Tubuh ini sdh gontay tak bertenaga. Sorot matanya tak setajam burung hantu. Sesekali putaran setir mobil berbelok liar tak terkendali. Pandangannya sdh lelah dan terkantuk. Lelah, letih tak bertenaga. Aku akhirnya memaksakan diri memejamkan mata di tepi jalan.
Perjalanan 7-8 jam mengendarai mobil malam hari memang bukan perkara mudah. Terlebih bagi mereka yg tak terbiasa membawa mobil jarak jauh. Belum lg tak ada persiapan istirahat tidur sblm menjelajah jalanan. Aku sangat merasakan bagaimana suka duka mereka yg berprofesi sbg supir antar kota. Paling tdk saat aku pergi ke bogor dan jakarta, atau sumedang dan bandung. Atau Purwokerto - Cirebon. Yang terakhir Cirebon, magelang dan jogjakarta. Aku merasakan kegetiran itu.
Saat pergi ke bandung dan sumedang tak ada persiapan khusus, bahkan terkesan mendadak. Jam 8 malam dpt telepon dr bandung, jam 9 mlam mluncur. Siang yg biasanya tidur, namun hari itu ga sempat. Rasa kantuk pun sdh menyerang saat laju mobil terjebak macet di jalan kadipaten Majalengka. Bahkan mobil truk dibelakang berkali kali bunyikan klakson krn aku tertidur saat menunggu antrian macet.
Saat sampai sumedang kota ku paksakan resh di SPBU. Merasakan badan dan tangan sdh lemas. Usai sholat shubuh mata ini aku pejamkan di depan stir mobil. Tak terasa sdh dua jam tertidur shg hrs mlanjutkan perjalanan ke sumedang dan bandung. Sblm kembali sore hari dr bandung,ku sempatkan tidur dua jam di masjid RS Cibabat Cimahi lalu melaju ke tol pasteur menuju Cipali hingga tol palikanci.
Pengalaman serupa terjadi saat mendampingi study tour siswa Smp Muhammadiyah Lemahabang kab Cirebon, Selasa-Rabu (13-14/1). Tak ada masalah berarti saat berangkat menuju Magelang. Jalanan yg dilalui dr Cirebon lwt tol menuju Tegal Pekalongan lalu kendal relatif lancar. Kendati jalanan ramai, khususnya truk besar. Rasa kantuk tak begitu terasa krn sdh dipersiapkan sblmnya.
Rasa was was mulai muncul saat mobil kami hrs menembus gelap dan sepinya malam melalui jalur alternatif Weleri lewat Sukorejo Temanggung terus Purworejo. Dengan bermodal aplikasi navigasi aku terus memacu kendaraan menelusuri jalanan baru yg dilalui. Kondisi jalan memang mulus tp sepi, gelap jarang ada rumah penduduk dan sepi kendaraan lewat pada jam 10 malam. Jalanan yg berkelok, naik turun membuat mata ini tak kantuk. Alhamdulillah 296 Km Cirebon Magelang sukses dilalui.
Mengaspal dr Magelang ke Yogyakarta tak perlu waktu lama. Tapi masalahnya rute yg dilalui hrs blusukan ke jalan2 kecil perkampungan. Boleh jadi ini akibat dr kurang pandainya aku membaca informasi alat navigasi. Seringkali terjebak dg info waktu tempuh dr alternatif jalan yg akan dilalui. Jarak tempuh yg lbh pendek blm tentu jalannya lancar, nyaman dan aman. Sebaiknya cross check dg warga setempat perihal alternatif jalan yg terdapat dlm info peta perjalanan.
Akibat salah memahami alat navigasi, perjalnan dr Candi Borobudur ke Museum Dirgantara Yogyakarta hrs berputar putar lewat jalanan kecil. Sejak awal sebenarnya kami ingin menikmati perjalanan di jogja. Segala perlengkapan pribadi disiapkan utk keperluan menginap smalam di jogja. Namun kasus yg terjadi di Musuem Dirgantara membuat segala rencana batal. Kami pun memilih pulang langsung ke Cirebon, pdhl blm istirahat tidur.
Saat di museum panitia guru dibuat panik dg belum ditemukannya seorang siswa putera saat bis mau melanjutkan perjalanan ke Pantai Parangteritis. Rizki, siswa kls 8 sblmnya ijin kpd guru mau ambil uang di saudaranya. Namun Rizki tampak menguringkan niatnya, krn Guru melarangnya dan menyarankan saudaranya utk dtg ke Museum. Tak disangka dlm akalnya niatan itu tetap dilakukan. Ternyata dia cari ATM tanpa ijin gurunya.
Belum hadirnya Rizki membuat panik seluruh rombongan. Kabar buruk tsb bahkan hingga menyebar ke Cirebon. Aku coba bantu cari tau no hape dan foto2 rizki sbg bahan pencarian DPO. Setiap pos jaga pintu keluar masuk museum dicek satu persatu. Namun setiap petugas pos ditanya selalu jawabnya tidak tahu, tidak ada, tidak melihat ciri2 anak yg hilang dimaksud.
Ditengah kepanikan itu, seorang guru mendptkan no hp rizki. Diujung telpon ternyata suara orang dewasa yg menjawab. Belakangan diketui mereka adalah petugas polsek, yg melaporkan rizki ada di kantor polisi. Tak lama rizki pun diantar empat petugas polsek ke rombongan di museum. Diketahui, Rizki diluar sana tdk tau jalan pulang kembali ke museum Dirgantara usai megambil uang di ATM. Ia memilih naik ojeg melapor ke polsek daerah Adisucipto.
Kasus Rezki berdampak pd rencana study tour. Tujuan ke pantai Parangteritis batal. Makan siang tertunda hingga jam 4 sore. Niatan aku menginap di jogja pun batal. Pulang dengan rasa lelah dan cape sangat beresiko di perjalanan. Kondisi kantuk semakin kuat saat mobil melewati perbatasan Kutoarjo - Kebumen. Laju mobil terpaksa terhenti di SPBU Prembun Kebumen utk melepas rasa kantuk setelah berjuang melawan kantuk dg berjalan pelan kendaraan.
Tidur dua jam di dlm mobil cukup baik menjaga kosentrasi mata dijalanan. Kendaraan ku terus ditancap gas setelah rest sejenak di rumah makan karanganyar kebumen. Target sampe Cirebon harus jam 6 pagi krn istriku hrs bergegas mengajar jam 7. Namun rencana itu meleset. Rasa kantuk kembali dtg saat mendekati jalan tol pejagan. Sepanjang jalan tol mata ini sulit dikompromikan. Beberapa kali laju mobil oleng. Beruntung istri Riaya Andrianingsih dan anak ku selalu mengingatkan.
Lepas dr jalan tol Kanci aku memaksakan tidur sejenak ditepi jalan pintu keluar tol. Sekalipun istriku sdikit kecewa dg kputusan ku ini. Utk sampe ke rumah ku tinggal butuh waktu tidak lebih dr 15 menit lg. Tp drpd mobil oleng dan celaka, lbh baik tidur sesaat demi keselamatan keluarga. (*)