Oleh :
Deny Rochman
A. Latar Belakang
Problem stagnasi bangsa
Indonesia terhadap perubahan progesif dibandingkan dengan negara berkembang
lainnya bermuara pada lemahnya kualitas sumber daya manusia bangsa ini. Dunia
pendidikan merupakan dianggap pihak yang bertanggung jawab dalam persoalan ini
sekaligus berperan penting dalam mengumpulkan kekuatan guna menumbuhkan
manusia-manusia yang berkualitas dan bermoral. Kemudian dalam tujuan pendidikan
nasional UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan :
“...untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Harus diakui bahwa dalam
meningkatkan mutu pendidikan bangsa ini tidak semudah memetik bunga di tanam
karena banyak aspek di dalamnya. Salah satu aspek yang ikut
mempengaruhi proses peningkatan mutu pendidikan adalah peran dan fungsi kepala
sekolah dalam memimpin lembaganya di unit terkecil dalam “birokrasi”
pendidikan. Secara umum fungsi dan peran
kepala sekolah adalah sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor,
leader dan inovator dan motivator (EMASLIM).
Salah satu fungsi dan peran
penting kepala sekolah dalam proses peningkatan mutu pendidikan adalah fungsi
supervisor. Karena dalam fungsi ini seorang kepala sekolah bisa mengetahui,
mengukur dan memetakan kemampuan sumber daya manusia sekolahnya (baca: guru).
Sayangnya, fungsi supervisor belum bisa maksimal dilaksanakan oleh seluruh
kepala sekolah. Kendati pun dilaksanakan, hanya sebatas formalitas untuk
menggugurkan kewajibannya sebagai pemimpin sekolah. Fungsi ini kerap tidak berujung
pada perubahan dalam mempengarui mutu pendidikan.
B. Tujuan Penulisan
Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui : (1) tugas
dan fungsi kepala sekolah sebagai supervisor. (2) Mengetahui upaya kepala
sekolah untuk meningkatkan kompetensi professional guru. (3) Mengetahui teknik-teknik supervisi kepala
sekolah untuk meningkatkan kompetensi professional guru.
C. Manfaat Penulisan
Ada beberapa manfaat penulisan
makalah ini yaitu secara teoritis, praktis dan kebijakan. Secara teoritis,
penulisan makalah bisa menguji teori dan konsep supervisi dengan realitas di
sekolah. Secara praktis, kajian makalah ini mengetahui kemampuan guru sekolah
dalam proses kegiatan belajar mengajar. Sedangkan secara kebijakan, kepala sekolah bisa merumuskan kebijakan
terhadap peningkatan mutu sekolahnya.
D. Lokasi Observasi
Lokasi observasi makalah ini
adalah SMP Negeri 4 Kota Cirebon Jalan Pemuda No. 16 Kota Cirebon.
- TINJAUAN TEORITIS
- Pengertian Supervisi
Suharsimi Arikunto mengemukakan tentang istilah supervisi. Menurutnya,
istilah supervisi lebih mendekatkan pada sifat manusiawi dalam
pelaksanaansupervisi tidak mencari kesalahan atau kekurangan tetapi melakukan pembinaan,
agar pekerjaan yang disupervisi diketahui kekurangannya, diberitahukan cara
meningkatkan, dan membicarakan bersama sesuatu kekurangan.
Kemudian Suharsimi Arikunto menyatakan tentang pengertian Supervisi
Pengajaran dengan menyebut sebagai “Supervisi Klinis” yaitu suatu bentuk
supervisi yang difokuskan pada peningkatan kualitas mengajar dengan melalui
sarana siklus yang simpatik untuk langkah-langkah intensif dan cermat tentang
penampilan mengajar yang nyata serta bertujuan untuk mengadakan perubahan
dengan cara yang rasional.
Glickman dalam Ibrahim Bafadal mendefinisikan Supervisi Pengajaran adalah
serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses
belajar mengajar demi pencapaian tujuan pengajaran. Daresh mengemukakan
Supervisi Pengajaran adalah upaya membantu guru-guru mengembangkan kemampuannya
mencapai tujuan pengajaran.
Menurut pendapat Harris dalam Piet A. Sahertian, Supervisi Pengajaran
adalah apa yang dilakukan oleh petugas sekolah terhadap stafnya untuk
memelihara (maintain) atau mengubah pelaksanaan kegiatan di sekolah yang
langsung berpengaruh terhadap proses mengajar guru dalam usaha meningkatkan
hasil belajar siswa. Selanjutnya Crosby
sebagaimana dikutip oleh Burhanuddin mengemukkan supervisi adalah pembinaan
yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan
kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan supervisi pengajaran adalah
upaya seorang kepala sekolah dalam pembinaan guru agar guru dapat meningkatkan
kualitas mengajarnya dengan melalui langkah-langkah perencanaan, penampilan
mengajar yang nyata serta mengadakan perubahan dengan cara yang rasional dalam
usaha meningkatkan hasil belajar siswa.
Supervisi merupakan kegiatan membina dan dengan membantu pertumbuhan agar
setiap orang mengalami peningkatan pribadi dan profesinya. Menurut Sahertian
(2000), supervisi adalah usaha memberi
layanan kepada guru-guru baik secara individual maupun secara berkelompok dalam
usaha memperbaiki pengajaran dengan tujuan memberikan layanan dan bantuan untuk
mengembangkan situasi belajar mengajar yang dilakukan guru di kelas.
Supervisi merupakan pengembangan dan perbaikan
situasi belajar mengajar yang pada akhirnya perkembangan siswa. Itu perbaikan
situasi belajar mengajar bertujuan untuk : (1) menciptakan, memperbaiki, dan
memelihara organisasi kelas agar siswa dapat mengembangkan minat, bakat, dan
kemampuan secara optimal, (2) menyeleksi fasilitas belajar yang tepat dengan
problem dan situasi kelas, (3) mengkoordinasikan kemauan siswa mencapai tujuan
pendidikan, (4) meningkatkan moral siswa.
Lebih lanjut Ngalim Purwanto (1987) mengemukakan bahwa supervisi ialah
suatu aktivitas pembinaan yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan sekolah
maupun guru, oleh karena itu program supervisi harus dilakukan oleh supervisor
yang memiliki pengetahuan dan keterampilan mengadakan hubungan antar individu dan
ketrampilan teknis. Supervisor di dalam tugasnya bukan saja mengandalkan
pengalaman sebagai modal utama, tetapi harus diikuti atau diimbangi dengan
jenjang pendidikan formal yang memadai.
- Kepala Sekolah dan Supervisi
Fungsi kepala sekolah antara lain memberikan bimbingan dan penyuluhan
terhadap staf guru maupun staf tatausaha agar setiap staf dapat melaksanakan
tugasnya dengan baik, dalam arti agar tugas itu dapat berhasil secara efektif.
Dengan bimbingan terhadap satf guru, maknanya kepala sekolah berusaha agar
tugas guru sebagai pendidikan dan pengajar dapat tercapai hasil yang efektif
dan efisien.
Usaha dan kegiatan membimbing guru meliputi bimbingan di dalam kelas seperti
metode penyampaian, cara mengajar, hubungan siswa dengan guru, dan proses belajar
mengajar, bimbingan di luar kelas meliputiteknik membuat satuan pelajaran,
menulis dan mereview satuan pelajaran, pengembangan proses instrumen laporan. Tanggung jawab
seorang supervisor adalah mengusahakan agar karyawan itu mau melaksanakan
tugasnya sesuai dengan persyaratanpersyaratan pekerjaan yang telah ditetapkan.
Dengan demikian tugas utama.
Kepala sekolah sebagai
supervisor pendidikan dituntut untuk memiliki kemampuan mengelola program
peningkatan mutu pendidikan, mulai dari proses perancangan kegiatan, pelaksana
dan pemantauan serta evaluasi hasil program tersebut. Jika pelaksanaan
pengawasan secara prosedural sudah sesuai dengan konsep dan dasar supervisi /
inspeksi yang ada, maka implikasinya pada pendidikan akan menghasilkan mutu
pendidikan dan akhirnya tercipta pendidikan bermutu. Selanjutnya penelitian
skripsi ini diharapkan dapat memberikan Memberikan kontribusi kognitif bagi
perkembangan wacana mengenai supervisi pendidikan sehingga diharapkan dapat
meningkatkan kinerja pengawas sekolah pada umumnya demi terselenggaranya
pendidikan yang lebih bermutu.
Secara umum,
kepala sekolah merupakan penyelenggara pendidikan yang juga, yaitu : (1)
menjadi manajer lembaga pendidikan, (2) menjadi pemimpin, (3) sebagai penggerak
lembaga pendidikan, (4) sebagai supervisor atau pengawas, (5) sebagai pencipta
iklim bekerja dan belajar yang kondusif. Sesuai dengan peran dan tugas-tugas di
atas, kepala sekolah sebagai manajer sekolah dituntut untuk dapat menciptakan
manajemen sekolah yang efektif.
Menurut
Mantja (2000), keefektifan manajemen pendidikan ditentukan oleh profesionalisme
manajer pendidikan. Adapun sebagai manajer terdepan kepala sekolah merupakan
figur kunci dalam mendorong perkembangan dan kemajuan sekolah. Kepala sekolah
tidak hanya meningkatkan tanggung jawab dan otoritasnya dalam program-program
sekolah, kurikulum dan keputusan personil, tetapi juga memiliki tanggung jawab
untuk meningkatkan akuntabilitas keberhasilan siswa dan programnya. Kepala
sekolah harus pandai memimpin kelompok dan mampu melakukan pendelegasian tugas
dan wewenang (Nur Kholis, 2003).
Menurut Wohlstetter dan Mohrman (dalam Nur Kholis,
2003) peran kepala sekolah dalam MBS adalah sebagai designer, motivator,
fasilitator, dan liaison. Sebagai designer kepala sekolah harus membuat rencana
dengan memberikan kesempatan untuk terciptanya diskusi-diskusi menyangkut
isu-isu dan permasalahan di seputar sekolah dengan tim pengambil keputusan
sekolah. Tentu saja dalam hal ini harus melibatkan berbagai komponen terkait
secara demokratis.
Untuk mengetahui sejauh mana guru mampu
melaksanakan pembelajaran, secara berkala kepala sekolah perlu melaksanakan
kegiatan supervisi, yang dapat dilakukan melalui kegiatan kunjungan kelas untuk
mengamati proses pembelajaran secara langsung, terutama dalam pemilihan dan
penggunaan metode, media yang digunakan dan keterlibatan siswa dalam proses
pembelajaran (E. Mulyasa, 2004).
Dari hasil supervisi ini, dapat diketahui
kelemahan sekaligus keunggulan guru dalam melaksanakan pembelajaran, — tingkat
penguasaan kompetensi guru yang bersangkutan–, selanjutnya diupayakan solusi,
pembinaan dan tindak lanjut tertentu sehingga guru dapat memperbaiki kekurangan
yang ada sekaligus mempertahankan keunggulannya dalam melaksanakan
pembelajaran.
Jones dkk. sebagaimana disampaikan oleh Sudarwan
Danim (2002) mengemukakan bahwa menghadapi kurikulum yang berisi
perubahan-perubahan yang cukup besar dalam tujuan, isi, metode dan evaluasi
pengajarannya, sudah sewajarnya kalau para guru mengharapkan saran dan
bimbingan dari kepala sekolah mereka”. Dari ungkapan ini, mengandung makna
bahwa kepala sekolah harus betul-betul menguasai tentang kurikulum sekolah.
Mustahil seorang kepala sekolah dapat memberikan saran dan bimbingan kepada
guru, sementara dia sendiri tidak menguasainya dengan baik.
Tugas kepala sekolah sebagai
supervisor adalah membantu guru dalam
(1) pembinaan dan
peningkatan profesi mengajar ; (2) pembinaan dan
peningkatan sikap personal
dan sikap profesional. Uraian tugasnya antara lain :
1. Membantu guru
dalam memahami strategi belajar mengajar
2. Membantu guru
dalam merumuskan tujuan-tujuan belajar
3. Membantu guru
dalam menyusun berbagai pengalaman belajar
4. Membantu guru
dalam menyusun keaktifan belajar
5. Membantu guru
dalam meningkatkan ketrampilan dasar mengajar
6. Membantu guru
dalam mengelola kelas dan mendinamisasikan kelas
7. sebagai suatu
proses kelompok
8. Membantu guru-guru
dalam memecahkan masalah keluh-kesah
9. Membantu guru
dalam memecahkan masalah kesejahteraan
Kepala sekolah harus mampu menggerakkan staf guru dan staf tata usaha untuk
melaksanakan fungsi supervisi. Ada perbedaan karakteristik antara peran
supervisor dengan peran lainnya, Sergioanni T.J. dalam kutipan Soebagio Atmodiarso
dan Soeranto Totosiswanto merinci :
- Sangat kuat kaitannya dengan tugas-tugas seorang ahkli (expert)
- sebagai seorang pemimpin program pendidikan dan pemimpian
- pengajaran
- Perlunya hidup dalam dunia dan berbicara dalam dua bahasa
- Keterbatasan akan kekuasaan
Dalam hubungan tuntutan
keahlian (expert) dapat dijelaskan bahwa seorang supervisor diharapkan ahli dibidang pendidikan dan tugas-tugas
seorang supervisor sangat menonjol dalam kaitannya dengan
fungsi-fungsi :
- Kurikulum dan tujuan mengajar
- Isi program pendidikan, koordinasi dan wawasan
- Alternatif dan pilihan
- Kurikulum dan inovasi mengajar
- Pola-pola pengelompokan dan penjadwalan
- Pelayanan dan perencanaan unit
- Evaluasi dan memilih bahan belajar
- Struktur pengetahuan
- Pola guru dan pengaruh siswa di kelas
- Gaya mengajar, metoda dan prosedur
- Iklim belajar di kelas
- Guru, siswa dan evaluasi program
- Pengembangan kurikulum dan menghadapi evaluasi pendidikan
Karateristik kedua seorang supervisor ada dalam dua dunia, dunia
guru
dan dunia administrasi.
Dengan demikian maka ia harus mempergunakan dua
bahasa yaitu bahasa guru dan
bahasa administrator. Karakteristik ketiga adalah terbatasnya kekuasaan
yang dimiliki oleh seorang supervisor. Kesulitan dalam melaksanakan tugas
supervisor oleh kepala sekolah merupakan pula hasil penelitian oleh America
Associates of School Administrator. Don Lorti
seorang sosiolog dari Universitas Chicago menyatakan bahwa supervisi terhadap
guru-guru adalah pekerjaan yang paling berat bagi kepala sekolah.
Hal ini disebabkan karena kepala sekolah tidak merasa yakin tentang
penguasaan di bidang pengetahuan dan dibidang pengajaran, sehingga ia merasa
segan unuk melaksanakan supervisi terhadap guru-gurunya. Bahkan ada
kecenderungan bahwa arti supervisi dianggap sebagai usaha untuk
mengatasi/mengawasi kegiatan dan pekerjaan guru baik di kelas maupun di luar
kelas. Anggapan semacam ini menimbulkan salah pengertian, sehingga timbul rasa
keengganan bagi guru-guru untuk mendekat kepada Kepala Sekolah. Hal ini terjadi
karena adanya asumsi bahwa kepala sekolah berusaha mencari-cari kesalahan para gurunya.
F.
Teknik Supervisi
Supervisi sesungguhnya dapat dilaksanakan oleh
kepala sekolah yang berperan sebagai supervisor, tetapi dalam sistem organisasi
pendidikan modern diperlukan supervisor khusus yang independen dan dapat
meningkatkan objektivitas pembinaan dan pelaksanaan tugasnya. Jika supervisi dilaksanakan
oleh kepala sekolah, maka ia harus mampu melakukan berbagai pengawasan dan
pengendalian untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan. Pengawasan dan
pengendalian ini merupakan kontrol agar kegiatan pendidikan di sekolah terarah
pada tujuan yang telah ditetapkan. Pengawasan dan pengendalian juga merupakan
tindakan preventif untuk mencegah agar tenaga kependidikan tidak melakukan
penyimpangan dan lebih cermat melaksanakan pekerjaannya.
Pengawasan dan pengendalian yang dilakukan kepala
sekolah terhadap tenaga kependidikan khususnya guru, disebut supervisi klinis,
yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dan meningkatkan
kualitas pembelajaran melalui pembelajaran efektif. Salah satu supervisi
akademik yang popular adalah supervisi klinis, yang memiliki karakteristik
sebagai berikut.
1. Supervisi diberikan berupa bantuan (bukan
perintah), sehingga inisiatif tetap berada di tangan tenaga kependidikan;
2. Aspek yang disupervisi berdasarkan usul
guru, yang dikaji bersama kepala sekolah sebagai supervisor untuk dijadikan
kesepakatan;
3. Instrumen dan metode observasi
dikembangkan bersama oleh guru dan kepala sekolah;
4. Mendiskusikan dan menafsirkan hasil
pengamatan dengan mendahulukan interpretasi guru;
5. Supervisi dilakukan dalam suasana terbuka
secara tatap muka, dimana supervisor lebih banyak mendengar serta menjawab
pertanyaan guru daripada memberi saran dan pengarahan;
6. Supervisi klinis sedikitnya memiliki tiga
tahap, yakni pertemuan awal, pengamatan dan umpan balik;
7. Adanya penguatan dan umpan balik dari
kepala sekolah sebagai supervisor terhadap perubahan perilaku guru yang positif
sebagai hasil pembinaan;
8. Supervisi dilakukan secara berkelanjutan
untuk meningkatkan suatu keadaan memecahkan suatu masalah.
Tugas kepala sekolah sebagai supervisor diwujudkan
dalam kemampuannya menyusun dan melaksanakan program supervisi pendidikan serta
memanfaatkan hasilnya. Kemampuan menyusun program supervisi pendidikan harus
diwujudkan dalam penyusunan program supervisi kelas, pengembangan program
supervisi untuk kegiatan ekstra-kurikuler, pengembangan program supervisi
perpustakaan, laboraturium dan ujian. Kemampuan melaksanakan program supervisi
pendidikan diwujudkan dalam pelaksanaan program supervisi klinis dan dalam
program supervisi kegiatan ekstra-kurikuler. Sedangkan kemampuan memanfaatkan
hasil supervisi pendidikan diwujudkan dalam pemanfaatan hasil supervisi untuk
meningkatkan kinerja tenaga kependidikan dan pemanfaatan hasil supervisi untuk
mengembangkan sekolah.
Kepala sekolah sebagai supervisor perlu memperhatikan
prinsip-prinsip: (1) hubungan konsultatif, kolegial dan bukan hirarkis; (2)
dilaksanakan secara demokratis; (3) berpusat pada tenaga kependidikan; (4)
dilakukan berdasarkan kebutuhan tenaga. Moh.
Rifai memberikan teknik pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah yaitu (a)
kunjungan kelas (b) pertemuan pribadi (c) rapat staff.
Dalam menjalankan perannya kepala sekolah dituntut untuk lebih dekat dengan
guru terutama saat mengamati proses mengajar dan supervisi terhadap perilaku
guru mengajar di kelas. Keberhasilan kepala sekolah dalam melaksanakan perannya
sebagai supervisor akan tergantung kepada : (1) kondisi dan situasi sekolah’
(2) sikap guru-guru dan staf tata usaha; (3) peraturan yang mendukung; dan (4)
memiliki kompetensi sebagai supervisor.
John Boyd dalam Soebagio Atmodiwiro dan Soeranto Tatosiswanto menyatakan
karakteristik seorang supervisor (penyelia) yang efektif :
- Supervisor yang efektif mampu menghasilkan sesuai dengan masukan Ia mampu membuat guru-guru untuk lebih terbuka dan tidak bersifat defensif.
- Supervisotr yang efektif berkomunikasi dalam rangka memperhatikan dan menghormati guru-guru yang akan dibantu.
- Supervisor yang efektif menyukai dan menghargai dirinya sendiri dan tidak mempengaruhi guru-guru untuk kepentingannya sendiri.
- Supervisor yang efektif mempunyai pengetahuan khusus dibidang bimbingan dan penyuluhan yang akan bermanfaat bagi peningkatan nilai-nilai yang disupervisi.
- Supervisor yang efektif mencoba untuk memahami nilai-nilai perilaku yang disupervisi.
- Supervisor yang efektif mampu berfikir secara system dan berpusat dalam pengertian sistem.
- Supervisor yang efektif mempunyai pandangan yang bersifat humor dan menyadari bagaimana kejadian itu mempengaruhi kehidupannya seperti kehidupan lainnya.
- Supervisor yang efektif mampu mengidentifikasi pola perilaku yang merusak diri guru-guru, dan menolong guru-guru mengubah perilaku yang lebih bersifat pribadi
- Supervisor yang efektif penuh ketrampilan dalam menolong guru-guru untuk melihat dirinya sendiri dalam menjawab secara terbuka terhadap kepentingan siapa saja.
Sementara itu teknik dalam pelaksanaan supervisi pengajaran
sebagaimana dikemukakan oleh
Made Pidarta adalah sebagai berikut :
a.
Teknik observasi
kunjungan kelas.
Kepala sekolah melakukan
observasi pada kelas yang sedang belajar dibawah bimbingan guru. Tujuannya
inginmemperoleh data tentang segala sesuatu yang terjadi di dalam proses belajar
mengajar. Data ini sebagai dasar bagi supervisi di dalam melakukan pembinaan
terhadap guru yang diobservasi. Hal-hal yang perlu dicatat oleh supervisor :
(1) suasana kelas, (2) cara memulai dan menutup pelajaran, (3) kecocokan metode
yang dipakai, (4) media yang digunakan, (5) tugas-tugas yang diberikan kepada
siswa. Kehadiran kepala sekolah untuk mengobservasi dapat diberitahukan kepada
guru atau tidak diberitahukan terlebih dulu kedua-duanya mengandung kebaikan
maupun kelemahan.
b.
Pertemuan formal
dan informal.
Kepala sekolah dengan guru
atau sekelompok guru mengadakan pertemuan baik secara terencana maupun tidak
guna membahas topik-topik yang berkenaan dengan proses belajar mengajar atau
keluhan-keluhan lainnya untuk dicarikan solusi yang lebih baik.
c. Teknik supervisi sebaya
(tutor sebaya).
Hal ini dilakukan oleh
guru-guru yang sukses yang diberi kesempatan oleh Kepala Sekolah membantu guru
yang membutuhkan pertolongan dalam proses belajar mengajar terhadap guru-guru
mata pelajaran yang sejenis. Dari beberapa pendapat dan uraian tersebut di atas
dapat diambil kesimpulan, bahwa supervisi kepala sekolah adalah proses
pembinaan kepala sekolah keda guru dalam rangka untuk memperbaiki proses
belajar mengajar.
Dalam pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah tidak mencari kesalahan
guru tetapi bersama guru memecahkan solusi pada masalah-masalah yang terjadidalam
kegiatan belajar mengajar. Dalam hal ini teknik yang biasa digunakan adalah
kunjungan kelas, pertemuan baik formal mupun informal serta melibatkan guru
lain yang dianggap berhasil dalam mengajar.
Adapun sebagai indikator-ondikator dalam pelaksanaan survey supervisi
kepala sekolah adalah pnilain guru terhadap pelaksanaan supervisi:
- Tujuan supervisi
- Hubungan guru dengan supervisor
- Bimbingan perencanaan mengajar
- Prosedur pelaksanaan supervisi
- Bantuan dalam memecahkan masalah
- Hasil dan Tindak lanjut supervisi
PEMBAHASAN
A. Lokasi Observasi
Dalam tulisan makalah ini yang menjadi sekolah
sampel observasi adalah SMP Negeri 4 Kota Cirebon. Sekolah ini terletak di
jalan Pemuda No. 16, tidak jauh dari Dinas Pendidikan Kota Cirebon. Termasuk
salah sekolah favorit pilihan masyarakat berdasarkan jumlah pendaftar siswa
baru setiap tahunnya. SMP Negeri 4 Kota Cirebon berdiri pada tanggal 2
September 1978. Sekolah tersebut hasil pemekaran dari
SMP Negeri 3 Cirebon, yang berlokasi di Jalan Tuparev Cirebon (kini menjadi
pertokoan). Kebijakan Departemen Pendidikan Jawa Barat itu dilakukan menyusul
kebutuhan masyarakat akan pendidikan semakin meningkat.
Tercatat jumlah siswa sekolah ini mencapai 1000
siswa, dengan tenaga pengajar sebanyak 55 orang guru, dengan beragam latar
belakang pendidikannya.
Tabel 1.
Data Kualifikasi
Pendidikan Guru
No
|
Status Guru
|
Tingkat Pendidikan
|
||||||
SMA
|
DI
|
D2
|
D3
|
S1
|
S2
|
S3
|
||
1
|
Guru Tetap
|
-
|
4
|
1
|
5
|
32
|
2
|
-
|
2
|
GBS
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
3
|
GTT
|
1
|
-
|
-
|
-
|
3
|
-
|
-
|
Jumlah
|
1
|
4
|
1
|
5
|
35
|
2
|
-
|
Sumber
: SMP Negeri 4 Kota Cirebon
Dilihat dari usia, tenaga pengajar di sekolah ini
bervariasi. Namun secara umum prosentase guru usia tua (70%) lebih banyak
daripada usia muda. Perbedaan usia ini akan berpengaruh pada kinerja dalam
kegiatan belajar mengajar. Apalagi kultur birokrasi bangsa ini masih kurang
baik, sehingga ada sindiran : pinter bodoh gaji sama.
B. Supervisi Kepala Sekolah
Secara normatif, fungsi kepala sekolah tidak hanya
sebagai leader bagi guru, staf dan siswa di sekolah. Lebih lengkap, fungsi dan peran kepala
sekolah adalah sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader dan
inovator dan motivator atau disingkat dengan istilah EMASLIM. Salah satu fungsi
dan peran penting kepala sekolah dalam proses peningkatan mutu pendidikan
adalah fungsi supervisor. Mengapa? Karena dalam fungsi ini seorang kepala
sekolah bisa mengetahui, mengukur dan memetakan kemampuan sumber daya manusia
sekolahnya (baca: guru).
Kualitas guru, menjadi
kata kunci berhasilnya pembangunan pendidikan bangsa Indonesia. Hal ini
didasari betul oleh pemerintah, selaku penyelenggara negara sehingga banyak
program perbaikan pendidikan di Indonesia. Misalnya, penetapan 20 persen
anggaran pendidikan, sertifikasi guru, dana bantuan dan sebagainya. Pentingnya
kualitas gurutersebut maka perlu ada pengawasan, pengendalian dan evaluasi
terhadap kemampuan guru dalam pengajaran.
Program supervisi pada SMP
Negeri 4 Kota Cirebon dilakukan setiap tahun. Pelaksana program ini adalah
wakil kepala sekolah bidang kurikulum, sebagai pihak yang ditunjuk membantu
kerja kepala sekolah menangani bidang yang berurusan kegiatan belajar mengajar.
Setiap tahun dalam pelaksanaan program ini mengalami pasang surut. Faktor yang
mempengaruhi inkonsistensi pelaksanaan program lebih kepada masalah etos kerja,
baik pada kepala sekolahnya, wakasek maupun guru.
Peran kepala sekolah dalam
menjalankan fungsinya, satu diantaranya sebagai supervisor, sangat menentukan
terlaksananya program supervisi guru. Kendati pada situasi yang sama guru-guru
kurang menyambut baik program tersebut. Sebagai contoh dalam tiga kepemimpinan
kepala sekolah disini pelaksanaan program supervisi berbeda-beda. Pada masa
kepemimpinan H. Abdul Haris, S.Pd misalnya, sebagai kepala sekolah tidak secara
langsung menjalankan fungsi supervisi kepada guru-guru. Wakasek kurikulumnya,
Tugiran, S.Pd sebagai pembantunya juga kurang optimal dalam menjalankan program
tersebut. Tugiran beranggapan, guru sebagai orang dewasa mestinya sadar dengan
profesi, tugas dan fungsinya sebagai guru profesional. Hal-hal yang menjadi
kewajiban seyogyanya dilaksanakan tanpa harus ada perintah.
Kepala Sekolah H Abdul
Haris hanya menekankan kepada guru-guru untuk rajin mengajar, tidak terlambat
masuk kelas, mengumpulkan administrasi pembelajaran. Bentuk pengawasannya
setiap pagi kepala sekolah menyempatkan untuk keliling ke seluruh ruang kelas,
memantau situasi kelas yang masih kosong dari kegiatan belajar. Dalam tinjauan
teoritis, model supervisi kepala sekolah ini adalah teknik observasi kunjungan
kelas.
Hal berbeda pelaksaaan
program supervisi pada saat kepemimpinan Karnadi, S.Pd,M.Hum. Pada masa kepala
sekolah mantan guru teladan nasional ini, program supervisi berjalan lebih
terkontrol selain tuntutan pembuatan administrasi guru. Bahkan tidak hanya guru
yang disupervisi, tetapi juga guru-guru yang mendapat tugas tambahan sebagai
wali kelas. Instrumen supervisi sudah disiapkan oleh sekolah dalam bentuk
rubrik. Kepala Sekolah Karnadi juga sering melakukan supervisi kunjungan kelas.
Jika ditemui ada kelas yang masih kosong, kepala sekolah masuk mengajarnya.
Model ini cukup efektif karena guru yang telat masuk merasa tidak enak dengan
kepala sekolah.
Pihak pelaksana dalam
program ini tetap diserahkan oleh wakasek kurikulum. Pada periode mingguan,
program tersebut dievaluasi melalui briefing guru. Sayangnya, kebijakan ini
hanya berjalan 10 bulan, menyusul kepala sekolah dipindahtugaskan.
Pada masa kepala sekolah
Suhendi Warna, S.Pd MM, program kepala sekolah dibagi habis kepada seluruh
wakasek, baik wakasek penjamin mutu, Wakasek Kurikulum, Wakasek Kesiswaan, Wakasek
Sarana dan Wakasek Humas. Teknisnya, seluruh wakasek tersebut mensupervisi
rekan guru yang mengajar di kelas. Kebijakan baru kepala sekolah ini baru
dilaksanakan satu kali dalam tahun pertama ia memimpin. Program lainnya yang
digagas Wakasek Kurikulum Tugiran, S.Pd adalah supervisi model lesson study.
Kegiatan mengajar guru di kelas dibantu oleh satu orang guru dalam memonitor atau
sistem gendongan (tutor sebaya)
Dibalik perbedaan
kebijakan program supervisi ketiga kepala sekolah di atas, juga ada
kesamaannya. Kesamaan itu seperti :
1.
Teknis supervisi dilakukan di dalam ruang kelas saat
guru mengajar. ketika guru sedang mengajar, petugas supervisi berada di
belakang barisan duduk siswa. Supervisor memperhatikan bagaimana seorang guru
tersebut melakukan kegiatan mengajar, dari awal hingga akhir. Proses KBM itu
direkam dalam bentuk rubrik instrumen petugas supervisi.
2.
Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan setempat juga
melakukan kegiatan serupa pada setiap mata pelajaran. Pengawas mata pelajaran
melakukan kegiatan supervisi kepada guru mata pelajaran yang serumpun. Supervisi
oleh pengawas lebih membuat guru grogi daripada oleh kepala sekolah atau teman
sejawat.
3.
Belum optimalnya evaluasi supervisi dengan relevansi
perbaikan mutu mengajar guru. Tidak jarang setelah supervisi selesai tidak
terjadi adanya diskusi serius antara supervisor dengan guru yang disupervisi.
Petugas kerap hanya mengisi rubrik instrumen yang ada, sementara proses sharring
metode, mencari problem solver kurang berjalan dengan baik.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kegiatan supervisi adalah perkerjaan sangat berat
yang harus dilaksakan oleh kepala sekolah. Salah satu fungsi kepala sekolah ini
berpengaruh langsung memicu kualitas guru profesional. Melalui program ini,
kemampuan mengajar guru di monitoring da di evaluasi. Jika terjadi kesalahan
atau kekurangan dalam melaksanakan mengelola kelas maka perlu dilakukan sharing
metode dan problem solver.
Hasil observasi supervisi di SMP Negeri 4 Kota
Cirebon diperoleh kesimpulan bahwa :
1. Telaksanannya kegiatan supervisi guru-guru
di sekolah lebih dipengaruhi oleh etos kerja kepala sekolah dalam melaksanakan
peran dan fungsinya.
2. Model supervisi kepada guru-guru dilakukan
berbeda-beda, tergantung kepala sekolah yang memimpin.
3. Belum baiknya kesadaran guru dalam
menjalankan kewajibannya menuju guru profesional.
4. Belum optimalnya fungsi evaluasi hasil
supervisi untuk perbaikan mutu pendidikan dalam bentuk kegiatan mengajar di
sekolah setempat.
B. Saran
Untuk
perbaikan kegiatan supervisi ke depan maka perlu diperhatikan hal-hal berikut
ini :
1. Kegiatan supervisi harus dilakukan secara
teratur dan terarah dalam bentuk program
kerja yang tertulis dan jelas.
2. Petugas supervisi seyogyanya mereka yang
lebih berpengalaman (terampil) dalam mengajar. Hal ini menghindari problem
psikologis jika menghadapi guru-guru sebaya.
3.
Lebih dikembangkan tradisi sharing, baik metode maupun
solusi terhadap teknik mengajar dan permasalahannya.
4.
Hasil supervisi sebaiknya memiliki implikasi bagi
guru, baik dari sisi kesejahteraan atau imbalan immateri lainnya sehingga akan
mendorong guru lebih baik dalam peningkatan kualitas diri.
DAFTAR
PUSTAKA
Ibrahim Bafadal, Supervisi
Pengajaran Teori dan Aplikasinya Dalam Membina Profesional Guru, Jakarta :
Rineka Cipta,1979.
Mulyasa E., Manajemen Berbasis
Sekolah (Konsep, Strategi, Dan Implementasi)., Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004.
Ngaliman purwanto,
Administrasi dan Supervisi Pendidikan, PT. Remaja
Rosdakrya, Bandung, 1987.
Nurkholis, Manajemen
Berbasis Sekolah, Teori, Model dan Aplikasi, Jakarta: PT. Gramedia, 2003.
Suhertian A. Piet dan Ida Aleida Sahertian, Supervisi
Pendidikan Dalam Rangka Inservice Education, Jakarta : Rineka Cipta,
1992.
Suhertian. A. Piet. Konsep Dasar
dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia.
Jakarta : Rineka Cipta, 2000.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 13 Tahun
2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah.
Soebadio Atmodiwiro, Soeranto
Totosiswanto, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Semarang : Adhi Waskito, 1991.
Suharsimi Arikunto, Organisasi
dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Jakarta : Rajawali
Pers, 1989.
Yusak Burhanudin , Administrasi
Pendidikan, Bandung : Pustaka Setia, 1998.
Wahjosumidjo. 2005. Kepemimpinan
Kepala Sekolah, PT Raja Garfindo Persada; Jakarta.
****Makalah disampaikan dalam
mata kuliah Supervisi Pendidikan,
DR. Diding Nurdin, M.Pd dalam program Pascasarjana Kosentrasi Psikologi
Pendidikan Islam IAIN Syekh Nurjati Cirebon tahun 2010.