SELAMAT DATANG DI WEBLOG DENY ROCHMAN. MARI KITA BANGUN PERADABAN INI DENGAN CINTA DAMAI UNTUK MASA DEPAN LEBIH BAIK

Januari 23, 2017

JAWA DILARANG NIKAH SAMA SUNDA ?

Ada orang Jawa tidak mau menikahi orang sunda. Begitu juga sebaliknya. Konflik budaya ini telah lama berlangsung lama dr generasi ke generasi. Sekalipun kita sudah hidup berbeda generasi dan beralih jaman. Namun bagi mereka yg msh kuat fanatisme budaya keduanya tetap menolak bercampur dlm ikatan perkawinan
Anda yg hidup dlm lingkungan dua budaya dan suku tsb tentu merasakan ada efek konflik tersebut. Paling tidak pernah mendengar jika tidak pernah jd korban atau pelaku utama.
Seorang kawan satu kos masa kuliah pernah bersikap seperti itu. Dia mahasiswa asli kota yg msh kental mengusung budaya Jawa. Ia berjanji selamanya tak akan menikah dg wanita sunda. Berbeda tempat kos, ada teman mahasiswa jg banyak tanya tentang perempuan Cirebon Jawa Barat. Dia byk tanya karena sdg dlm proses Pedekate.
Kisah lainnya ada juga orang Jawa Barat pesisir perbatasan yang akhirnya ditolak niat ibadahnya (baca: nikah) dengan orang Jawa Tengah pesisir perbatasan. Lagi2 karena alasan keluarganya keberatan nikah dg orang Jawa Barat. Sekalipun pesisir Jabar bukan suku sunda, sekalipun berada di Jawa Barat. Masyarakat pesisir pantura sebenarnya masih satu rumpun jawa pesisir. Yang nemiliki akar budaya yang hampir sama.

Nah ada dua sejoli memaksakan tuk menikah beda suku tsb hrs mengalami jatuh bangun bahkan berdarah darah utk meraih restu keluarga besar. Salah satu pematiknya adalah satu orang Jawa Barat perbatasan dan satu lagi orang Jawa Tengah perbatasan bagian selatan.
Tidak hny urusan nikah, dlm pergaulan sosial ada jg mengalami gap. Pada era tahun 90an pertengahan gap budaya sunda jawa pernah mencuat pada satu angkatan di kampus ku. Beberapa mahasiswa jawa dan sunda membatasi diri dlm pergaulannya karena perbedaan suku tsb. Blm jelas betul apakah ini serius atau tdk, dialami semua mahasiswa atau kelompok kecil. Tp fenomena itu sempat muncul.
Memahami konflik budaya berbasis kesukuan itu nampaknya warisan kuno akibat politisasi konflik budaya era kerajaan. Konon kabarnya itu terjadi pada masa kerajaan Majapahit dan kerajaan Sunda yg gagal menikah karena persoalan tertentu. Sejarah kelam itu berbuntut panjang mewariskan konflik budaya dr generasi ke generasi.
Namun saya termasuk orang yg menolak ada polarisasi dan diskriminasi pembunuhan karakter satu suku dengan suku lainnya. Premordialisme. Sbg manusia bertuhan, agama saya mengajarkan satu manusia dg manusia lainnya memiliki derajat yg sama di mata Tuhannya. Apakah dia dr keturunan jawa, sunda, batak, dayak atau bahkan dr bangsa-bangsa lain. Yg membedakan adalah takwanya.
Tak ada satu dalil pun yg menegaskan satu suku lbh mulia dr suku lainnya. Begitu juga dg Jawa dan Sunda. Kedua suku tsb akan mulia manakala mereka takwa kpd YME. Maka sy luruskan kawan2 kos dan satu kampus yg memiliki pemahaman keliru dan dangkal thd perjodohan berbasis suku.
Sikap ini mjd landasan sy dlm mencari pegangan hidup. Bukan dasar dr suku apa, tp Islam mjd syarat mutlak. Dg basic agama yg kompeten saya yakin siapa pun dr suku dan bangsa mana pun ia akan tampil berkarakter baik. Insha Allah.... 
Wallahu'alam bishowab.

Pronggol 13.07.17