Sebelum mempelajari tentang bagaimana kehidupan masyarakat di
Indonesia pada masa praaksara, terlebih
dahulu kamu harus memahami apa yang
dimaksud dengan masa praaksara. Agar kamu memahaminya, carilah informasi mengenai pengertian
masa praaksara dari berbagai sumber, seperti
buku bacaan, ensiklopedi, internet, atau sumber
lainnya,kemudian kerjakan
Setelah membaca berbagai sumber
mengenai pengertian masa praaksara
dapat ditarik kesimpulan bahwa masa praaksara merupakan
salah satu periode dalam kehidupan manusia ketika
manusia yang belum
mengenal tulisan. Praaksara berasal
dari gabungan kata,
yaitu pra dan aksara. Pra artinya sebelum dan aksara berarti tulisan.
Dengan demikian, yang dimaksud masa praaksara
adalah masa sebelum manusia mengenal
tulisan. Masa praaksara
disebut juga dengan masa nirleka (nir artinya tidak ada, dan leka
artinya tulisan), yaitu masa tidak ada tulisan. Masa
praaksara dikenal pula dengan masa prasejarah.
Mengapa tulisan
menjadi pembatas waktu masa praaksara? Aksara atau tulisan adalah
hasil kebudayaan manusia.
Fungsi utama dari aksara
ini adalah untuk berkomunikasi dan membaca tentang
sesuatu. Sekelompok manusia yang telah mengenal tulisan,
biasanya meninggalkan catatan-catatan tertulis kepada generasi berikutnya. Catatan itu dapat berupa batu bertulis (prasasti) dan naskah-naskah kuno.
Dari catatan tertulis
tersebut, kita dapat
mengetahui kehidupan orang-orang zaman dahulu. Dengan demikian penemuan
aksara merupakan faktor penting untuk mengetahui suatu peradaban.
Kapan waktu dimulainya masa praaksara dan kapan waktu berakhirnya?
Masa praaksara dimulai sejak manusia
ada, itulah titik
dimulainya masa praaksara. Adapun
waktu berakhirnya masa praaksara adalah
setelah manusia mulai mengenal tulisan.
Berakhirnya masa praaksara tidak sama bagi tiap-tiap bangsa.
Misalnya bangsa Mesir
dan Mesopotamia, mereka
telah mengenal tulisan kira-kira
3.000 tahun sebelum
Masehi. Artinya, mereka telah meninggalkan masa praaksara
kira-kira 3.000 tahun sebelum Masehi. Adapun masyarakat di Indonesia
mulai mengenal tulisan
sekitar abad ke-5 Masehi. Hal ini diketahui dari Yupa (batu bertulis
peninggalan kerajaan Kutai)
yang terdapat di Muara Kaman,
Kalimantan Timur. Dengan demikian, bangsa Indonesia
meninggalkan masa praaksara pada abad ke-5 Masehi.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, pada masa praaksara manusia belum
mengenal tulisan, maka tidak ada peninggalan tertulis dari masa praaksara. Lalu, bagaimanakah cara mengetahui kehidupan
manusia pada masa tersebut? Kehidupan
manusia pada masa praaksara dapat dipelajari melalui peninggalan-peninggalan yang ditinggalkan oleh manusia yang hidup pada waktu itu. Peninggalan itu dapat berupa artefak dan fosil. Artefak membantu
kita untuk memperkirakan bagaimana perkembangan kehidupan manusia dan fosil membantu untuk mengetahui pertumbuhan fisik makhluk
hidup pada masa praaksara.
2. Periodisasi
Masa Praaksara
Sejarah alam semesta jauh lebih panjang
jika dibandingkan dengan sejarah
kehidupan manusia di muka bumi.Manusia pertama kali muncul
dimuka bumi ini kira-kira
tiga juta tahun yang lalu.Untuk
mengetahui perkembangan manusia sejak awal kehidupannya, kita perlu mempelajari terlebih dahulu
periodisasi atau pembabakan zaman
di muka bumi.Pembabakan itu dapat dilakukan secara geologis, arkeologis, dan perkembangan kehidupan manusia. Berikut ini, diuraikan ketiga pembabakan
atau periodisasi tersebut.
a.
Periodisasi secara Geologis
Itu adalah bumi yang selama ini kita tinggali. Pada zaman dahulu keadaan bumi tidak seperti
sekarang. Sebelum adanya kehidupan, bumi mengalami
perubahan-perubahan. Awalnya
bumi dalam keadaan
panas dan pijar
sehingga tidak ada satu mahkluk
hidup yang mampu hidup. Kemudian
bumi mendingin dan terbentuklah kerak atau kulit
bumi. Mahkluk hidup
mulai ada sejalan dengan semakin mendinginnya bumi.
Setelah kamu mengerjakan aktivitas kelompok, kamu dapat mengetahui periodisasi sejarah
perkembangan bumi secara geologis, yaitu:
1)
Zaman Arkaikum
Zaman Arkaikum merupakan
zaman tertua, zaman ini berlangsung
kira- kira sejak 2.500 juta tahun yang lalu. Pada waktu itu kulit bumi masih
sangat panas, sehingga belum terdapat kehidupan diatasnya.
2)
Zaman Palaeozoikum
Zaman kehidupan
tua, berlangsung kira-kira
sejak 340 juta tahun yang lalu. Zaman ini sudah
ditandai dengan
munculnya tanda-tanda kehidupan, antara lain munculnya
binatang-binatang kecil yang tidak bertulang punggung, berbagai jenis ikan,
amfibi dan reptil.
3)
Zaman Mesozoikum
Zaman kehidupan pertengahan, berlangsung sejak kira-kira 140 juta tahun lalu.Pada zaman ini, kehidupan di bumi makin berkembang.Binatang- binatang
mencapai bentuk tubuh yang besar sekali.Kita mengenalnya sebagai Dinosaurus.Di samping itu, juga mulai muncul
berbagai jenis burung.Zaman mesozoikum disebut pula dengan zaman reptil karena
pada zaman ini jenis binatang reptil yang paling banyak ditemukan.
4)
Neozoikum atau
Kenozoikum
Zaman kehidupan
baru, berlangsung sejak kira- kira 60 juta tahun yang lalu. Zaman ini dibagi menjadi dua, yaitu zaman tertier dan zaman kuartier.
a)
Zaman Tertier
Pada
zaman tertier jenis-jenis reptil besar mulai punah dan bumi
umumnya dikuasai oleh hewan-hewan besar
yang menyusui. Contohnya adalah jenis gajah purba (mammuthus) yang pernah hidup di Amerika Utara dan Eropa Utara.
b)
Zaman Kuartier
Zaman kuartier berlangsung sejak kira-kira 3.000.000
tahun yang lalu. Zaman ini sangat penting
bagi kita, karena
merupakan awal kehidupan manusia pertama kali di muka
bumi.
b.
Periodisasi secara Arkeologis
Periodisasi secara arkeologis didasarkan atas hasil-hasil temuan benda-
benda peninggalan yang dihasilkan oleh manusia yang hidup pada masa
praaksara. Berdasarkan penelitian terhadap benda-benda tersebut,
masa praaksara dibedakan menjadi dua, yaitu zaman batu dan zaman logam.Agar
kamu memahami periodisasi ini dengan baik, perhatikanlah uraian berikut!
1)
Zaman Batu
Zaman batu adalah zaman ketika sebagian besar perkakas penunjang
kehidupan manusia terbuat
dari batu. Berdasarkan hasil temuan alat-alat yang digunakan dan dari cara pengerjaannya, zaman batu dibagi
menjadi tiga, yaitu Palaeolithikum, Mesolithikum, dan
Neolithikum.
a)
Paleolithikum
Paleolithikum berasal
dari kata Palaeo artinya tua, dan Lithos
yang artinya batu sehingga zaman ini disebut
zaman batu tua. Hasil kebudayaannya banyak ditemukan didaerah Pacitan dan Ngandong Jawa Timur. Untuk membedakan temuan benda-benda praaksara di kedua tempat
tersebut, para arkeolog
sepakat menyebutnya sebagai kebudayaan Pacitan dan kebudayaan Ngandong.
Zaman batu tua diperkirakan berlangsung kurang lebih 600.000 tahun silam. Kehidupan manusia masih sangat sederhana, hidup berpindah- pindah (nomaden). Mereka memperoleh makanan dengan cara berburu, mengumpulkan buah-buahan, umbi-umbian, serta menangkap ikan. Alat- alat yang digunakan pada zaman ini terbuat dari batu yang masih kasar dan belum diasah, seperti kapak perimbas atau alat serpih yang digunakan untuk
a)
Mesolithikum
Mesolithikum berasal dari kata Meso
yang artinya tengah dan Lithos yang artinya
batu sehingga zaman
ini dapat disebut
zaman batu tengah. Hasil kebudayaan batu tengah
sudah lebih maju apabila dibandingkan hasil kebudayaan zaman Paleolitikum (batu
tua). Pada zaman
ini, manusia sudah ada yang hidup menetap sehingga kebudayaan
yang menjadi ciri dari zaman ini
adalah kebudayaan Kjokkenmoddinger dan
kebudayaan Abris sous Roche.
Kjokkenmoddinger adalah
istilah yang berasal dari bahasa Denmark,
yaitu kjokken artinya
dapur dan modding artinya sampah. Jadi, Kjokkenmoddinger arti sebenarnyaa dalah sampah dapur. Kjokkenmoddinger adalah timbunan kulit kerang dan siput yang menggunung dan sudah menjadi
fosil. Kjokkenmoddinger ditemukan
di sepanjang pantai timur Sumatra,
yakni antara Langsa
dan Medan. Dari timbunan itu, ditemukan
kapak genggam yang ternyata berbeda
dengan kapak genggam
Palaeolithikum. Kapak genggam yang ditemukan tersebut
dinamakan dengan pebble
atau kapak Sumatra
sesuai dengan lokasi penemuannya.Kapak Sumatra
ini bentuknya sudah lebih baik dan mulai halus.Selain itu ditemukan pula sejenis kapak pendek dan sejenis
batu pipisan (batu-batu alat penggiling).
Abris Sous Roche (abris = tinggal, sous = dalam, roche = gua)maksudnya adalah
gua-gua yang dijadikan
tempat tinggal manusia
purba yang berfungsi sebagai tempat perlindungan dari cuaca dan binatang buas. Alat-alat yang ditemukan pada gua tersebut
antara lain alat-alat
dari batu seperti
ujung panah, flakes, batu pipisan, serta alat-alat dari tulang dan tanduk rusa. Kebudayaan
abris sous roche ini banyak ditemukan misalnya
di Besuki, Bojonegoro, juga di daerah
Sulawesi Selatan.
b)
Neolithikum
Neolithikum berasal
dari kata Neo yang artinya
baru dan Lithos yang
artinya batu.Neolithikum berarti
zaman batu baru.
Pada zaman ini telah terjadi perubahan mendasar pada kehidupan
masyarakat praaksara. Mereka mulai
hidup menetap dan mampu menghasilkan bahan makanan sendiri
melalui kegiatan bercocok
tanam. Hasil kebudayaan yang terkenal dari zaman ini adalah kapak persegi dan kapak
lonjong.
Kapak persegi berbentuknya persegi panjang dan ada juga yang berbentuk trapesium. Kapak persegi ada yang berukuran besar ada pula yang kecil.Kapak berukuran besar disebut dengan beliung dan fungsinya sebagai cangkul. Adapun yang ukuran kecil disebut dengan Tarah atau Tatah dan fungsinya sebagai alat pahat.
Sumber:
Sejarah Nasional Indonesia I
Gambar. 4.9. Kapak lonjong
Kapak lonjong
bentuknya lonjong. Pada ujung yang lancip ditempatkan tangkai dan pada bagian ujung yang lain diasah sehingga tajam. Kapak lonjong ada yang berukuran besar dan ada juga yang kecil. Kapak lonjong berukuran besar disebut dengan Walzenbeil dan yang kecil disebut Kleinbeil. Fungsi kapak lonjong sama dengan kapak persegi.
Selain kapak
persegi dan kapak
lonjong, pada zaman Neolithikum juga terdapat barang-barang yang lain seperti
perhiasan, gerabah, dan pakaian.
Perhiasan yang banyak ditemukan umumnya terbuat dari batu dan kulit
kerang. Berikut ini adalah gambar perhiasan yang terbuat dari batu
c)
Tradisi Megalithik
Megalithik berasal
dari kata Mega
yang artinya besar dan Lithos yang
artinya batu.Megalithik berarti batu besar.Jadi yang dimaksud dengan tradisi megalithik adalah pendirian bangunan dari batu yang berukuran besar.Tradisi ini muncul pada zaman batu dan erat kaitannya dengan kepercayaan yang berkembang pada saat itu, yaitu pemujaan
tehadap roh nenek moyang. Jenis- jenis bangunan megalithik antara
lain sebagai berikut.
(1). Menhir adalah bangunan berupa batu tegak atau tugu yangberfungsi sebagai tempat pemujaan roh nenek moyang atau tanda peringatan untuk orang yang telah meninggal.
(2). Dolmen adalah bangunan berupa meja batu, terdiri atas batu lebar yang ditopang oleh beberapa batu yang lain. Dolmen berfungsi sebagai tempat persembahan untuk memuja arwah leluhur. Di samping sebagai tempat pemujaan, dolmen jugaberfungsi sebagai pelinggih, tempat duduk untuk kepala suku atau raja.
(3). Kubur peti batu adalah tempat menyimpan
mayat. Kubur peti batu ini dibentuk dari enam buah papan batu,
dan sebuah penutup
peti. Papan- papan batu itu disusun
secara langsung dalam
lubang yang telah
disiapkan terlebih dahulu, dan biasanya diletakkan membujur ke arah sungai atau gunung
(4).
Waruga merupakan peti kubur batu dalam ukuran yang kecil. Bentuknya
kubus dan bulat. Waruga banyak ditemukan di Sulawesi
(5).
Sarkofagus adalah bangunan
berupa kubur batu yang berbentuk seperti lesung dan diberi tutup. Sarkofagus banyak ditemukan di
daerah Bali.
(6). Punden berundak
adalah bangunan bertingkat yang dihubungkan tanjakan kecil. Punden berundak berfungsi
sebagai tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang.
(7). Patung. Bentuk patung masih sangat sederhana
umumnya berbentuk binatang
atau manusia.
2)
Zaman Logam
Sebagai perkembangan dari zaman batu, manusia masuk ke zaman logam.
Pada zaman ini, manusia tidak
hanya menggunakan bahan-bahan dari batu untuk membuat
alat-alat kehidupannya, tetapi juga mempergunakan bahan dari logam,
yaitu perunggu dan besi. Menurut
perkembangannya, zaman logam dibedakan menjadi
tiga, yaitu zaman
perunggu, zaman tembaga
dan zaman besi.
Indonesia hanya mengalami dua zaman logam,
yaitu zaman perunggu dan zaman besi. Benda-benda yang dihasilkan pada zaman ini antara
lain adalah kapak corong (kapak yang menyerupai corong), nekara, moko, bejana perunggu, manik-manik, cendrasa (kapak sepatu).
Berikut ini adalah
gambar beberapa benda yang peninggalan zaman logam di Indonesia.
a.
Periodisasi berdasarkan Perkembangan Kehidupan
Periodisasi ini didasarkan atas perkembangan kehidupan manusia praaksara. Berdasarkan hal tersebut, maka masa praaksara dapat dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu masa berburu dan mengumpulkan makanan, masa bercocok tanam, serta masa perundagian. Bagaimana perkembangan manusia pada masa-masa tersebut? Bagaimana cara mereka memenuhi kebutuhan hidup? Bagaimana hubungan antar mereka dalam membentuk kelompok? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini lakukan kegiatan beirkut!
Aktivitas Kelompok
1.
Bentuklah kelompok
dengan anggota 3-4 orang!
2.
Carilah informasi
mengenai perkembangan masyarakat praaksara dari berbagai sumber seperti buku,
artikel, atau internet!
3.
Diskusikan
perkembangan masyarakat praaksara dari aspek ekonomi, sosial dan budaya!
4.
Tulis hasil diskusi pada kolom yang telah disediakan!
5.
Setelah selesai,
Presentasikan hasil diskusi di depan kelas!
Masa
|
Aspek
|
Deskrepsi Perkembangan
|
Berburu dan mengumpulkan makanan
tingkat sederhana
|
Ekonomi
|
|
Sosial
|
|
|
Budaya
|
|
|
Berburu dan mengumpulkan makanan
tingkat lanjut
|
Ekonomi
|
|
Sosial
|
|
|
Budaya
|
|
|
Bercocok tanam
|
Ekonomi
|
|
Sosial
|
|
|
Budaya
|
|
|
Perundagian
|
Ekonomi
|
|
Sosial
|
|
|
Budaya
|
|
Setelah melakukan
kegiatan di atas, kamu tentu mengetahui perkembangan masyarakat pada masa berburu dan mengumpulkan makanan, masa bercocok tanam, serta masa perundagian. Untuk menambah informasi
tentang perkembangan masyarakat pada masa-masa itu, kamu dapat menyimak uaian berikut.
1)
Masa Berburu dan
Mengumpulkan Makanan
Masa berburu
makanan dibagi menjadi
dua tingkat, yaitu
masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat
sederhana dan masa berburu dan mengumpulkan
makanan tingkat lanjut.
a)
Masa Berburu dan
Mengumpulkan Makanan Tingkat Sederhana
Masa berburu
makanan tingkat sederhana diperkirakan semasa
dengan zaman paleolithikum.Manusia yang hidup pada masa ini masih rendah
tingkat peradabannya. Mereka
hidup mengembara, pindah
dari tempat yang satu ke tempat yang lain sebagai pemburu binatang dan
penangkap ikan. Di samping itu, mereka juga meramu, yakni mencari
dan mengumpulkan makanan.Jenis makanan yang dikumpulkan misalnya ubi-ubian,
buah-buahan dan daun-daunan.
(1)
Kehidupan Ekonomi
Kehidupan manusia pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana masih sangat bergantung pada alam. Kebutuhan makanan dipenuhi dengan cara berburu hewan dan mengumpulkan umbi-umbian, buah-buhan serta dedaunan yang ditemukan di sekitar lingkungan mereka. Jika sumber makanan di sekitar tempat mereka menipis atau sudah habis, mereka berpindah ke tempat lain
(2)
Kehidupan Sosial
Sesuai dengan cara memenuhi
kebutuhan, manusia pada masa ini hidupnya tidak menetap. Mereka selalu berpindah-pindah tempat mencari tempat
tinggal baru yang
banyak terdapat binatang
buruan dan bahan
makanan.Mereka juga mencari
tempat-tempat yang ada airnya.Tempat yang mereka pilih ialah di padang-padang rumput
diselingi semak belukar, yang sering dilalui
binatang buruan. Kadang-kadang mereka memilih tempat tinggal di tepi pantai, sebab di situ mereka
dapat mencari kerang
dan binatang-binatang laut
lainnya.
Manusia pada masa berburu
dan mengumpulkan makanan tingkat
sederhana hidup secara berkelompok yang tersusun dari keluarga-
keluarga kecil.Anggota kelompok yang laki-laki
melakukan perburuan dan yang perempuan mengumpulkan makanan dari tumbuh-tumbuhan serta hewan-hewan kecil.
(3)
Kehidupan Budaya
Pada
masa ini, manusia
sudah mampu membuat alat-alat
sederhana dari batu atau tulang
dan kayu.Alat-alat yang dibuat
masih berbentuk kasar. Alat-alat
tersebut antara lain adalah sebagai berikut.
(a). Alat-alat batu inti, terdiri
kapak perimbas, kapak penetak,
pahat genggam, dan kapak genggam.
(b).Alat serpih yang digunakan untuk pisau, peraut, gurdi, mata panah,
dan untuk menguliti umbi-umbian.
(c). Alat
dari tulang dan kayu.
b)
Masa Berburu dan
Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanju
Masa berburu dan mengumpulkan makanan
tingkat lanjut diperkirakan semasa
zaman mesolithikum.Kehidupan manusia pada masa ini sudah mengalami perkembangan dibandingkan dengan masa
sebelumnya. Manusia mulai hidup menetap
walaupun hanya untuk sementara waktu dan mulai mengenal cara bercocok tanam sederhana.
Selain itu, tampak kegiatan-kegiatan manusia yang menghasilkan sesuatu yang belum dicapai pada masa sebelumnya seperti lukisan di dinding gua atau dinding karang.
(1)
Kehidupan Ekonomi
Manusia pada masa berburu
dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut sudah
mengenal cara bercocok
tanam dengan sistem berladang. Caranya, yaitu menebang hutan, kemudian membersihkan dan menanaminya. Beberapa
kali tanah ladang itu dipergunakan, dan setelah
dirasakan kesuburannya berkurang, maka pindah ke tempat lain. Selain berladang,
mereka juga memelihara dan
mengembangbiakkan binatang.
(2)
Kehidupan Sosial
Kehidupan manusia
pada masa ini masih dipengaruhi oleh cara hidup pada masa sebelumnya. Mereka
masih melakukan perburuan hewan, menangkap ikan, mencari kerang dan
mengumpulkan makanan dari lingkungan di sekitarnya.Meskipun demikian, kehidupan manusia mengalami perubahan
yang besar.Manusia secara berkelompok mulai hidup menetap
dengan memilih gua sebagai tempat tinggalnya.Biasanya gua yang dipilih adalah gua yang letaknya
cukup tinggi, yaitu
di lereng bukit
dan dekat dengan mata air.
(3)
Kehidupan Budaya
Selama bertempat tinggal di gua, mereka melukiskan sesuatu di dinding gua yang menggambarkan suatu pengalaman, perjuangan, dan harapan hidup. Lukisan-Lukisan ini dibuat dengan cara menggores pada dinding atau dengan memberi warna merah, hitam, dan putih. Bentuknya ada berupa gambar tangan, binatang, atau bentuk lainnya.
Lukisan dinding gua menandakan berkembangnya kepercayaan manusia pada masa itu. Misalnya lukisan
cap tangan dengan
latar belakang warna merah mengandung arti kekuatan pelindung untuk mencegah roh jahat, dan cap-cap tangan yang jari-jarinya
tidak lengkap dianggap sebagai tanda berkabung.
Pada
masa ini, kemampuan manusia membuat alat-alat
atau perkakas mengalami kemajuan.Alat-alat-alat batu yang dibuat
bentuknya lebih halus daripada masa sebelumnya. Alat-alat tersebut antara lain adalah
sebagai berikut.
•
Kapak sumatra,
yaitu
batu
kerakal
yang
dibelah
tengah
sehingga satu sisinya cembung halus dan sisi lainnya kasar.
•
Alat tulang sampung, yaitu alat yang terbuat dari tulang dan tanduk digunakan sebagai penggali
umbi-umbian.
2)
Masa Bercocok Tanam
Setelah tahap hidup berburu dan mengumpulkan makanan dilampaui,
manusia memasuki suatu masa kehidupan yang disebut masa bercocok tanam.Masa bercocok tanam diperkirakan semasa dengan zaman Neolithikum.Pada masa ini, peradaban manusia sudah mencapai
tingkatan yang cukup tinggi.Manusia sudah memiliki kemampuan mengolah alam untuk memenuhi
kebutuhan hidup dengan bercocok tanam dan
mengembangbiakan binatang
ternak.Manusia sudah hidup
menetap dan tidak lagi berpindah-pindah seperti halnya pada masa berburu
dan mengumpulkan makanan.Mereka hidup menetap karena
persediaan makanan sudah
tercukupi.
a)
Kehidupan Ekonomi
Pada bercocok
tanam, manusia tidak
lagi sepenuhnya bergantung pada alam.Manusia sudah mampu mengolah
alam untuk memenuhi kebutuhan hidup.Kebutuhan makanan
dipenuhi dengan cara membabat hutan dan semak belukar untuk ditanami berbagai jenis tanaman sehingga terciptalah ladang-ladang yang memberikan hasil pertanian.
Selain bercocok tanam, mereka juga mengembangbiakan binatang ternak seperti ayam, kerbau dan hewan
ternak lainnya.Meskipun sudah bercocok tanam dan memelihara hewan ternak, kegiatan
berburu dan mengumpulkan hasil hutan masih tetap
dilakukan.
Manusia pada masa bercocok tanam diperkirakan sudah melakukan kegiatan perdagangan yang bersifat barter.Barang yang dipertukarkan pada waktu itu ialah hasil-hasil cocok tanam, hasil
kerajinan tangan seperti gerabah
dan beliung, atau hasil laut berupa
ikan yang dikeringkan.Ikan laut yang dihasilkan oleh penduduk pantai sangat diperlukan oleh mereka yang
bertempat tinggal di pedalaman.
b)
Kehidupan Sosial
Hidup menetap
pada masa bercocok
tanam memberi kesempatan bagi manusia untuk menata kehidupan
secara teratur.Mereka hidup menetap
di suatu tempat
secara berkelompok dan membentuk
masyarakat perkampungan.Perkampungan pada masa bercocok tanam terdiri atas tempat tinggal
sederhana yang didiami
oleh beberapa keluarga
dan dipimpin oleh kepala kampung.Biasanya kedudukan sebagai kepala
kampung dijabat oleh orang yang paling
tua dan berwibawa.Kepala kampung merupakan
tokoh yang disegani, dihormati dan ditaati oleh
penduduk kampung yang dipimpinnya.
Kegiatan-kegiatan dalam
kehidupan perkampungan yang bertujuan untuk mencukupi kebutuhan
bersama mulai diatur dan
dibagi antar anggota masyarakat.Kegiatan yang banyak menghabiskan tenaga seperti, membabat
hutan, menyiapkan ladang untuk ditanami,
membangun rumah atau membuat perahu
dilakukan oleh laki-laki. Adapun perempuan melakukan kegiatan
menabur benih di ladang yang sudah disiapkan, merawat
rumah dan kegiatan
lain yang tidak memerlukan tenaga besar.
c)
Kehidupan Budaya
Pada masa bercocok tanam, manusia semakin
mahir membuat berbagai alat-alat
atau perkakas.Alat-alat yang dihasilkan sudah dibuat halus dan fungsinya
beraneka ragam.Ada yangberfungsi untuk kegiatan sehari-hari, ada yang berfungsi
sebagai perhiasan, ada pula
yang berfungsisebagai alat upacara keagamaan.Alat-alat tersebut antara lain sebagai berikut.
•
Kapak Persegi
digunakan mengerjakan kayu, menggarap tanah
dan alat upacara keagamaan.
•
Kapak Lonjong
digunakan
sebagai
cangkul
untuk
menggarap
tanah dan sebagai kapak biasa.
•
Gerabah
•
Alat pemukul
kulit kayu digunakan untuk memukul-mukul kulit kayu hingga halus.
•
Perhiasan berupa gelang dari batu dan kulit kerang.
Perhiasan berupa gelang dari batu dan kulit kerang.
Pada masa bercocok tanam, berkembang kepercayaan bahwa roh seseorang
tidak lenyap pada saat meninggal
dunia.Roh dianggap mempunyai kehidupan dialamnya sendiri.Oleh karena
itu, diadakan upacara pada waktu penguburan.Orang yang meninggal dibekali bermacam-macam barang keperluan sehari-hari, seperti perhiasan dan periuk
yang dikubur bersama-sama.Hal ini dimaksudkan agar perjalanan orang yang meninggal
menuju alam arwah dan kehidupan selanjutnya terjamin
sebaik-baiknya.
Pada masa ini, mulai berkembang pula tradisi pendirian
bangunan- bangunan megalitik (bangunan
besar dari batu). Tradisi ini didasari
oleh kepercayaan akan adanya hubungan antara yang hidup dan yang
mati, terutama kepercayaan akan adanya pengaruh
kuat dari orang yang telah mati terhadap
kesejahteraan masyarakat dan kesuburan
tanaman. Jasa seorang kerabat yang telah meninggal dunia diabadikan
dengan mendirikan bangunan
batu besar.Bangunan ini kemudian
menjadi media penghormatan, tempat singgah, dan menjadi lambang bagi
orang yang meninggal tersebut.
3)
Masa Perundagian
Masa perundagian merupakan akhir masa praaksara di Indonesia.
Kata perundagian berasal
dari bahasa Bali: undagi, yang artinya adalah seseorang atau sekelompok orang atau segolongan orang yang mempunyai kepandaian atau keterampilan jenis usaha tertentu, misalnya pembuatan
gerabah, pembuatan perhiasan, atau pembuatan sampan.
Masa perundagian diperkirakan semasa dengan zaman perunggu. Pada masa ini, peradaban manusia sudah maju tingkatannya.Teknologi pembuatan alat-alat atau perkakas jauh lebih tinggi dibandingkan dengan masa sebelumnya.
a)
Kehidupan Ekonomi
Masyarakat pada masa perundagian telah mampu mengatur kehidupannya.Kegiatan kehidupan yang mereka lakukan tidak lagi sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidup, melainkan untuk meningkatkan kesejahteraan.Kegiatan pertanian di ladang dan sawah masih tetap dilakukan.Pengaturan air dilakukan agar kegiatan pertanian tidak sepenuhnya bergantung pada hujan. Hasil pertanian disimpan untuk masa kering dan mungkin juga untuk diperdagangkan ke daerah lain. Kegiatan peternakan juga turut berkembang, hewan ternak yang dipelihara lebih beragam dari masa sebelumnya.Masyarakat telah mampu beternak kuda dan berbagai jenis unggas.
Munculnya golongan
masyarakat yang memiliki
keterampilan tertentu menyebabkan teknologi
berkembang pesat.Seiring kemajuan yang dicapai, terjadi peningkatan kegiatan perdagangan.Pada masa ini
perdagangan masih bersifat barter, namun telah menjangkau tempat- tempat yang jauh, yakni
antarpulau.Barang-barang yang dipertukarkan semakin beragam,
seperti alat pertanian, perlengkapan upacara, dan hasil kerajinan.
Kegiatan perdagangan antarpulau pada masa perundagian
dibuktikan dengan ditemukannya nekara di Selayar
dan kepulauan Kei yang dihiasi gambar-gambar binatang
seperti gajah, merak,
dan harimau.Binatang-binatang ini tidak ada di wilayah
Indonesia bagian timur.Hal
ini menunjukkan bahwa nekara tersebut berasal dari daerah Indonesia bagian barat.
b)
Kehidupan Sosial
Masyarakat pada masa perundagian hidup menetap di perkampungan yang lebih besar dan lebih teratur.Perkampungan ini terbentuk dari bersatunya beberapa
kampung hingga jumlah
kelompok penduduk bertambah banyak.Masyarakat tersusun dalam kelompok yang beragam.Ada kelompok petani,
ada pedagang, ada pula kelompok
undagi (pengrajin/tukang).
Dalam tata kehidupan yang sudah teratur,
berburu
binatang liar seperti harimau
dan kijang masih tetap
dilakukan.Perburuan ini selain untuk menambah mata pencaharian, juga dimaksudkan
untuk menunjukkan tingkat keberanian dan kegagahan dalam
suatu lingkungan masyarakat.
c)
Kehidupan Budaya
Pada masa perundagian, manusia
sudah mahir membuat
berbagai peralatan atau perkakas.Alat-alat yang dihasilkan terbuat
dari logam digunakan untuk
bertani, bertukang, peralatan rumah tangga, perhiasan dansebagai alat perlengkapan
upacara dan pemujaan.
Gambar. 4.22. Kapak perunggu untuk upacara
Kepercayaan yang berkembang pada masa ini melanjutkan
kepercayaan pada masa sebelumnya.Masyarakat meyakini
bahwa arwah nenek moyang
berpengaruh terhadap perjalanan hidup manusia dan masyarakatnya.Oleh karena itu, arwah
nenek moyang harus
selalu dihormati dengan melaksanakan berbagai upacara. Demikian
pula kepada orang yang sudah meninggal,mereka diberi penghormatan
dengan diberi bekal kubur.
Terlebih lagi jika orang
yang meninggal adalah
orang yang terpandang atau mempunyai kedudukan
dalam masyarakat, maka diadakan upacara penguburan dengan memberikan
bekal kubur yang lengkap.
Pada masa ini, berbagai bidang seni seperti seni lukis, seni ukir/pahat, seni patung, dan seni bangunan
(arsitektur) mengalami
perkembangan.Hal yang menunjukkan perkembangan ini diantaranya adalah meningkatnya pemahatan arca dan pendirian bangunan batu untuk
pemujaan.
3. Nilai-Nilai Budaya Masa Praaksara di Indonesia
Belajar dari kehidupan
manusia pada masa praaksara, maka terdapat nilai- nilai budaya dan tradisi
yang dapat kita ambil sebagai
pelajaran dan suri teladan. Nilai-nilai budaya dan tradisi ini masih terlihat
dalam kehidupan masyarakat Indonesia
hingga saat ini. Nilai-nilai tersebut
antara lain adalah sebagai berikut.
a.
Nilai Religius (Kepercayaan)
Masyarakat praaksara
sudah memiliki kepercayaan terhadap adanya
kekuatan ghaib. Mereka mempercayai bahwa pohon rimbun yang tinggi besar, hutan lebat,
gua yang gelap,
pantai, laut atau
tempat lainnya dipandang keramat karena ditempati
oleh roh halus
atau makhluk ghaib.
Mereka meyakini bahwa kejadian-kejadian alam seperti hujan, petir, banjir, gunung meletus, atau gempa bumi adalah
akibat perbuatan roh halus atau makhluk ghaib.
Untuk menghindari malapetaka maka roh halus atau makhluk
ghaib harus selalu dipuja. Kepercayaan terhadap roh
halus ini disebut dengan animisme.
Selain percaya
kepada roh halus,
mereka juga percaya
bahwa benda-benda tertentu seperti
kapak, mata tombak
atau benda lainnya memiliki
kekuatan ghaib, karena
ada kekuatan ghaibnya
maka benda tersebut
harus dikeramatkan.
Kepercayaan bahwa benda memiliki kekuatan ghaib disebut dinamisme.
b.
Nilai Gotong Royong
Masyarakat praaksara hidup secara berkelompok, mereka bergotong
royong untuk kepentingan bersama, contohnya membangun
rumah yang dilakukan secara bersama-sama. Budaya gotong royong juga dapat terlihat
dari peninggalan mereka
berupa bangunan-bangunan batu besar yang dapat
dipastikan dibangun secara gotong royong.
c.
Nilai Musyawarah
Dalam kehidupan
berkelompok, masyarakat praaksara telah mengembangkan nilai musyawarah. Hal ini dapat
ditunjukkan dengan dipilihnya
pemimpin yang dianggap
paling tua (sesepuh)
yang mengatur masyarakat
dan memberikan keputusan
untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bersama.
d.
Nilai Keadilan
Nilai keadilan
sudah diterapkan dalam kehidupan masyarakat praaksara, yaitu adanya pembagian
tugas sesuai dengan kemampuan dan keahliannya.
Tugas antara kaum laki-laki
berbeda dengan kaum perempuan.Hal ini mencerminkan sikap
yang adil karena
setiap orang akan memperoleh hak dan
kewajiban sesuai kemampuannya.
e.
Tradisi Bercocok Tanam
Salah satu cara yang dilakukan oleh masyarakat praaksara untuk memenuhi
memenuhi kebutuhan hidup
adalah dengan bercocok
tanam. Hal ini dibuktikan
dengan ditemukannya alat khas pertanian
yang berupa beliung
persegi dan alat lainnya.
f.
Tradisi Bahari (Pelayaran)
Masyarakat praaksara
telah mengenal ilmu astronomi.Ilmu ini sangat
membantu pada saat mereka
berlayar dari pulau
ke pulau dengan
memakai perahu yang sangat sederhana. Perahu-perahu cadik merupakan bentuk yang paling umum dikenal pada waktu itu.Perahu bercadik adalah perahu yang kanan-kirinya dipasang alat dari bambu dan kayu agar perahunya
tidak mudah oleng. Perahu bercadik memegang
peranan yang sangat penting dalam kehidupan masa praaksara, selain sebagai sarana lalu lintas sungai dan laut,
perahu ini juga berperansebagai alat penyebaran budaya.
4. Nenek Moyang Bangsa Indonesia
Coba kamu perhatikan penduduk
Indonesia, mengapa ada banyak
keragaman fisik dalam
warna kulit, roman
muka, dan bentuk
rambut? Mengapa ada keragaman dalam nilai budaya,
tradisi, dan bahasa?
Darimana munculnya keragaman
tersebut? salah satu cara untuk mengungkap keragaman
ini adalah dengan menelusuri
asal usul nenek moyang bangsa Indonesia.
Paul dan Fritz Sarasin
(Sarasin bersaudara) mengemukakan bahwa penduduk asli Indonesia
adalah suatu ras yang berkulit
gelap dan bertubuh kecil. Ras ini pada awalnya mendiami
Asia Bagian Tenggara yang saat itu masih bersatu
sebagai daratan pada zaman es atau periode
glasial. Namun, setelah periode
es berakhir dan es mencair, maka dataran tersebut
kemudian terpisah oleh lautan yaitu laut China Selatan dan laut Jawa.Akibatnya, daratan yang tadinya bersatu kemudian terpisah menjadi daratan utama Asia dan
Kepulauan Indonesia. Penduduk asli tinggal
di daerah pedalaman dan penduduk pendatang tinggal di daerah
pesisir. Penduduk
asli inilah yang disebut
sebagai suku bangsa Vedda oleh Sarasin.
Orang Vedda kemudian menyebar ke timur dan mendiami wilayah Papua,
Sulawesi Selatan, Kai, Seram, Timor Barat, Flores Barat, dan terus ke timur sampai Kepulauan
Melanesia. Beberapa
suku bangsa seperti
Kubu, Lubu, Talang Mamak
yang tinggal di Sumatra dan Toala di Sulawesi
merupakan penduduk tertua
di Kepulauan Indonesia. Mereka diyakini mempunyai hubungan erat dengan dan orang Vedda.
Ras lain yang menghuni
kepulauan Indonesia adalah Proto Melayu dan
Deutro Melayu. Ciri-ciri fisik mereka adalah rambut lurus, kulit kuning
kecoklatan-coklatan, dan bermata
sipit. Proto Melayu
dan Deutro Melayu tiba di kepualauan Indonesia dalam dua gelombang kedatangan. Gelombang kedatangan pertama
adalah Proto Melayu (Melayu
Tua), mereka dianggap sebagai
kelompok melayu Polinesia yang bermigrasi dari wilayah Cina Selatan (sekarang
menjadi Provinsi Yunnan).Proto Melayu bermigrasi ke
wilayah Nusantara melalui
dua jalur yaitu jalur barat dan timur. Jalur barat bermula
dariYunnan (Cina
Bagian Selatan) masuk
ke Indochina, kemudian masuk ke Siam, Semenanjung Melayu, Sumatra dan akhirnya menyebar
ke pulau-pulau di Indonesia. Jalur timur melewati
Kepulauan Ryukyu Jepang. Dari sana mereka
mengarungi lautan menuju
Taiwan, Filipina, Sangir, dan masuk
ke Sulawesi.
Proto Melayu
membawa perkakas dari batu berupa kapak persegi
dan kapak lonjong. Kapak
persegi dibawa oleh Proto Melayu
yang bermigasi melalui jalur barat, sedangkan
kapak lonjong dibawa oleh Proto Melayu yang bermigasi melalui jalur timur. Suku bangsa Indonesia
yang tergolong Proto Melayu ini, yaitu Mentawai, Dayak dan Toraja.
Gelombang kedatangan ke Kepulauan Indonesia
berikutnya adalah Deutro Melayu (Melayu Muda) yang berasal dari Indochina bagian utara. Kedatangan Deutro-Melayu mendesak keberadaan Proto Melayu ke arah pedalaman. Mereka memperkenalkan perkakas
dan senjata yang terbuat dari besi atau logam. Mereka telah melakukan
kegiatan bercocok tanam. Padi yang banyak
ditanam di Indonesia saat ini dibawa oleh Deutero Melayu
dari wilayah Assam Utara atau Birma Utara. Bangsa Deutro-Melayu mengembangkan peradaban
dan kebudayaan yang lebih maju. Karena itu, mereka berkembang menjadi
sebagian besar suku-suku yang ada di Indonesia saat ini seperti
Melayu, Minang, Jawa, Bugis, dan lain-lain.
Dalam perkembangan selanjutnya, Proto Melayu dan Deutero Melayu berbaur, sehingga sulit dibedakan.