Si Covid-19 masih berulah. Sejak akhir 2019 terendus mengganggu manusia. Maka pada awal 2020, Indonesia menetapkan sebagai pandemi. Hari berganti minggu dan bulan berganti tahun, penyebaran virus asal Wuhan Tiongkok ini masih belum berhenti. Ia terus menteror kehidupan manusia. Bahkan kini virus corona sudah beranakpinak. Bermutasi dalam banyak varian. Satu varian asal Wuhan saja belum kelar, kini manusia harus menghadapi banyak varian. Ngeri !!
Awal kehadirannya virus ini dianggap remeh. Wujudnya yang super mini (micro) dianggap tidak membahayakan. Ia akan punah ditempat suhu yang berbeda. Ketika tak memiliki inang (indung) untuk hidup. Tak bisa bertahan bertahan lama jika diluar manusia. Akan hilang ketika cukup kita cuci tangan. Tak mungkin mampu melawan kekebalan tubuh orang Indonesia. Yang terbiasa hidup apa adanya.
Mencegahnya cukup pakai masker. Itu pun semula pakai masker bagi yang sakit. Kini semua orang wajib bermasker kapan pun dimana pun dengan siapa pun. Dulu penularan covid melalui droplet (percikan ludah). Sekarang bisa melalui udara (airborne), bahkan melalui benda-benda yang pernah disentur penderita. Awalnya cukup jaga jarak 1 meter, kini lebih jauh lebih baik. Kisaran 1,5 hingga 2 meter.
Namun seiring berjalan waktu manuver virus asal Wuhan Tiongkok ini bak sebuah monster. Ia menciptakan horor bagi kehidupan manusia. Satu per satu pasukan covid berhasil merenggut nyawa manusia. Ada anggota keluarga, saudara, teman, tetangga dan lainnya. Laki-laki atau perempuan. Anak, muda dan tua, bahkan balita dan lansia. Jumlahnya puluhan ribu tiap negara. Jutaan di tingkat dunia. Dunia mengalami krisis ekonomi.
Virus baru yang banyak menyerang manusia bumi adalah B.117 asal Inggris (alfa), kemudian B.1351 asal Afrika Selatan (beta) dan varian mutasi ganda dari India B. 1617 (delta). Ada juga menyebutkan varian baru lainnya yaitu D614G ini mulai terdeteksi di Indonesia pada April 2020. Varian virus corona N439K terdeteksi di Indonesia sejak November 2020.
Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO mendeteksi enam varian baru virus corona yang masuk kategori variant of interest (VoI), selain tiga varian sebelumnya yang lebih menular. Enam varian baru virus corona yang masuk kategori VoI antara lain :
- B.1.525 pertama kali ditemukan di Inggris dan Nigeria
- B.1.427/B.1.429 pertama kali ditemukan di Amerika Serikat
- B.1.1.28.2 alias P.2 pertama kali ditemukan di Brasil
- B.1.1.28.3 alias P.3 pertama kali ditemukan di Filipina dan Jepang
- B.1.526 dengan E484K atau S477N pertama kali ditemukan di Amerika Serikat
- B.1.616 pertama kali ditemukan di Prancis
WHO melabeli nama-nama 10 varian virus corona baru. Varian virus corona Inggris B.1.1.7 disebut Alpha Varian. Gejala virus ini antara lain Demam Batuk, Sulit bernapas, Menurunnya fungsi indera pengecap dan penciuman, keluhan pada saluran pencernaan.
1. Varian virus corona Afrika Selatan B.1.351 disebut Beta.
2. Varian virus corona Brasil P.1 disebut Gamma Varian.
3. Varian India B.1.617.2 disebut Delta
4. Varian Amerika Serikat B.1.427/B.1.429 disebut Epsilon.
5. Varian virus corona Brasil P.2 disebut Zeta.
CEPAT MENULAR
Varian B.117 ini diketahui memiliki tingkat penularan yang lebih tinggi sekitar 36 sampai 75% dibandingkan dengan jenis virus yang beredar sebelumnya.
Sebaran kasus varian baru di Indonesia antara lain varian jenis B. 1617 ada di Kepulauan Riau 1 kasus, dan DKI Jakarta 1 kasus. Varian B.117 ada di Sumatera Utara 2 kasus, Sumatera Selatan 1 kasus, Banten 1 kasus, Jawa Barat 5 kasus, Jawa Timur 1 kasus, Bali 1 kasus, Kalimantan Timur 1 kasus. Sementara untuk varian B. 1351 ada di Bali 1 kasus.
Pakar Epidemiolog Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengatakan, penularan mutasi virus korona D614G lebih cepat 10 kali. Spike protein yang dimiliki D614G sangat efektif menempel dan menginfeksi manusia. Mutasi D614G disebut lebih berbahaya karena kecepatan infeksinya.
Sementara itu varian N439K, menurut Ketua Umum PB IDI, Daeng M Faqih, itu sudah ditemukan di lebih dari 30 negara. Daeng mengatakan, kecepatan mutasi yang lebih cepat N439K juga sangat cepat dan lebih 'smart' dari varian sebelumnya.
GEJALA VIRUS
Mereka yang terpapar virus ini memiliki gejala, mulai yang ringan hingga yang serius. Gejala ini dikenali sejak awal virus corona menyebar. Memang berbeda orang berbeda reaksi terhadap virus ini.
Gejala yang paling umum:
- demam
- batuk kering
- kelelahan
Gejala yang sedikit tidak umum:
- rasa tidak nyaman dan nyeri
- nyeri tenggorokan
- diare
- konjungtivitis (mata merah)
- sakit kepala
- hilangnya indera perasa atau penciuman
- ruam pada kulit, atau perubahan warna pada jari tangan atau jari kaki
Gejala serius:
- kesulitan bernapas atau sesak napas
- nyeri dada atau rasa tertekan pada dada
- hilangnya kemampuan berbicara atau bergerak
Orang dengan gejala ringan yang dinyatakan sehat harus melakukan perawatan mandiri di rumah. Rata-rata gejala akan muncul 5–6 hari setelah seseorang pertama kali terinfeksi virus ini, tetapi bisa juga 14 hari setelah terinfeksi.
Dalam perkembangannya penyebaran virus kian menakutkan. Selain bermutasi dalam variannya yang banyak. Kini virus hasil mutasi ini lebih cepat menularnya. Secara umum, varian virus yang berkembang di Indonesia ada tiga jenis: virus alfa, delta.
Gejala yang terkait dengan varian Alpha tidak jauh berbeda dengan infeksi Covid-19 pada umumnya, yaitu:
- Batuk dan sakit tenggorokan
- Demam
- Kelelahan dan nyeri otot
- Hilang rasa dan indra penciuman
- Sesak napas
- Sulit berpikir jernih
- Pusing, malaise, dan mual
Untuk gejala virus beta antara lain :
- kehilangan kemampuan indra penciuman (anosmia)
- demam
- batuk terus-menerus
- kelelahan parah
- sakit kepala
- sakit perut
- nyeri dada
- sakit tenggorokan
- sesak napas yang parah
- nyeri otot
- suara serak
- delirium
- diare, dan
- ruam kulit.
Sedangkan gejala virus corona varian Delta, sebagaimana disampaikan oleh profesor kedokteran darurat dan kesehatan internasional di Johns Hopkins Universiy, Dr. Bhakti Hansoti, di antaranya:
- Sakit perut
- Hilangnya selera makan
- Muntah
- Mual
- Nyeri sendi
- Gangguan pendengaran.
- Sakit kepala
- Sakit tenggorokan
- Pilek
- Demam
SEBAB VIRUS MUTASI
Virus bertahan hidup dengan cara menempel pada sel inang. Selama berada di dalam tubuh manusia atau hewan yang menjadi inangnya, virus akan terus berkembang biak dengan menyalurkan materi genetik, baik RNA maupun DNA, ke sel sehat dalam tubuh inangnya.
Setelah materi genetik virus masuk ke dalam sel inang, virus akan menguasai dan merusak sel tersebut. Namun, pada manusia, proses ini bisa dihambat oleh sistem kekebalan tubuh.
Agar dapat bertahan hidup, virus harus beradaptasi dengan selalu bermutasi untuk mengelabui sistem kekebalan tubuh inangnya. Setelah virus bermutasi, sistem kekebalan tubuh akan lebih sulit mengenali virus, sehingga virus dapat tetap bertahan dan menyerang sel inangnya.
Tak hanya untuk mengelabui sistem imunitas, proses mutasi virus juga dapat membuat virus semakin kuat dan lebih mudah berkembang biak. Mutasi virus pun dapat membuat virus berpotensi menyebabkan penyakit baru, misalnya COVID-19. Virus Corona penyebab penyakit COVID-19 merupakan jenis virus RNA. Jika dibandingkan virus DNA, virus RNA memang cenderung lebih cepat bermutasi.
Beberapa faktor yang menjadi penyebab peningkatan kasus di negara-negara tersebut adalah mobilitas pergerakan masyarakat adanya varian baru virus COVID-19.
Ada beberapa faktor yang membuat virus corona bermutasi, yaitu: (1) durasi wabah dan kondisi penyebarannya. Makin lama durasi wabah, apalagi penyebaran virusnya kurang bisa dikendalikan, makin besar potensi virus untuk bermutasi; (2) Sifat alamiah dari virus. Virus merupakan metaorganisme yang memiliki kemampuan untuk berevolusi. Kemampuannya ditunjukkan dalam proses mutasi. Mutasi sebenarnya hal alami pada makhluk hidup, termasuk virus agar bisa bertahan hidup.
Faktor ke- (3) perubahan suhu
Menurut dr. Astrid Wulan Kusumoastuti, baik suhu panas maupun suhu dingin sama-sama bisa membuat virus bermutasi. Misalnya, suhu panas bisa membuat virus bermutasi jadi lebih tahan suhu panas. Lalu, suhu dingin bisa membuat virus bermutasi jadi lebih tahan suhu dingin.; (4) campur tangan perantara virus. Faktor dari vektor atau perantara virus, misalnya manusia dan hewan juga bisa jadi penyebab mutasi virus corona. Virus memanfaatkan sel tubuh untuk bereplikasi (memperbanyak diri),
MELAWA MUTASI VIRUS
Sebenarnya akan sulit untuk mengendalikan sifat alamiah virus dan beberapa faktor lainnya. Kendati begitu, ada satu faktor yang bisa kita kontrol untuk mencegah mutasi virus corona semakin banyak dan berubah jadi membahayakan. Ya, kita harus mengendalikan penyebarannya dengan cara:
- Memakai masker.
- Menjaga jarak minimal 1 meter.
- Tidak berada di kerumunan.
- Tidak mendatangi zona hijau jika kita berasal dari zona merah.
- Selalu mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau hand sanitizer.
- Rutin membersihkan benda dengan disinfektan.
- Berada di ruangan yang sirkulasi udaranya baik.
- Menerapkan pola hidup sehat dan bersih agar daya tahan tubuh terjaga.
- Tidak memaksakan diri untuk keluar rumah dan bertemu orang saat tidak enak badan.
- Tidak menolak untuk diberikan vaksin COVID-19.
- Menjaga ketaatan ibadah dan berdoa. Untuk tetap berfikir positif dan menghindari stress berlebihan.
Prof DR dr Prof Dr dr Yuwono M Biomed, Direktur Utama Rumah Sakit Pusri menjelaskan, untuk pemakaian masker sebenarnya digunakan di tiga tempat. Pertama di rumah sakit. Kedua di kerumunan tidak jelas, tidak dikenal kondisi tiap personal. Dan ketiga saat kita sakit atau berhadapan dengan orang sakit. Pernyataan Tim Gugus Tugas Penanganan Covid-19 di Sumatera Selatan dalam wawancara virtual yang viral di medial sosial. (*)
Penulis:
DENY ROCHMAN
Pegiat literasi Gelemaca Kota Cirebon