Oleh :
Somantri Perbangkara
Memahami tema musyda. Gerakan bisa dimaksudkan sebagai
proses aksi/kegiatan yang tidak ada henti-hentinya. Muhammadiyah tidak boleh
berhenti pada satu kepuasan kegiatan positif melainkan terus tetap melakukan
aksi-aksi lain walau tampak sederhana. Dalam pengertian lain; gerakan
membuktikan organisasi itu selalu bergerak, adanya dinamika, tidak pernah
berhenti berjuang, tetap menunjukkan adanya kehidupan, berdakwah, dan beramal
saleh untuk umat, bangsa, dan kemanusiaan.
Yunahar Ilyas Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah 2010-2015
memknai Pencerahan itu mempunyai tiga unsur: pembebasan, pemberdayaan, dan
memajukan. Muhammadiyah berusaha membebaskan manusia dari penyembahan sesama
makhluk menuju penyembahan Khalik semata. Dalam pengertian lain membawa manusia
dari kemusyrikan menuju tauhid, dari kekufuran menuju Islam, dari kedurhakaan
menuju ketaatan, dari kejahatan menuju kebaikan, dari kebohongan menuju
kejujuran, dan dari perbuatan munkar menuju perbuatan makruf.
Muhammadiyah sejak awal berdiri berjuang tanpa kenal lelah
membebaskan bangsa Indonesia dari penjajahan, kebodohan, dan kemiskinan. Dari
konsep Tauhid ini menjadikan manusia bertindak rasional, efektif, efisien,
selalu mengerjakan kebaikan, dan ingin memberikan manfaat bagi orang lain.
Wajar kiranya selain dakwah bil-lisan juga ditempuh dakwah bil-hal dengan
mengupayakan tindakan-tindakan kritis mengatasi persoalan-persoalan manusia
secara elementer.
Islam Berkemajuan bukan didasarkan pada upaya mengubah hukum
Islam melainkan upaya kritis aktualisasi ajaran Islam dalam kehidupan
sehari-hari sebagai solusi, fungsi dan arti dari ajaran Islam itu sendiri.
Alqarni memaknai Islam itu pada hakikatnya agama yang berkemajuan, karena itu
penting untuk ditonjolkan watak dasar Islam yang maju itu. Dari pemikirn
tersebut hakikat mendalami, memperluas, memaknai Islam secara komprehensif
harus diurai dirumuskan untuk menemukan makna konsep gerakan yang
implementatif.
Ada lima pondasi Islam berkemajuan yang menjadi karakter
Muhammadiyah, yaitu : (1) tauhid murni yang merupakan doktrin sentral Islam;
(2) memahami Al-Qur’an dan Sunnah secara mendalam; (3) melembagakan amal shalih
yang fungsional dan solutif; (4) berorientasi kekinian dan masa depan; (5)
bersikap toleran, moderat dan suka bekerjasama (Abdul Mu’ti:2009).
Aktivitas dakwah yang dilakukan Muhammadiyah secara esensi,
fungsi, dan pelaksanaannya merujuk pada prinsip dakwah Islam pada umumnya.
Namun, Muhammadiyah mempertimbangkan faktor-faktor kondisi sasaran dakwah.
Dakwah Pencerahan yang dilaksanakan Muhammadiyah sebagai
perwujudan dari gerakan pencerahan memasuki abad kedua sejatinya merupakan
dakwah Islam itu sendiri. Dalam “Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Abad Kedua”
dinyatakan, bahwa:“Gerakan pencerahan (tanwir) merupakan praksis Islam yang
berkemajuan untuk membebaskan, memberdayakan, dan memajukan kehidupan. Gerakan
pencerahan dihadirkan untuk memberikan jawaban atas problem-problem kemanusiaan
berupa kemiskinan, kebodohan, ketertinggalan, dan persoalan-persoalan lainnya
yang bercorak struktural dan kultural.
Gerakan pencerahan menampilkan Islam untuk menjawab masalah
kekeringan ruhani, krisis moral, kekerasan, terorisme, konflik, korupsi,
kerusakan ekologis, dan bentuk-bentuk kejahatan kemanusiaan. Gerakan pencerahan
berkomitmen untuk mengembangkan relasi sosial yang berkeadilan tanpa
diskriminasi, memuliakan martabat manusia laki-laki dan perempuan, menjunjung
tinggi toleransi dan kemajemukan, dan membangun pranata sosial yang utama.”
Dinyatakan, bahwa: “Muhammadiyah dalam melakukan gerakan
pencerahan berikhtiar mengembangkan strategi dari revitalisasi (penguatan
kembali) ke transformasi (perubahan dinamis) untuk melahirkan amal usaha dan
aksi-aksi sosial kemasyarakatan yang memihak kaum dhu’afa dan mustadh’afin
serta memperkuat civil society (masyarakat madani) bagi kemajuan dan
kesejahteraan bangsa.
Dalam pengembangan pemikiran Muhammadiyah berpijak pada
koridor tajdid yang bersifat purifikasi dan dinamisaai, serta mengembangkan
orientasi praksis untuk pemecahan masalah kehidupan. Muhammadiyah juga
mengembangkan pendidikan sebagai strategi dan ruang kebudayaan bagi
pengembangan potensi dan akal-budi manusia secara utuh.
Sementara pembinaan keagamaan semakin dikembangkan pada
pengayaan nilai-nilai aqidah, ibadah, akhlak, dan mu’amalat-dunyawiyah yang
membangun keshalehan individu dan sosial yang melahirkan tatanan sosial baru
yang lebih relijius dan humanistik. Demikian kira-kira rumusan penting dari
Muktamar Muhammadiyah Makasar.
Bagi Muhammadiyah, “Model Dakwah Pencerahan berbasis
Komunitas” merupakan bentuk aktualisasi dakwah Islam yang diperankan gerakan
Islam ini dengan perhatian atau fokus pada kelompok-kelompok sosial khusus yang
disebut “komununitas”. Namun dalam dakwah pencerahan tersebut dikembangkan
pendekatan dan strategi yang lebih relevan untuk menghadapi berbagai komunitas
yang berkembang di masyarakat sesuai dengan karakternya masing-masing ke dalam
suatu model dakwah yang aktual. Pendekatan dan strategi dakwah tersebut
difokuskan pada kelompok-kelompok masyarakat yang tergolong dalam komunitas.
Komunitas adalah sebuah kelompok sosial dari beberapa
organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat
yang sama. Komunitas dalam kamus sosialogi diartikan satuan sosial yang
didasari oleh lokalitas. Relasi dan pola hidup komunitas pada ummnya homogen,
yang terdiri atas berbagai kelompok, sehingga dapat dijumpai heterogenitas
komunitas yang tmbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat.
Muhammadiyah memahami perkembangan mutakhir, konsep
komunitas digunakan untuk menandai rasa identitas tertentu yang mungkin terikat
atau tidak terikat pada lokasi geografis. Seiring dengan perkembangan kehidupan
modern dan posmodern yang menciptakan realitas baru seperti halnya dunia sosial
media, maka konsep komunitas makin menunjukkan relasi kehidupan antar manusia
yang bersifat komunitas terbayang (immagined community) atau komunitas maya
(cyber community) yang memiliki relasi sosial tertentu yang spesifik. Komunitas
terakhir itu disebut juga sebagai ‘virtual communit’ yatau komunitas virtual.
Komunitas virtual adalah sekelompok orang yang muncul
berdasarkan adanya kepentingan yang sama oleh berbagai pihak dan timbulnya
interaksi secara berkesinambungan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam
komunitas tersebut.
Dari komunitas virtual ini akan lahir komunikasi virtual.
Alhasil Muhammadiyah telah melakukan lompatan jauh menerobos pola-pola dakwah
yang belum dilakukan organisasi lain. Boleh jadi Aplikasi Islam adalah lompatan
jauh kepemimpinan PDM Kabupaten Cirebon yang gemas terhadap peluang/momen dunia
maya yang dirampok habis dunia hiburan dan pebisnis dengan meninggalkan
pendidikan nilai bagi komitas virtual.
Dalam komunitas virtual mereka berinteraksi tanpa wujud
tanpa suara murni juga tidak memerlukan ruang waktu. Wujud komunikasinya
melalui internet, e-mail, chatting dan web. Aplikasi Islam melalui android
dalam memahami nilai Islam secara edukasi akan bisa diakses selama komunitas
bisa menyesuaikan dengan bahasa yang digunakan dan tidak menjadi manusia k’tek
(ketinggalan teknologi).
Secara umum komunitas virtual selain bisa bermain musik,
juga berbagi pengetahuan, pengalaman, bisnis, bertransaksi, mencari kenalan
hingga jadi biro jodoh. Suka atau tidak suka, mau atau tidak mau, semua itu
akan terjadi. Salahnya adalah apabila tidak ditawarkan edukasi Islami sebagai
bentuk dakwah Islam. Dalam kegersangan tauhid, tersingkirnya dunia klenik
sebagai pelarian masalah bagi orang yang hidup di alam peramu, aplikasi Islam
adalah solusi. Termasuk solusi peniadaan Tuhan bagi kehidupan posmodernisme.
Secara argumentatif Beatty (1986 dalam Thai Fung Jin, 2002)
dan Thomson et al (1991) dalam telaahan dalam waktu berbeda menyepakati bahwa
motivasi untuk mengadopsi dan menggunakan teknologi informasi mungkin
berhubungan lebih banyak dengan perencanaan pada masa datang dari pada
menunjukkan kebutuhan sekarang. Tampaknya Muhammadiyah memahami perspektif itu
dan menangkapnya untuk mengembangkan Dakwah Pencerahan berbasis Komunitas.
Dengan demikian dakwah pencerahan sesungguhnya merupakan
dakwah Islam dengan pendekatan transformasi yang membawa proses membebaskan,
memberdayakan, dan memajukan kehidupan berdasarkan nilai-nilai ajaran Islam bukan
sesuatu yang impsible dirasakan masyarakat Kabupaten Cirebon dan penduduk
global. Dari Cirebon ini Muhammadiyah pertama kali melakukan Dakwah Pencerahan
berbasis Komunitas sebagai bukti kecintaan pada Cirebon dengan berprinsip;
Khairunnas anfa-Uhum lil-Nass ! Cirebon adalah tonggak dan sejarah bagi dakwah
berkemajuan. Semoga.
Cirebon, 21 April 2016