foto: Deny Rochman saat menjadi peserta dan pemoster seminar nasional |
Lomba Inobel.
Apaan tuh? Banyak pertanyaan rekan guru-guru di sekolah yang menghampiri saya sambil
mengucapkan selamat karena saya dinilai telah lolos seleksi lomba inobel. Ini
terjadi setelah postingan rekan guru sekolah lain di kota saya menjadi viral di
group what’sapp (WA). Lomba Inobel tahun 2017 merupakan tahun perdana mengadu
keberentungan saya diajang bergengsi guru tingkat nasional tersebut.
Saat
mendengar Istilah inobel hampir tertukar dengan penghargaan nobel bagi mereka yang
telah melakukan penelitian luar biasa bagi kehidupan di dunia. Inobel ternyata
singkatan dari inovasi pembelajaran. Sebuah ajang lomba penelitian bagi
guru-guru yang telah menghasilkan inovasi dalam pembelajaran yang diadakan oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Penilaian lomba inobel lebih panjang daripada lomba Olimpiade Guru Nasional (OGN) atau Lomba Guru Berprestasi.
Sedikit terlambat
atau sangat terlambat. Entahlah kalimat mana yang lebih tepat menggambarkan keputusan
mengikuti lomba tingkat nasional tersebut. Padahal lomba tersebut sudah ada tahun-tahun
sebelumnya. Walau saya baru mendengar kenceng lomba itu pada tahun 2016 rekan satu
tim literasi Jawa Barat Ibu Sri Suryanti menjadi salah satu finalis inobel
tingkat nasional. Saya mulai meraskn serunya mengikuti ajang nasional pada lomba
Simposium Guru di Hotel Pave Jakarta Timur November 2016 lalu dan Seminar Nasional
9-12 Mei 2017 di Swiss-Belhotel Mangga Besar Jakarta.
Sepulang dari
kegiatan seminar nasional, berkas inobel terus dicoba dilengkapi dan dirapihkan.
Semakin limit waktunya semakin bertambah ketegangan. Bagaimana tidak, hari terakhir
seminar saya mendapatkan kabar kalau ibunda penyakit lamanya kambuh lagi. Sesampai
di kota Cirebon dinihari pukul 01.30 saya langsung bergegas ke rumah orangtu di
Sindanglaut, 15 km dari rumah saya di Kota Cirebon. Sejak Jumat dini hari masuk
ke rumah sakit, waktu saya harus berbagi antara mengajar, mengurus orangtua dan
menyiapkan berkas inobel.
Dua hari jelang
deadline kosentrasi saya sempat terbelah. Prakkk. Saya diminta maju oleh pihak
Dinas Pendidikan untuk mengikuti lomba guru berprestasi. Saya tidak langsung
mengiyakan, pasalnya waktunya sangat pendek untuk persiapan seleksi yang
dilaksanakan pada hari Rabu 17 Mei 2017 di SMP Negeri 18 Kota Cirebon. Kedua, sebelumnya
pihak sekolah sudah menetapkan rekan saya mewakili SMP Negeri 4 Kota Cirebon
sebagai calon gupres. Tentu sebagai bawahan saya harus menghormati, sekalipun
menurut panitia tidak dibatasi sekolah lebih dari satu.
Senin 15 Mei
2017 merupakan batas akhir pengiriman naskah inobel. Malam sebelumnya dua rekan
saya mengingatkan sebaiknya agar mengirim naskah lomba diupayakan terakhir minggu
malam. Pasalnya keesokan harinya sudah berkembang akan ada serangan virus Wanna
Cry. Menurut Tekno Liputan6.com, virus Wanna Cry adalah sebuah program
ransomware spesifik akan mengunci semua data sistem komputer dan membiarkan
korban hanya memiliki dua file. File tersebut, yakni intruksi tentang apa yang
harus dilakukan selanjutnya dan program Wanna Decryptor—nama lain dari virus
Wanna Cry.
Bisa dibayangkan kegalauan calon peserta inobel yang sudah bermandi peluh merampungkan naskah namun gagal karena virus. Untuk upload naskah saja tak sedikit mereka was-was karena sering muncul tampilan error. Walau banyak ragam penyebab error, bisa karena file terlalu besar, format save yang tak sesuai ketentuan, jaringan internet yang tidak stabil, atau kemungkinan terakhir kuota internet anda habis. Hehe...
Bisa dibayangkan kegalauan calon peserta inobel yang sudah bermandi peluh merampungkan naskah namun gagal karena virus. Untuk upload naskah saja tak sedikit mereka was-was karena sering muncul tampilan error. Walau banyak ragam penyebab error, bisa karena file terlalu besar, format save yang tak sesuai ketentuan, jaringan internet yang tidak stabil, atau kemungkinan terakhir kuota internet anda habis. Hehe...
Minggu malam
akan terus berjuang memberesi naskah lomba. Namun hingga subuh tubuhku gontay
tak tertahan sehingga memilih membaringkan tubuh ini untuk rehat. Keesokan harinya
awal pekan aktifitas harus kembali mengajar anak-anak di sekolah. Sepulang sekolah
saya harus bergegas ke rumah sakit untuk menyelesaikan urusan admintrasi
ibunda. Hari itu pihak rumah sakit membolehkan ibunda pulang. Selepas ashar saya
kembali berjibaku dengan laptop. Beberapa tombol keyboad yang tidak berjalan
lancar cukup menghambat penyelesaian naskah.
Pukul 21.00
naskah belum juga berhasil terkirim. Padahal sesuai permintaan panitia dokumen
harus dikompres. Saya harus merubah format menjadi zip sebelumnya rar. Alhamdulillah
dua jam sebelum batas akhir pengiriman naskah berhasil diupload kepada panitia
lomba. Namun ada kecemasan baru menghampiri. Saya kira ini pun dialami 805 guru
yang tercatat dalam portal www.kesharlindungdikdas.id sebagai calon peserta inobel seluruh
Indonesia.
Pergerakan verifikasi
penilaian juri terus dipantau. Ini kebiasaan baru yang sebelumnya tak pernah saya
lakukan. Bagi saya yang penting sudah mencoba, soal hasil soal nasib. Tuhan
yang menentukan lewat dewan juri. Kebiasaan baru ini karena ulah rekan saya
yang ikut serta juga selalu memposting pergerakan verifikasi naskahnya ke group
WA. Apakah saya akan berhasil? Wallahu’alam bishowab. Semoga!