Mei 31, 2016

MEMBANGKITKAN BUDAYA LITERASI GURU

Oleh :
Deny Rochman, S.Sos., M.Pd.I


Don’t stop learning! Jangan berhenti belajar. Ungkapan tersebut sering kali dialamatkan bagi kalangan guru-guru. Profesi yang satu ini haram hukumnya jika sampai berhenti belajar karena mereka sering mengajar. Apa jadinya jika seorang guru malas atau bahkan berhenti belajar, ilmu yang disampaikan kepada anak didiknya dipastikan tidak berkualitas, untuk tidak dikatakan banyak bolong dan bohongnya. Maka jika guru sudah malas belajar, guru tersebut harus bersiap meninggalkan pekerjaannya.

Pernyataan itu saya sampaikan di depan para guru anggota KKG Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon dalam sebuah pelatihan menulis di gedung TB Gramedia Cipto Kota Cirebon, Sabtu 28 Mei 2016. Saya hadir sebagai perwakilan dari Komunitas Gerakan Literasi Masyarakat Cirebon Kota (Gelem Maca) yang diminta oleh panitia menyampaikan sepatah dua kata sambutan. Pelatihan menghadirkan seorang penulis Indra Yusuf, guru SMA Negeri 7 Kota Cirebon.

Perlunya guru terus belajar karena guru merupakan agen perubahan (agent of change) yang sangat penting bagi kehidupan. Masih ingat dalam catatan sejarah, pasca negara Jepang dihancurleburkan oleh Amerika pada Perang Dunia II pada tahun 1945 profesi pertama yang diamankan oleh pemerintahan matahari terbit itu adalah guru. Hingga kini kemajuan negara Jepang berangkat dari penataan kualitas pendidikan di sana.

Harapan yang sama ingin dibangun dalam pembangunan daerah di Kota Cirebon. Sebagai kota impian masa depan Cirebon Metropolitan perlu dilandasi budaya literasi yang baik di kalangan masyarakat. Di banyak negara, di banyak peradaban dunia yang maju, mereka berproses dari budaya membaca dan menulis yang baik. Mimpi itu sedang dibangun di kota Cirebon bersama komunitas Gelem Maca dengan program unggulannya Cirebon Leader’s Reading Challenge (CLRC).  

GERAKAN LITERASI
Program CLRC merupakan gerakan budaya literasi di tingkat sekolah. Warga sekolah, tidak hanya siswa tetapi juga guru bahkan orangtuanya harus membiasakan diri dalam kehidupan literasi. Buku bacaan menjadi salah satu bagian hidup yang tidak terpisahkan dalam keseharian warga sekolah. Maka mulai dari sekolah, siswa dibiasakan untuk membaca dan mereview buku bacaan yang mereka pilih. Secara nasional, Gerakan Literasi Sekolah tersebut dilakukan secara terintegrasi dalam budaya sekolah.

Gerakan Literasi Sekolah secara resmi sudah diluncurkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan di Jakarta pada 18 Agustus 2015. Di tingkat kota Cirebon gerakan serupa dideklarasikan oleh Walikota Cirebon Nasrudin Aziz bersamaan peringatan Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2016 di alun-alun Kejaksan. Kemudian dilanjutkan tele video conference walikota dengan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan bersama sekolah-sekolah di Jawa Barat.

Di Jawa Barat, gerakan literasi sekolah sudah lebih awal berproses sejak tahun 2010 melalui program West Java Leader’s Reading Challenge (WJLRC). Beberapa sekolah perintis adalah guru-guru yang dikirim melalui program pelatihan di Adelaide Australia sebagai penggiat gerakan ini di tingkat sekolahnya masing-masing. Gerakan literasi tersebut mulai menguat dan meluas secara massif sejak kepulangan guru-guru alumni pelatihan Adelaide tahun 2013. Guru-guru alumni Adelaide Kota Cirebon termasuk barisan penggerak literasi di sekolah-sekolah melalui program sejenis.

Ada 13 guru-guru Kota Cirebon yang diberangkatkan pelatihan ke Australia pada tahun 2013 atas biaya Pemerintah Propinsi Jawa Barat. Mereka terdiri dari 11 guru SMP Negeri dan 8 SD Negeri, setelah menjalani seleksi ketat dari tingkat kota hingga tingkat propinsi. Sebelumnya sejak tahun 2010 perwakilan guru-guru SMP RSBI sudah lebih awal berkesempatan mengunjungi negara kanguru tersebut. Namun pasca RSBI dibubarkan kriteria guru yang dikirim adalah pengurus MGMP SMP atau KKG SD.

MANUSIA PEMBELAJAR
Guru yang tidak pernah berhenti belajar selayaknya disebut sebagai manusia pembelajar.  Albert Einstein pernah mengatakan, tidak ada manusia yang tidak butuh belajar, sekalipun dia dekat dengan kematian. Rosulullah Muhammad Saw menegaskan, tuntunlah ilmu dari buaian hingga ke liang kubur. Nah, manusia pembelajar memiliki kriteria seperti rasa ingin tahu tinggi, optimis, konsisten, ikhlas dan visioner.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan mengatakan guru harus menjadi manusia pembelajar. Harus bisa mendidik siswa sesuai jamannya. Melalui semangat belajar yang tanpa henti guru harus bisa memberikan bekal ilmu kehidupan bagi anak didiknya yang akan hidup di abad berikutnya. Dengan belajar guru akan terus berinovasi, berkreasi dalam menghadapi kendala pembelajaran di sekolah.

Melihat pentingnya peran guru, maka keberhasilan gerakan literasi sekolah ada pada pundak bapak ibu guru di sekolah. Sementara kepala daerah, kepala Dinas Pendidikan, atau kepala sekolah membantu dengan dukungan kebijakan. Keluarga di rumah memberikan support dalam memfasilitasi yang dibutuhkan anaknya dalam menumbuhkan budaya literasi.

Untuk keberhasilan program literasi tersebut, maka guru-guru diberikan bimbingan teknis implementasi program literasi di sekolah. Bintek tersebut dilaksanakan pada 28 Mei 2016 diikuti guru-guru perwakilan setiap sekolah. Kegiatan tersebut ditutup dengan acara bedah buku berjudul The Worrier’s Guide Book karya Rini Hastuti. Acara tersebut untuk menumbuhkan budaya literasi di kalangan guru-guru, selain program-program lainnya yang selaras seperti menulis, membaca, diskusi dan sebagainya.

Keterlibatan guru-guru dalam bedah buku diharapkan mereka memiliki gambaran dalam menjalankan program literasi di sekolah. Salah satu tahapan kegiatan literasi adalah mereview buku-buku yang menjadi bacaan anak-anak di sekolah. Siswa yang berhasil mencapai target membaca dan meriview buku maka ia akan mendapatkan penghargaan dari sekolah dan atau pemerintah.

Ke depan, guru-guru juga dituntut untuk bisa membedah dan mereview buku-buku yang mereka baca secara rutin dan berkesinambungan. Menumbuhkan gemar membaca dan membiasakan budaya menulis. Dengan melalui program dan kegiatan yang sama, maka tidak hanya siswa yang berproses cerdas tetapi juga guru-gurunya tetap menjaga mutunya sebagai guru professional dengan kesejahteraan hidupnya semakin membaik. Semoga... (*)

*) Penulis adalah penggiat Gerakan Literasi Sekolah di Kota Cirebon