Hari itu, Sabtu 19 September 2020 hari masih pagi. Saya baru akan beranjak bersiap mengantar isteri ke tempat fitness di kawasan bisnis Karanggetas Kota Cirebon. Sekalian hendak kondangan resepsi mas Taufik, sepri Walikota Cirebon Drs H Nashrudin Azis, SH di Hotel Grage. Mas Taufik ini adik kelas jauh di kampus oranye Fisipol Unsoed Purwokerto. Putera mantan Pj Sekda, Kepala BKPPD dan mantan Kadisdik Kota Cirebon H. Anwar Sanusi, S.Pd., M.Si.
Disela persiapan, sebuah pesan masuk ke inbox facebook saya. Pesan dari Mia Nurlaeli, seorang siswa SMP Negeri 4 Kota Cirebon tahun 2008-2011 silam. Ia mengabarkan sahabatnya masa sekolah itu meninggal dunia. Di usianya ke-27 tahun, Fuji Marsela Erlita tutup usia. Yang bikin makjleb, anak pinter, supel dan cantik ini wafat ketika di hari bahagianya. Melahirkan seorang anak, buah pernikahannya setahun lalu, pada 15 Desember 2019.
Kabar duka tersebut membuat banyak orang tak percaya. Tidak saja bagi suami dan keluarga besarnya. Tetapi bagi sahabat, teman-teman sekolah dan kampusnya. Bahkan guru-guru masa sekolah di SD hingga SMA serta para dosen di kampus Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP). Selama sekolah dan kuliah, Fuji dikenal anak dan teman yang baik, pinter, teladan dan berprestasi. Harapan Fuji anak pertama sebagai tulang punggung keluarga, menjadi teladan dua adiknya sirna.
"Almarhumah orang yang baik sekali. Suka membantu. Aktifis, berprestasi, pintar, cerdas, amanah dan sholehah. Almarhumah tauladan yang baik. Insha Allah husnul khotimah. Aamiin," tutur Lukman Hakim dalam pesan Whatsappnya, teman masa kuliahnya di Fakultas Farmasi UMP. Ia mengaku, saat dirinya menjadi presiden mahasiswa, Fuji Direktur Badan Keuangan Mahasiswa. Keduanya sama-sama aktif di organisasi IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah). Hal serupa diakui oleh Bayu Prayoga, rekan kuliahnya yang diajak gabung oleh Fuji ikut IMM.
Fuji Marsela memang anak yang supel, periang. Saya mengenal Fuji masa sekolah di SMP Negeri 4 Kota Cirebon. Bahkan sempat menjadi guru wali kelasnya, guru pengajar IPS dan guru pembina jurnalistik sekolahnya. Fuji satu dari sekalian anak di sekolah yang cukup dekat dengan saya. Bersama sahabatnya, Mia Nurlaeli. Keduanya aktif di remaja masjid sekolah. Bersama Mia, Fuji melanjutkan sekolah farmasi (SMK) Muhammadiyah di Cideng Kab. Cirebon. Sekolah dasar Fuji dilalui di SDN Pelandakan 2 Kota Cirebon.
Di sekolah ini, saya dipertemukan lagi dengan Fuji dan Mia. Beberapa kali saya melatih beladiri Tapak Suci siswa baru di sekolah itu. Perkenalannya dengan Muhammadiyah, membuat Fuji memilih kuliah di bidang yang sama di kampus UMP. Keinginannya untuk kuliah bareng dengan Mia batal. Orangtuanya tak mengijinkan Fuji kuliah di Solo. Terlalu jauh alasannya.
Kendati kuliah Fuji dan Mia terpisah karena jarak, toh mereka rajin berjumpa lewat medsos atau bertelepon ria. Sesekali jika waktu libur kuliah tiba, keduanya berjumpa di Cirebon. Saya pun pernah berjumpa dengan keduanya di sekolah. Fuji dan Mia sama-sama seperti masa sekolah. Keduanya supel, sopan dan santun sama guru. Salah satu guru yang sering ditanya adalah ustad Arif Syarifudin. Guru senior pembina dan penjaga akhlak para siswa sekolah di SMP-nya.
Perjumpaan singkat di Cirebon mengabarkan bahwa Fuji bukan mahasiswa biasa. Ia juga dikenal aktif di organisasi kampus. Mahasiswa hobi panjat gunung. Namun juga dikenal sangat sibuk. Disela kesibukannya kuliah dan berorganisasi, ia masih sempat nyambi menjadi asisten apoteker di sebuah apotek di Kota Purwokerto. Mungkin sadar diri karena orang tuanya hanya pedagang biasa. "Fuji anaknya gak mau merepotkan orang tua," kenang Mia, sahabatnya sejak di bangku SMP.
Sayangnya selama kuliah, saya belum pernah berjumpa Fuji di kampusnya atau di Kota Purwokerto. Padalah UMP bagi saya adalah kampus kedua, setelah kampus kuliah saya di Fisipol Unsoed tahun 1994 silam. Selama kuliah, sering bolak balik ke UMP. Baik saya sebagai ketua umum IMM cabang Kab. Banyumas, maupun sebagai pelatih beladiri Tapak Suci. Kota Purwokerto juga kota kedua saya setelah Cirebon. Isteri dan keluarga asli kota mendoan ini.
Kini kerinduan saya sebagai guru terhadap anak didiknya satu lagi berkurang. Tak ada lagi mendengar kabar keceriaan Fuji. Tak ada lagi mendengar kisah suksesnya. Mimpi hidupnya sudah terkubur seiring jasadnya terbenam di liang lahat pada hari Sabtu kelabu. Proses operasi sesar anak pertamanya 9 September lalu menyisakan masalah. Bayi perempuannya selamat dan sehat.
Pada 19 September, Fuji kembali dirawat di RS Sumber Hurip Kab. Cirebon. Di rumah sakit ia bekerja sebagai apoteker. Fasilitas rumah sakit di kota Sumber ini yang belum mendukung, maka Fuji dilarikan ke RSUD Arjawinangun. Tak jauh dari Sumber. Sayangnya, pada pukul 07.00 Sang Kuasa memilih memanggil Fuji Marsela untuk kembali ke kampung akherat. Innalillahi wainnailaihi rojiuun. Selamat jalan anak sholehah, aktifis dan apoteker berprestasi... (*)
Cirebon, 20.09.2020 l 02.30
Turut Berduka, Gurumu...
Deny Rochman