Oleh :
Deny Rochman, S.Sos., M.Pd.I
Don’t stop
learning! Jangan berhenti belajar. Ungkapan tersebut sering kali dialamatkan
bagi kalangan guru-guru. Profesi yang satu ini haram hukumnya jika sampai
berhenti belajar karena mereka sering mengajar. Apa jadinya jika seorang guru
malas atau bahkan berhenti belajar, ilmu yang disampaikan kepada anak didiknya
dipastikan tidak berkualitas, untuk tidak dikatakan banyak bolong dan
bohongnya. Maka jika guru sudah malas belajar, guru tersebut harus bersiap
meninggalkan pekerjaannya.
Pernyataan itu
saya sampaikan di depan para guru anggota KKG Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon
dalam sebuah pelatihan menulis di gedung TB Gramedia Cipto Kota Cirebon, Sabtu
28 Mei 2016. Saya hadir sebagai perwakilan dari Komunitas Gerakan Literasi
Masyarakat Cirebon Kota (Gelem Maca) yang diminta oleh panitia menyampaikan
sepatah dua kata sambutan. Pelatihan menghadirkan seorang penulis Indra Yusuf,
guru SMA Negeri 7 Kota Cirebon.
Perlunya guru
terus belajar karena guru merupakan agen perubahan (agent of change) yang
sangat penting bagi kehidupan. Masih ingat dalam catatan sejarah, pasca negara Jepang
dihancurleburkan oleh Amerika pada Perang Dunia II pada tahun 1945 profesi
pertama yang diamankan oleh pemerintahan matahari terbit itu adalah guru. Hingga
kini kemajuan negara Jepang berangkat dari penataan kualitas pendidikan di sana.
Harapan yang
sama ingin dibangun dalam pembangunan daerah di Kota Cirebon. Sebagai kota
impian masa depan Cirebon Metropolitan perlu dilandasi budaya literasi yang
baik di kalangan masyarakat. Di banyak negara, di banyak peradaban dunia yang
maju, mereka berproses dari budaya membaca dan menulis yang baik. Mimpi itu
sedang dibangun di kota Cirebon bersama komunitas Gelem Maca dengan program
unggulannya Cirebon Leader’s Reading Challenge (CLRC).
GERAKAN LITERASI
Program CLRC
merupakan gerakan budaya literasi di tingkat sekolah. Warga sekolah, tidak
hanya siswa tetapi juga guru bahkan orangtuanya harus membiasakan diri dalam kehidupan
literasi. Buku bacaan menjadi salah satu bagian hidup yang tidak terpisahkan
dalam keseharian warga sekolah. Maka mulai dari sekolah, siswa dibiasakan untuk
membaca dan mereview buku bacaan yang mereka pilih. Secara nasional, Gerakan
Literasi Sekolah tersebut dilakukan secara terintegrasi dalam budaya sekolah.
Gerakan Literasi
Sekolah secara resmi sudah diluncurkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Anies Baswedan di Jakarta pada 18 Agustus 2015. Di tingkat kota Cirebon gerakan
serupa dideklarasikan oleh Walikota Cirebon Nasrudin Aziz bersamaan peringatan
Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2016 di alun-alun Kejaksan. Kemudian dilanjutkan
tele video conference walikota dengan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan bersama
sekolah-sekolah di Jawa Barat.
Di Jawa
Barat, gerakan literasi sekolah sudah lebih awal berproses sejak tahun 2010
melalui program West Java Leader’s Reading Challenge (WJLRC). Beberapa sekolah
perintis adalah guru-guru yang dikirim melalui program pelatihan di Adelaide
Australia sebagai penggiat gerakan ini di tingkat sekolahnya masing-masing.
Gerakan literasi tersebut mulai menguat dan meluas secara massif sejak kepulangan
guru-guru alumni pelatihan Adelaide tahun 2013. Guru-guru alumni Adelaide Kota
Cirebon termasuk barisan penggerak literasi di sekolah-sekolah melalui program
sejenis.
Ada 13
guru-guru Kota Cirebon yang diberangkatkan pelatihan ke Australia pada tahun
2013 atas biaya Pemerintah Propinsi Jawa Barat. Mereka terdiri dari 11 guru SMP
Negeri dan 8 SD Negeri, setelah menjalani seleksi ketat dari tingkat kota
hingga tingkat propinsi. Sebelumnya sejak tahun 2010 perwakilan guru-guru SMP
RSBI sudah lebih awal berkesempatan mengunjungi negara kanguru tersebut. Namun pasca
RSBI dibubarkan kriteria guru yang dikirim adalah pengurus MGMP SMP atau KKG SD.
MANUSIA PEMBELAJAR
Guru yang tidak
pernah berhenti belajar selayaknya disebut sebagai manusia pembelajar. Albert Einstein pernah mengatakan, tidak ada
manusia yang tidak butuh belajar, sekalipun dia dekat dengan kematian. Rosulullah
Muhammad Saw menegaskan, tuntunlah ilmu dari buaian hingga ke liang kubur. Nah,
manusia pembelajar memiliki kriteria seperti rasa ingin tahu tinggi, optimis, konsisten,
ikhlas dan visioner.
Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan mengatakan guru harus menjadi manusia
pembelajar. Harus bisa mendidik siswa sesuai jamannya. Melalui semangat belajar
yang tanpa henti guru harus bisa memberikan bekal ilmu kehidupan bagi anak
didiknya yang akan hidup di abad berikutnya. Dengan belajar guru akan terus
berinovasi, berkreasi dalam menghadapi kendala pembelajaran di sekolah.
Melihat pentingnya
peran guru, maka keberhasilan gerakan literasi sekolah ada pada pundak bapak
ibu guru di sekolah. Sementara kepala daerah, kepala Dinas Pendidikan, atau
kepala sekolah membantu dengan dukungan kebijakan. Keluarga di rumah memberikan
support dalam memfasilitasi yang dibutuhkan anaknya dalam menumbuhkan budaya
literasi.
Untuk keberhasilan
program literasi tersebut, maka guru-guru diberikan bimbingan teknis implementasi
program literasi di sekolah. Bintek tersebut dilaksanakan pada 28 Mei 2016
diikuti guru-guru perwakilan setiap sekolah. Kegiatan tersebut ditutup dengan
acara bedah buku berjudul The Worrier’s Guide Book karya Rini Hastuti. Acara
tersebut untuk menumbuhkan budaya literasi di kalangan guru-guru, selain
program-program lainnya yang selaras seperti menulis, membaca, diskusi dan
sebagainya.
Keterlibatan
guru-guru dalam bedah buku diharapkan mereka memiliki gambaran dalam
menjalankan program literasi di sekolah. Salah satu tahapan kegiatan literasi
adalah mereview buku-buku yang menjadi bacaan anak-anak di sekolah. Siswa yang
berhasil mencapai target membaca dan meriview buku maka ia akan mendapatkan
penghargaan dari sekolah dan atau pemerintah.
Ke depan, guru-guru
juga dituntut untuk bisa membedah dan mereview buku-buku yang mereka baca
secara rutin dan berkesinambungan. Menumbuhkan gemar membaca dan membiasakan budaya
menulis. Dengan melalui program dan kegiatan yang sama, maka tidak hanya siswa
yang berproses cerdas tetapi juga guru-gurunya tetap menjaga mutunya sebagai guru
professional dengan kesejahteraan hidupnya semakin membaik. Semoga... (*)
*) Penulis adalah penggiat Gerakan Literasi Sekolah di Kota Cirebon