Mei 18, 2017

LOMBA INOBEL TERANCAM VIRUS WANNA CRY

foto: Deny Rochman saat menjadi peserta dan pemoster seminar nasional
Lomba Inobel. Apaan tuh? Banyak pertanyaan rekan guru-guru di sekolah yang menghampiri saya sambil mengucapkan selamat karena saya dinilai telah lolos seleksi lomba inobel. Ini terjadi setelah postingan rekan guru sekolah lain di kota saya menjadi viral di group what’sapp (WA). Lomba Inobel tahun 2017 merupakan tahun perdana mengadu keberentungan saya diajang bergengsi guru tingkat nasional tersebut.

Saat mendengar Istilah inobel hampir tertukar dengan penghargaan nobel bagi mereka yang telah melakukan penelitian luar biasa bagi kehidupan di dunia. Inobel ternyata singkatan dari inovasi pembelajaran. Sebuah ajang lomba penelitian bagi guru-guru yang telah menghasilkan inovasi dalam pembelajaran yang diadakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Penilaian lomba inobel lebih panjang daripada lomba Olimpiade Guru Nasional (OGN) atau Lomba Guru Berprestasi.   


Sedikit terlambat atau sangat terlambat. Entahlah kalimat mana yang lebih tepat menggambarkan keputusan mengikuti lomba tingkat nasional tersebut. Padahal lomba tersebut sudah ada tahun-tahun sebelumnya. Walau saya baru mendengar kenceng lomba itu pada tahun 2016 rekan satu tim literasi Jawa Barat Ibu Sri Suryanti menjadi salah satu finalis inobel tingkat nasional. Saya mulai meraskn serunya mengikuti ajang nasional pada lomba Simposium Guru di Hotel Pave Jakarta Timur November 2016 lalu dan Seminar Nasional 9-12 Mei 2017 di Swiss-Belhotel Mangga Besar Jakarta.

Sepulang dari kegiatan seminar nasional, berkas inobel terus dicoba dilengkapi dan dirapihkan. Semakin limit waktunya semakin bertambah ketegangan. Bagaimana tidak, hari terakhir seminar saya mendapatkan kabar kalau ibunda penyakit lamanya kambuh lagi. Sesampai di kota Cirebon dinihari pukul 01.30 saya langsung bergegas ke rumah orangtu di Sindanglaut, 15 km dari rumah saya di Kota Cirebon. Sejak Jumat dini hari masuk ke rumah sakit, waktu saya harus berbagi antara mengajar, mengurus orangtua dan menyiapkan berkas inobel.

Dua hari jelang deadline kosentrasi saya sempat terbelah. Prakkk. Saya diminta maju oleh pihak Dinas Pendidikan untuk mengikuti lomba guru berprestasi. Saya tidak langsung mengiyakan, pasalnya waktunya sangat pendek untuk persiapan seleksi yang dilaksanakan pada hari Rabu 17 Mei 2017 di SMP Negeri 18 Kota Cirebon. Kedua, sebelumnya pihak sekolah sudah menetapkan rekan saya mewakili SMP Negeri 4 Kota Cirebon sebagai calon gupres. Tentu sebagai bawahan saya harus menghormati, sekalipun menurut panitia tidak dibatasi sekolah lebih dari satu.

Senin 15 Mei 2017 merupakan batas akhir pengiriman naskah inobel. Malam sebelumnya dua rekan saya mengingatkan sebaiknya agar mengirim naskah lomba diupayakan terakhir minggu malam. Pasalnya keesokan harinya sudah berkembang akan ada serangan virus Wanna Cry. Menurut Tekno Liputan6.com, virus Wanna Cry adalah sebuah program ransomware spesifik akan mengunci semua data sistem komputer dan membiarkan korban hanya memiliki dua file. File tersebut, yakni intruksi tentang apa yang harus dilakukan selanjutnya dan program Wanna Decryptor—nama lain dari virus Wanna Cry.

Bisa dibayangkan kegalauan calon peserta inobel yang sudah bermandi peluh merampungkan naskah namun gagal karena virus. Untuk upload naskah saja tak sedikit mereka was-was karena sering muncul tampilan error. Walau banyak ragam penyebab error, bisa karena file terlalu besar, format save yang tak sesuai ketentuan, jaringan internet yang tidak stabil, atau kemungkinan terakhir kuota internet anda habis. Hehe...

Minggu malam akan terus berjuang memberesi naskah lomba. Namun hingga subuh tubuhku gontay tak tertahan sehingga memilih membaringkan tubuh ini untuk rehat. Keesokan harinya awal pekan aktifitas harus kembali mengajar anak-anak di sekolah. Sepulang sekolah saya harus bergegas ke rumah sakit untuk menyelesaikan urusan admintrasi ibunda. Hari itu pihak rumah sakit membolehkan ibunda pulang. Selepas ashar saya kembali berjibaku dengan laptop. Beberapa tombol keyboad yang tidak berjalan lancar cukup menghambat penyelesaian naskah.

Pukul 21.00 naskah belum juga berhasil terkirim. Padahal sesuai permintaan panitia dokumen harus dikompres. Saya harus merubah format menjadi zip sebelumnya rar. Alhamdulillah dua jam sebelum batas akhir pengiriman naskah berhasil diupload kepada panitia lomba. Namun ada kecemasan baru menghampiri. Saya kira ini pun dialami 805 guru yang tercatat dalam portal www.kesharlindungdikdas.id  sebagai calon peserta inobel seluruh Indonesia.

Pergerakan verifikasi penilaian juri terus dipantau. Ini kebiasaan baru yang sebelumnya tak pernah saya lakukan. Bagi saya yang penting sudah mencoba, soal hasil soal nasib. Tuhan yang menentukan lewat dewan juri. Kebiasaan baru ini karena ulah rekan saya yang ikut serta juga selalu memposting pergerakan verifikasi naskahnya ke group WA. Apakah saya akan berhasil? Wallahu’alam bishowab. Semoga!