikan gejolak sekolah atas reaktif terhadap Musi. Setelah dijatuhkan dari kepala sekolah tingkat atas, diprotes kala pindah dicalonkan wakasek di sekolah kejuruan. Kini mau dicalonkan sebagai pengganti Indri.

Para anak buah Indri sudah mulai gusar. Karena mereka sudah paham bagaimana gaya kepemimpinan Musi selama menjadi kepala sekolah. Namun Musi terus kasak kusuk melakukan berbagai pendekatan dan cara agar dirinya mulus menjadi kepala sekolah selepas Indri.  Walau akhirnya ia dipaksa tidak nyalon. Ada perlawanan dari internal pengurus yayasan. 

Pengurus yayasan dan warga sekolah menilai, ketua yayasan memiliki hubungan khusus dengan Musi hingga menganak-emaskan. Musi selama ini menjadi ketua TU yayasan plus plt kepala klinik yayasan. kini didorong menjadi kepala sekolah lain, dari kejuruan hingga sekolah menengah pertama.

Proses suksesi kepala sekolah selepas Indri masih menghangat. Musi yang mundur dipaksa dari pencalonan tidak kemudian berjalan mulus. Yayasan masih ngotot tidak merestui dukungan warga sekolah mengusung Indri menjadi kepala sekolah periode ketiga. Malah salah satu pengurus yayasan bergerilya, melobi para wakasek agar mau mencalonkan diri jadi kepala sekolah. Sementara Indri ditolak pencalonannya karena alasan sudah dua periode.

Para wakasek, guru-guru dan TU heran dengan sikap yayasan menolak dukungan mereka kepada Indri. Padahal dalam aturan yayasan, sangat jelas dan gamblang. Disebutkan, kepala sekolah boleh diperpanjang periode ketiga manakala prestasi kinerja kepala sekolah yang bersangkutan dinilai amat baik. 

Lalu mengapa dukungan warga sekolah kepada Indri ditolak oleh yayasan? Apakah kerja keras Indri membawa perubahan dan kemajuan sekolah tidak dianggap sebagai prestasi? Ataukah ingin mempertaruhkan masa depan sekolah yayasannya ketika krisis kepala sekolah melanda sekolah ini? 

Namun sebagai seorang kader, Indri tetap menerima keputusan yayasan asal untuk kemajuan sekolah dan yayasan. Wallahu’alam bishowab. (*)

BERJUANG MENYELAMATKAN SEKOLAH

 (bagian-2)
Ia hadir karena diminta. Diminta untuk menjadi kepala sekolah. Sekolah yang dari tahun ke tahun jumlah siswanya terus menurun. Namun kehadiran Indri, mampu merubah keadaan. Sekolah yang kritis itu akhirnya luput dari ancaman kebangkrutan. Sayang perjuangan itu tidak dinilai sebagai prestasi. 

****

Awal tahun 2012, Indri masih menikmati menjadi pengajar di sekolah lain pada yayasan yang sama di tingkat daerah. Di tempat tak jauh,  Indri juga mengabdi sebagai guru honor di sekolah negeri perkotaan. Mengabdi di sekolah negeri ia lakoni sejak 2006. 

Di tengah asyik mengajar, pengurus yayasan kecamatan meminta agar dirinya menjadi kepala sekolah yayasan kecamatan. 
Indri ragu, apakah ia mampu. Karena ia seorang perempuan. Kepala sekolah sebelumnya sejak 1970-an sekolah berdiri adalah laki-laki. 

Apakah ia siap harus bolak balik hampir tiap hari. Menempuh perjalanan 30 Km pulang pergi dari rumahnya di kota ke sekolah kecamatan. Padahal selama ini, ia pindah sekolah ke kota karena untuk mendekatkan jarak dengan rumahnya. Sebelumnya memang Indri lama mengajar di sekolah yayasan di kecamatan itu. Sebelum tahun 2006 pasca dia lulus kuliah di kampus agama. 

Keputusan akhirnya menerima amanah pengurus yayasan kecamatan. Setelah ketua yayasan kecamatan membujuk terus. Setelah sesepuh organisasi ini meyakinkan Indri untuk menjadi kepala sekolah di yayasan kecamatan. Setelah Indri berdiskusi serius dengan suaminya. Lalu kemana kepala sekolah kecamatan yang lama? Padahal baru satu periode ? 

Ternyata kepala sekolah lama, sebut saja Pak Musi, lebih tertarik pindah ke sekolah yang lebih tinggi jenjangnya di komplek yang sama. Menggeser kepala sekolah petahana yang mengalami kasus, tapi ada yang bilang dikasuskan. Entahlah…. Sekolah tujuan ini masa itu mulai berkembang. Menggiurkan memang,

Singkatnya Indri menerima tantangan yayasan kecamatan untuk memimpin sekolah. Sekolah yang pernah dulu pertama kali mengajar menjadi guru. Sekolah yang dari tahun ke tahun jumlah siswanya sedikit bahkan cenderung menurun. Tentu akan mengganggu biaya operasional sekolah. Tahun-tahun sebelumnya kegiatan sekolah terjebak rutinitas mengajar dan belajar alakadarnya. Sarana prasarana, bahkan kegiatan ekskul tidak berjalan. Apalagi sampai meraih prestasi.

Bertugas di tahun pertama, Indri terus mencari terobosan strategi. Strategi untuk meningkatkan jumlah siswa baru. Strategi untuk meningkatkan kesejahteraan guru. Strategi untuk pengadaan sarana dan prasarana penunjang kegiatan belajar mengajar. 

Membangun hubungan baik dengan orangtua siswa, dengan yayasan, dinas, antarkepala sekolah dan lainnya. Perlahan tapi pasti, upaya itu membuahkan hasil. Atas pencapaian itu Indri pun kembali dipercaya untuk menjadi kepala sekolah periode kedua. Semua berjalan lancar, tanpa ada kendala dan tanpa ada kepentingan konflik.

Prestasi kerja Indri sebagai kepala sekolah terus dipertahankan bahkan dicoba untuk ditingkatkan pada periode kedua kepemimpinannya. Tak hanya urusan kegiatan belajar mengajar, tetapi juga membangun budaya sekolah. Budaya rukun, gotong royong dan saling menghargai. Pemberian penghargaan atas prestasi mulai dibiasanya, Memanusiakan manusia. Kinerja periode ketiga pun dianggap memuaskan warga sekolah. Termasuk pihak pemerintah melalui penilaian kinerja kepala sekolah dan akreditasi sekolah. 

Respon sekolah dibawah kepemimpinan Indri pun cukup kooperatif, loyal. Mulai dari penataan kebijakan sentralisasi keuangan sekolah ke yayasan, pembagian ruang kelas dan gedung sekolah dan beragam kebijakan lain yayasan mencoba untuk diikuti. Kegiatan verifikasi dan audit keuangan sekolah oleh yayasan pun tidak ada masalah. Indri sadar, ia adalah sekolah swasta yang dimiliki oleh yayasan. Namun ia pun harus menjalin hubungan baik dengan Dinas Pendidikan di daerahnya. 

Sekolah Indri terus tumbuh berkembang dan maju di semua lini. Paling tidak mendekati pemenuhan kriteria sekolah standar nasional atau pemenuhan delapan standar nasional pendidikan. Itulah kemudian, mengapa wakasek, guru-guru dan TU menyatakan kebulatan tekad untuk mengusung Indri menjadi kepala sekolah periode ketiga.

Ada sejumlah alasan warga sekolah mengusung Indri ketiga kalinya. Pertama, pengajuan calon kepala sekolah adalah usulan guru-guru dan TU. Warga sekolah sepakat, atas prestasinya Indri layak diberikan penghargaan menjadi kepala sekolah untuk periode ketiga. Kedua, belum ada guru-guru yang ada memenuhi kelayakan kriteria sebagai calon kepala sekolah pengganti Indri. 

Ketiga, kepemimpinan Indri yang santun, guyub, supel dan mengedepankan kebersamaan masih dibutuhkan dalam mengembangkan dan memajukan sekolah yayasan kecamatan itu. 

Bagaimana sikap Indri atas desakan warga sekolah untuk menjabat ketiga kalinya sebagai kepala sekolah? Mengapa ada hambatan dalam proses seleksi calon kepala sekolah yayasan di kecamatan itu? (bersambung)

KONFLIK PENCALONAN KEPALA SEKOLAH

 
(bagian-1)
Ini drama suksesi kepala sekolah. Kisah yang terjadi pada sebuah sekolah swasta berlabel agama. Proses yang mengabaikan sistem. Memandang sebelah mata aturan. Mengedepankan akal, friksi dan interest. Nilai-nilai karakter memudar. Rasa saling menghargai dan menghormati luntur. Mulai tumbuh friksi, ambisi, tendensi, kebencian dan permusuhan.  

****

Pada awal Agustus 2020, kepala sekolah Indri menyampaikan surat pemberitahuan kepada yayasan di tingkat kecamatan. memberitahukan bahwa jabatannya akan selesai dalam tiga bulan ke depan. Seusai ketentuan aturan dalam yayasan tersebut. Empat tahun menjabat, setelah itu tiga bulan sebelum berakhir harus bersurat kepada yayasan.

Satu bulan sudah berlalu, surat balasan dari yayasan kecamatan belum kunjung datang. Surat yang berisi agar kepala sekolah Indri menjaring bakal calon (balon) kepala sekolah. Balon yang dijaring dari guru-guru setempat yang potensial, sesuai kriteria aturan. Atau yayasan punya kebijakan untuk memperpanjang kepala sekolah Indri, untuk periode ketiga (2020-2024).

Balasan surat ke sekolah, kalah cepat dengan yayasan di tingkat daerah. Yah pengurus yayasan ini berjenjang, dari tingkat pusat di Ibu Kota Negara, propinsi, kota/kabupaten, hingga kecamatan dan tingkat desa (ranting). Pengurus bidang pendidikan yayasan daerah mengeluarkan instruksi pada 6 Agustus 2020 kepada yayasan kecamatan. Instruksi agar pengurus kecamatan menjaring calon kepsek untuk diajukan kepada pengurus daerah untuk di-SK-kan. 

Setelah sebulan lebih, pengurus kecamatan baru mengirimkan surat balasan atas surat pemberitahuan pihak sekolah. Keputusan pengurus diambil setelah situasinya memanas. Setelah beberapa kali pihak sekolah menanyakan perihal surat balasan. Hasil keputusan yang dirapatkan dijajaran pimpinan pada Rabu siang 16 September 2020 

Sayangnya, surat balasan itu berisi tentang rekruitmen seleksi calon kepala sekolah. Lengkap dengan lampiran syarat ketentuan dari A-Z, mekanisme dan prosedur serta blangko biodata bakal calon. Bukan surat memerintahkan kepala sekolah untuk membentuk panitia seleksi, untuk melakukan penjaringan bakal calon. 

Dalam batas waktu sepekan, calon harus menyiapkan seabreg persyaratan. Lalu mereka mendaftar langsung kepada yayasan bidang pendidikan. Namun mendekati deadline, belum ada balon yang mendaftar. Pihak yayasan gusar. Mereka pro aktif. Semua wakasek dihubungi lewat WA untuk mendaftar. 

Para wakasek, guru-guru da TU tidak bergeming. Mereka semua, yah semua sepakat: mengusung kembai Indri, kepala sekolah petahana untuk menjabat kembali menjadi kepala sekolah untuk ketiga kalinya. Tentu warga sekolah ini bukan tanpa alasan memilih kembali Indri. Tentu bukan karena paksaan akhirnya meminta Indri menjadi kepala sekolah. Selama dua periode sebelumnya, Indri sudah banyak berbuat untuk perkembangan dan kemajuan sekolah ini. Sekolah yang semula, sebelum Indri menjabat, akan ditutup mengingat jumlah siswanya terus terjun bebas, minim.

Secara sadar, wakasek, guru-guru dan TU memberikan dukungan tertulis. Mereka melakukan gerakan tanda tangan dukungan. Dukungan kepada Indri untuk kembali diajukan sebagai kepala sekolah periode ketiga. Sayangnya, niat tulus warga sekolah itu terhenti dengan kebijakan yayasan. Yayasan tetap bersikukuh Indri tak boleh mencalonkan lagi, apalagi diajukan untuk perpanjang masa jabatan hingga tiga periode. 

Alasan warga sekolah tidak bisa diterima oleh yayasan. kendati yayasan tahu sesuai aturan kepala sekolah bisa diperpanjang masa jabatannya hingga tiga bahkan empat perode. Tentu dengan syarat dan ketentuan berlaku. Nah, Indri dimata warga sekolah sebenarnya memungkinkan untuk diperpanjang periode ketiga. Memenuhi syarat dan ketentuan aturan resmi yayasan. Tapi mengapa tidak boleh diperpanjang period ketiga ? (bersambung)