SELAMAT DATANG DI WEBLOG DENY ROCHMAN. MARI KITA BANGUN PERADABAN INI DENGAN CINTA DAMAI UNTUK MASA DEPAN LEBIH BAIK

Desember 31, 2020

INILAH CARA WARGA KOTA CIREBON MERAYAKAN PERGANTIAN TAHUN DI MASA PANDEMI

Pergantian tahun ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Masa pandemi covid-19 semua aktifitas manusia dibatasi. Beragam kebijakan pemerintah ditetapkan. Namun apa yang terjadi malam pergantian tahun di Kota Cirebon?

Laporan:
DENY ROCHMAN
Pegiat Literasi Kota Cirebon

Tepat pukul 00.00 dalam hitungan detik hari Kamis berganti hari Jumat. Tanggal 31 Desember 2020 bergeser tanggal 1 Januari 2021. Jarum jam menunjukkan pukul 00.01. Suara kembang api menggelegar silih berganti menerangi malam Jumat. Suara itu bersahutan. Bahkan kencangnya memekakan telinga. Silih berganti datang dari berbagai penjuru di Kota Cirebon. 
Animo masyarakat untuk merayakan pergantian tahun masehi tetap tidak terbendung. Sekalipun ada pembatasan jam aktifitas usaha dan masyarakat. Walaupun pelarangan penjualan trompet. Meskipun imbauan tidak ada kerumunan dan perayaan pergantian tahun. Namun toh malam Jumat menjelang pergantian tahun banyak warga yang tumpah dijalanan. 
Hujan yang mengguyur Kota Cirebon pada sore hari membuat kondisi jalan basah, becek namun suasananya adem. Selepas waktu isya, warga sudah memadati jalanan kota. Terlebih tak sedikit warung-warung makanan dan minuman masih buka. Ini yang membuat geram Walikota Cirebon Nashrudin Azis saat melakukan monev di sejumlah titik pusat keramaian. Tak mengindahkan surat edaran walikota pembatasan sampai jam 8 malam.
Pukul 23.00, saya menyempatkan untuk keliling kota sendirian. Sambil gowes sejumlah ruas jalan kota sudah sepi dari keramaian. Hanya sesekali satu dua motor melintas jalan kota. Beberapa pasangan muda mudi tampak bergegas mengendarai motornya tanpa helm dan masker. Saat melintas jalan Pulasaren, tampak komunitas gowes istirahat di seberang Keraton Kacirebonan. 
Mulai sepinya jalanan tak lepas dari upaya aparat memecah kerumunan massa. Aparat gabungan TNI Polri dan Pol PP serta Dishub berjaga dan patroli di sejumlah titik. Khususnya memblokade jalan akses masuk ke pusat kota, seperti alun-alun Kejaksan dan jalan Kartini Jalan Siliwangi. Di sekitar alun-alun Kasepuhan pun terlihat banyak mobil patroli Polisi dan Pol PP berhenti. Aparat setingkat kecamatan dan kelurahan pun disiagakan ikut membantu. 
Sementara suasana alun-alun Kasepuhan maupun sekitar alun-alun Kejaksan tampak lengang. Tak ada kegiatan khusus perayaan. Ini kebijakan pemerintah yang melarang. Sebagai upaya memutus mata rantai penyebaran virus corona di Kota Cirebon. Hingga pergantian tahun jumlah korban covid masih belum landai.
Sepeda saya kayuh melintasi kawasan Kasepuhan. Melintasi jalan Pulasaren Lawanggada dan berhenti di depan Stasiun Prujakan. Sepanjang jalan itu lalu lintas relatif lengang. Saat melintasi jalan Tentara Pelajar dan Sukalila tampak sejumlah pengendara motor dan mobil melintas. Pengendara motor tampak mencari-cari jalan alternatif untuk bisa masuk ke pusat kota. 
Patroli aparat membantu menghalau warga yang memaksa menerobos blokade. Termasuk razia masker dan rapid test di pos pemeriksaan membantu kesadaran warga untuk tidak keluar malam saat malam pergantian tahun. 
Dari jalan Sukalila saya melintasi jalan  Karanggetas, Jalan Bahagia hingga tembus gedung BAT. Gedung tua bekas pabrik rokok itu sepi kerumunan. Terlihat mobil patroli siaga di tempat. Perjalanan gowes dilanjut menelusuri jalan Pasuketan Pekiringan berbelok ke Jalan Petratean. Semua ruas jalan sepi pengendara. Hanya sejumlah tempat terlihat warga berkumpul dalam jumlah terbatas. Ada beberapa tukang becak yang tengah menikmati waktu istirahat malamnya. 
Dijumpai juga warga yang merayakan kecil-kecilan pergantian tahun. Di tepi jalan Drajat, sejumlah warga lintas usia duduk lesehan di trotoar dan teras toko. Mereka asik makan bersama menyantap menu khusus malam pergantian tahun. Di pojok ruas jalan lain, sejumlah pemuda pemudi tampak ceria bercanda sambil bakar jagung. Melintasi jalan Kalijaga di kampung Kejawanan terlihat warga menikmati tabuhan musik dangdut ala obrog-obrog. 
Kegiatan bakar-bakaran seperti jagung, seafood, ikan, daging dan menu lainnya banyak dijumpai disudut-sudut kampung, di rumah-rumah. Sejak pagi di pasar, di sejumlah tempat di jalan terlihat pedagang jagung mentah dadakan. Pasar ikan dan daging pun diserbu warga. Termasuk pejual arang dan tusuk daging. Mall-mall pun sejak beberapa sebelumnya dipadati warga menyiapkan menu pergantian tahun.
Tampaknya kegiatan itu menjadi tradisi yang makin kuat setiap malam pergantian tahun dari tahun ke tahun. Pelarangan perayaan tidak membuat warga putus ide untuk tetap menjadi saksi sejarah pergantian tahun. Malam pergantian tahun masehi, kendati selalu diwarnai kontroversi namun toh tetap semarak dengan segala pernah perniknya. Tradisi ini kini sudah menjadi budaya pop. Yang dinikmati oleh siapa saja lintas suku, agama, ras dan golongan. (*)

AKHIR TAHUN GOWES KE GUNUNG

Sehari sebelum pergantian tahun, pasukan khusus Asal Gowes Radar Cirebon membuat kejutan. Enam personil menjelajah dengan sepedanya menuju Gunung Ciremai, Kamis (31/12) pagi. Bagaimana kisahnya?

Catatan :
DENY ROCHMAN
Penikmat Asal Gowes Radar Cirebon

Kemana rute gowes pekan ini? Pertanyaan itu kerap membuka obrolan di group Whatsapp Gowes Kuliner Radar Cirebon. Kendati hari Sabtu masih cukup lama. Hari gowes rutin pada jurnalis anak asuhan CEO Yanto S Utomo. Walau masih lama, tangan, kaki, dan pantat mereka terasa gatal. Tak sabar dan tak cukup gowes seminggu sekali. Jika ada waktu senggang mereka langsung josss. Jika tak beregu, jalan deweke kan ge teteg.
Seperti adrenaline lima awak Awas Gowes Radar Cirebon ini. Mereka adalah Bang (Abdul) Malik, Direktur Radar Tevelisi. Lalu, ada Imam Buchori, Pemred RCTV, personil lainnya Azis dan Yudi. Personil tamu ada dua yaitu Apendi, komisioner KPU Kab. Cirebon. Dan terakhir, Deni, Pak Korwil Pekalipan yang sering disapa di group gowes ini dengan sebutan pa guru atau pa kadis. 
"Enam pasus" ini adalah yang bisa hadir gowes jelang tahun baru 2021. List nama yang beredar di group WA sekitar 10 orang. Gowes liburan ini paket ekstra, diluar gowes wajib Sabtuan yang sudah berjalan dua bulan. Karena bersifat suplemen, maka tak banyak hadir seperti agenda rutin tiap akhir pekan. Kemana tujuannya, ditetapkan diinjury time sebelum berangkat.
Disepakati sasarannya adalah kaki Gunung Ciremai. Pagi itu gunung tertinggi di Jawa Barat tampak gagah. Seluruh permukaannya terlihat jelas dari jarak 60 Km. Belum ada awan yang mengganggu penampakan gunung yang masih aktif ini. Untuk menggowes ke arah sana, tim berkumpul di perempatan Talun (depan kantor air minum Mountoya). Setelah jam 7, hanya enam personil yang siap gowes. 
Sepanjang perjalanan banyak dijumpai para goweser lain. Baik secara perorangan, keluarga maupun komunitas. Mereka juga melintasi medan yang cukup menguji kekuatan lututnya. Tak kuat dengan tanjakan tinggi, mereka memilih menghemat tenaga. Begitu juga ketika turunan curam di depan mata, jika tak cukup yakin dengan kekuatan rem, lebih baik turun dengan menuntun sepeda. Kesehatan dan keselamatan itu yang utama. Jare pesan sponsor pemerintah di masa pandemi ini.
Jalanan beraspal yang mulai berlumbang mulai dilalui tim. Akses masuk melalui jalan Desa Cirebon Girang. Perjalanan terus memanjat beberapa kali hingga ke Embung Sarwadadi. Perairan sejenis danau ini menjadi impian para goweser untuk transit. Suasana yang khas pedesaan dengan air tenang bisa untuk para hobi mancing. Sayangnya kawan KPU kita harus berpisah di tengah jalan karena ban sepedanya bocor. Pessss...
Di tempat ini tim melepas lelah setelah melintasi tanjakan dan turunan jalan beraspal dan sebagian berlubang. Istirahat di embung ini membuat tim begitu menikmati hidup dengan damai. Lupa akan pekerjaan, hutang piutang bahkan kalau mereka punya anak isteri. Hehehe. Kenikmatan itu terasa sambil menyeruput minuman teh hangat manis, indomie telor dan gorengan. Aaah.... "Nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan," jare ustadz Iman Sudarman mengutip ayat Al Qur'an. 
Menikmati menu khas warung Embung Sarwadadi sambil berdiskusi masalah negara. Membuat melupakan tim gowes dari tujuan awal. Tujuan gowes ke kaki Gunung Ciremai. Baru mendekati jari kelingking kaki Gunung Ciremai, tim bergerak balik ke Kota Cirebon. Mendadak ingatannya kembali jika mereka ada agenda kegiatan lain. Ada yang mau nganter anaknya sunat. Ada yang mau beneri genteng bocor, ban sepeda bocor sampai mau kondangan ke koleganya. (*)

Desember 29, 2020

PARA GOWESER MENEMBUS ANGIN, MEMBELAH SAWAH

Ini rute terpanjang. Selain para bikers menembus angin, mereka juga membelah sawah. Di bawah terik matahari di ruas jalan nasional Kota Cirebon - Indramayu. Kendati lelah, mereka tetap semangat membawa misi silaturahim dan menyebar kebaikan.

Catatan ;
DENY ROCHMAN
Penikmat Asal Gowes Radar Cirebon

Para goweser Radar Cirebon tetap semangat menjalani agenda rutin Sabtuan. Menjelajah ke lokasi tujuan, mengekspor dan mempromisi poatensi desa. Saya juga tak mau melewatkan keceriaan Asal Gowes para jurnalis tulen ini. Sampai-sampai memilih pulang cepat dari luar kota, sekalipun libur akhir pekan hingga Ahad. Ke Purwokerto, berangkat Rabu sore pulang Jumat malam.
Sabtu 26 Desember 2020. Pukul 06.00 saya mulai gowes menyisir jalan Yos Sudarso Pelabuhan hingga ke Krucuk Kota Cirebon. Sengaja tak berkumpul di Grha Pena Radar Cirebon Jalan Perjuangan Sunyaragi. Soalnya rute Cirebon ke Kedokan Agung Kab. Indramayu melintasi jalan Krucuk. Sambil menanti rombongan lewat, saya gowes sepeda hingga bertemu tim lain di jalan Kalisapu Gunungjati.
Tak ada hambatan berarti melintasi jalan nasional Kab. Cirebon. Jalanan mulus beraspal hotmix. Hanya saja tetap hati-hati karena lalu lintasnya ramai lancar. Tetap hati-hati karena bikers harus menjaga kecepatan sepedanya. Jika tidak akan tertinggal dengan rombongan yang berlari wus wus wus.... 
Memasuki daerah perbatasan Kab. Cirebon - Indramayu ruas jalan mulai toang. Kanan kiri jalan terlihat bentangan sawah yang mulai masa tandur di musim penghujan ini. Hembusan angin menerpa para pegowes yang terus fokus mengayuh ke tempat sasaran. Memasuki wilayah Indramayu, dekat jembatan Kedaton tim Asal Gowes Radar disambut Komunitas Gowes Kekar. Kekar singkatan dari Kedokan Karangampel. Pasukan hijau-hijau ini terdapat personil emak-emak. Termasuk ada ibu kuwu. Luar biasa.
Setelah menggowes beberapa kilo dari perbatasan, rombongan singgah sejenak di kampus hijau Daarul Maarif Kaplongan. Sebuah kawasan terpadu lembaga pendidikan dibawah yayasan milik H. Dedi Wahidi (Dewa). Pak Dewa adalah mantan Wakil Bupati masa kepala daerah H. Yance (Irianto MS Syafiuddin), pernah menjadi anggota DPRD Kab. Indramayu dan anggota DPR RI dari PKB. 
Di gerbang kampus Pak Dewa dan tim sudah menyambut rombongan Asal Gowes Radar. Secara bersamaan sambil teriak yel-yel hidup Radar, hidup Pak Dewa, mereka keliling kampus. Di atas lahan 25 hektar di Kec Karangampel ini dibangun sejumlah sekolah, kampus dan pondok pesantren NU. Suasananya asri. Tak hanya hijau cat gedungnya tetapi hijau lingkungannya. Akses jalan yang rapih menjadi trek yang nyaman untuk joging atau gowes. 
Di tengah komplek terdapar danau buatan. Menambah kesejukan suasana kampus. Danau sebagai sumber kehidupan ikan-ikan dan sunber air kebutuhan MCK para santri usai melalui proses penyulingan. Sumber air utama danau ini adalah tadah hujan, selain dari irigasi yang bermuara dari Waduk Jati Gede.
Selama di pontren, tim Radar banyak berbincang dengan mantan wabup itu. Mulai masalah pendidikan hingga isu politik lokal dan nasional. Puas dengan hidangan rebusan kacang, jagung dan pisang goreng, rombongan melanjutkan perjalanan. Tujuan akhir adalah Desa Kedongan Agung Kec. Kedokan Bunder Kab. Indramayu.  Sekitar 10 km dari Kampus Hijau Kaplongan. Menelusuri jalan desa dan pesawahan. 
Di desa tujuan, rombongan diterima kuwu desa setempat Jumhana Budi Raharjo S.Sos. Diterima di tempat khusus, bukan di kantor balai desa. Tempat ini disebut sebagai agroeduwisata. Yah tempatnya di tengah pesawahan yang disulap jadi tempat wisata bernuansa pendidikan. Ada kolam renang, tempat bermain anak, kolam terapi ikan, kantin dan taman. Menurut kuwu, agroeduwisata  Bermuda ini menjadi potensi andalan yang dikelola BUMDes dalam mendongkrak pendapatan desa. (*)

Desember 19, 2020

TRIK GOWES INI BISA SELAMAT DARI INSIDEN

Giat gowes ternyata gampang-gampang susah. Perlu ada ilmunya, butuh waktu latihan. Jika tidak, ancaman potensi kecelakaan akan selalu datang. Ini seperti dialami dan dirasakan tim Asal Gowes Cirebon Katon Radar Cirebon, akhir pekan ini. 

Laporan :
DENY ROCHMAN
Penikmat Asal Gowes Radar Cirebon

Desa Kamarang menjadi pilihan tim Asal Gowes Radar Cirebon group akhir pekan ini, 19 Desember 2020. Sekitar 22 Km desa di Kec. Greged Kab Cirebon ini dari kantor Radar di Jalan Perjuangan. Jarak ini memang relatif lebih jauh karena rombongan tak lebih dari 15 orang itu mengambil rute memutar. Menelusuri jalan perjuangan melewati kayuwalang, mipir jalan tol hingga keluar ke perumahan Arum Sari menuju Desa Sampiran Kec. Talun  Kab. Cirebon. 
Di titik desa dataran tinggi ini tim gowes harus berjuang menaklukan tanjakan tinggi. Beberapa personil harus menyerah saat berada di tengah  jalan. Kendalanya masalah teknis memindahkan gigi yang telat. Mereka melanjutkan perjalanan hingga ke Desa Wanayasa kec. Beber. Sebagian kecil personil memilih menyimpan energinya dengan loading kendaraan pick up dari kawasan Sahara Ciperna ke Wanayasa. Maklumlah medan yang dilalui banyak tanjakan curam. 
Rehat sejenak di warung jajanan wong cilik Desa Wanyasa, perjalanan panjang kembali dimulai. Perjalanan 4.2 km menuju Desa Kamarang Kec. Greged.  Sebuah desa yang diapit antara Desa Ciawi Gajah Kec Beber dan Desa Putat Kec. Sedong Kab. Cirebon. Untuk menuju ke kantor desa sejumlah pegowes sempat tersesat. Penyebabnya personil tim yang terpecah berjauhan, juga posisi balai desa sedikit masuk ke dalam. 
Beberapa petinggi Radar seperti Direktur Radar Cirebon Syahbana, Direktur Radar Televisi Abdul Malik dan tim pendampingnya sudah melaju melewati desa kamarang hingga ke Panongan Kec. Sedong bahkan ada yang sudah sampai ke Desa Pasawahan Kec. Susukan Lebak. Sekitar 8,8 Km dari desa tujuan asal, Kamarang. Sadar tersesat, mereka balik arah harus mengeluarkan tenaga ekstra memanjat jalanan menuju Kamarang.
Singgah di balai Desa Kamarang, rombongan disambut kuwu (kepala desa) setempat, Endang kusnandar bersama ketua BPD dan perangkat desa lainnya. Desa yang pernah menjadi desa juara tingkat Jawa Barat tahun 2019 ini tengah berbenah mengembangkan desa wisata. Sebagai upaya keras menjadi desa mandiri agar tak selalu bergantung dari pendapatan tanah titisara kas desa dan dana desa dari pemerintah pusat.
Menurut Kuwu Endang, pengembangan desanya melalui BUMDes. Badan Usaha Desa ini fokus pada pegembangan usaha komersil. Sementara Pemerintah Desa lebih fokus pada pelayanan sosial kepada masyarakatnya. Unit usaha yang sudah dikelola adalah pengelolaan air bersih bagi warga dan layanan pembayaran online (payment). Hasil kerja sama dengan sejumlah bank. 
Setelah lama berbincang tentang potensi desa. Setelah menyaksikan peragaan pencak silat Pagar Nusa (Nahdlatul Ulama). Setelah menikmati suguhan makanan khas Kamarang. Kemudian rombongan kembali melanjutkan perjalanan. Yah perjalanan pulang kembali ke Kota Cirebon. Kembali ke rumah masing-masing. Melintasi jalanan Desa Kamarang Lebak hingga tembus ke jalan Desa Durajaya Kec. Greged dan jalan raya Beber. 
Di tengah perjalanan menuju pulang mendadak sejumlah personil sedikit panik. Bahkan sampai ada yang teriak-teriak. Tim harus menaklukan turunan curam. Kemiringannya sekitar 45 derajat. Di jalan ini semua tim siaga kendali sepedanya. Ada personil sejak turunan awal hingga akhir melaju kencang. Ada juga yang mencoba menekan rem, namun bannya beberapa kali slip, licin. Membuat suasana sedikit mencekam. Awas... Hati-hati... Begitu teriakan sesama tim saling mengingatkan.
Beruntung, ilmu jurus menaklukan turunan dan tanjakan yang pernah diperoleh dicoba diterapkan. Saat turunan jangan panik. Lakukan rem secara perlahan, silih bergantian kanan dan kiri. Jangan secara bersamaan, jangan mendadak karena akan membahayakan. Jaga jarak satu pegowes dengan pegowes lainnya. Dan dengan jurus gowes itu akhirnya seluruh personil bisa kembali ke rumahnya masing-masing dengan selamat. Selamat istihahat gaesss... (*)

Desember 13, 2020

DUA PEJABAT SAMBUT TIM ASAL GOWES

Ada yang berbeda kegiatan Asal Gowes Radar Cirebon, akhir pekan kemarin (12/12). Trip ke desa sasaran mendapat sambutan hangat dari dua pejabat. Bahkan, kehadiran rombongan langsung dijemput oleh pejabat tersebut dengan bersepeda ke kantor Radar Cirebon di jalan perjuangan. Sekitar 22 Km dari desa yang dituju. 

***

Kurang dari 20 orang, rombongan Asal Gowes Radar Cirebon kembali mengayuh sepedanya. Tak berseragam sama, jenis sepedanya pun beragam. Seperti biasanya rombongan dipimpin dua direktur koran dan televisi Radar Cirebon: Bung Syahbana dan Bang (Abdul) Malik. Start - Finish dari kantor Radar menuju Desa Pegagan Lor Kec. Kapetakan Kab. Cirebon. Sekitar 44 Km perjalanan pulang pergi.
Medan jalanan kali ini relatif mulus lus. Sejak start hingga finish (PP) nelalui jalan beraspal hotmix. Hanya saja tim harus ekstra hati-hati. Baik efek polusi udara maupun hilir mudik ramai kendaraan pantura. Yah tim melintasi jalan nasional akses Cirebon - Indramayu. Melintasi jalan Cipto - Wahidin kota kemudian Jalan Klayan, Kalisapu, Celangcang, Suranenggala hingga Desa Pegagan Lor. 
Selama perjalanan ke lokasi, bersama rombongan ikut gowes Pak Asdullah. Siapakah dia? Dia adalah orang pertama di dunia pendidikan Kab. Cirebon. Sejak pukul 06.00 Kadisdik sudah singgah di kantor Radar Cirebon, 22 Km dari desanya di Pegagan Lor. Selama perjalanan 22 Km, rombongan melaju tanpa istirahat. Tak seperti biasanya yang mampir ke warung wong cilik. 
Setelah 1 jam perjalanan rombongan tiba di Desa Pegagan Lor. Satu dari sembilan desa yang berada di Kecamatan Kapetakan. Rombongan diterima langsung Kuwu (Kepala Desa) Pegagan Lor Ibu Hj. Ii Fariyani S.Pd, bersama Kadisdik Kab. Cirebon Pak Drs H Asdullah. Kehadiran kadisdik sebagai suami dari penguasa salah satu desa perbatasan dengan Indramayu itu. 
Dalam suasana santai, rombongan gowes menikmati keindahan potensi desa. Sambil istirahat menikmati jamuan tuan rumah, para pegowes ini mengendurkan ototnya dengan memancing. Menu sajian begitu lengkap. Mulai nasi jamblang, buah jeruk, air mineral, kopi, es teh manis hingga bolu. Usai mancing, ikan mujaer dan lele diangkut untuk buah tangan. 
Sepanjang acara santai, Pak Kadisdik dan Bu Kuwu terlihat obrolan serius tapi santai. Seringkali tertawa lepas guyonan crew Radar. Disela kegiatan, reporter Radar mewawancarai Bu Kuwu. Termasuk berkunjung ke kantor Balai Desa yang terletak ditepi jalan nasional pantura. Pendapatan asli desa Rp72 juta pada tahun 2019 ini potensinya banyak menggantungkan ke sektor pertanian. (*)

Desember 09, 2020

GOWES PILKADA DISELIMUTI DUKA

Personil Radar Cirebon kembali bergowes ria. Kali ini menu tambahan selain gowes wajib saban Sabtu. Yah, asal gowes mumpung libur nasional pilkada serempat, 9 Desember 2020. Sayangnya momennya sempat diselimuti kabar duka.

Catatan :
DENY ROCHMAN
Biker Musiman Masa Pandemi

Tak banyak yang hadir dalam acara Asal Gowes crew Radar Cirebon Rabu pagi. Kendati 9 Desember 2020 merupakan hari libur nasional. Bertepatan pelaksanaan pilkada serentak nasional. Di wilayah III Cirebon, hanya Kab. Indramayu yang punya hajat pesta demokrasi. Diikuti oleh kontestan empat pasangan calon bupati. 
Hingga pukul 07.00 peserta gowes masih terbatas. Padahal kali ini dihadiri bos besar Radar Cirebon, Pak Yanto S Utomo. Mungkin karena diluar jadwal gowes Sabtuan. Bisa jadi karena schedulenya mendadak semalam sebelumnya disepakati. Sehingga banyak yang sudah memiliki jadwal sendiri-sendiri. Termasuk dua personil Apendi dan Joharudin, yang juga ikut monev pelaksanaan pilkada Indramayu. Kendati Apendi komisioner KPU Kab. Cirebon dan M. Joharudin ketua Bawaslu Kota Cirebon.
Dengan personil terbatas, perjalanan gowes dimulai. Rute mulai ditetapkan. Menuju jalan Ciperna Gronggong, kemudian berbelok ke arah Desa Sampiran Kec. Talun Kab. Cirebon. Mereka yang ikut berkeringat adalah Bos besar Pak Yanto, Direktur Radar Mas Syahbana, Direktur RCTV Bang Malik dan Mas Imam, Bos percetakan Om Mamad, Bos Racer Mas Iing dan Om Ugi, Kang Azis, dan tentu saja saya sebagai tamu. 
Tak terlalu jauh rute ditempuh. Sekitar 15 Km dari kantor Radar Cirebon di Jalan Perjuangan. Namun medan yang menanjak, khususnya mulai masuk jalan Ciperna, bikin para bikers extra tenaga. Malah ada juga cukup kerepotan ketika jalanan kian menanjak di daerah Geronggong. Sehingga rombongan tercecer terpisah di jalanan. Mereka kembali terhimpun setelah rest sejenak di pintu masuk kafe Sahara. 
Jalanan mulai turun ternyata tak membuat nyaman semua personil. Satu diantaranya dirasakan oleh saya. Jalanan menurun tajam, berkelok dan berpasir. Kehati-hatian terus terjaga. Laju sepeda tetap terkendali. Walau sudah terkontrol, tetap saja laju sepeda bunglon saya harus salah rute saat menurun. Ini memilih keamanan, menghindari insiden. Jarak berdekatan membuat laju sepeda jalan menurun berpasir penuh resiko. 
Saya mencoba untuk mengendalikan laju sepeda. Pengereman secara bergantian kanan kiri sesuai teori. Namun laju ban sempat selip. Memilih dilepas rem berpotensi menabrak personil lain di depannya. Saya memilih banting stir ke jalan rute lain, menghindari kecelakaan tunggal atau pun bersama.
Selepas turunan tajam, rombongan rest sejenak di kedai nuansa tradisional daerah Talun. Mencicipi hidangan klasik warisan nenek moyang. Disela obrolan santai, tersiar kabar duka. Salah satu bos koran group Jawa Pos wafat. Bapak H Suparno Wonokromo diusia 60 tahun karena sakit keras. Bos koran Sumatra Ekspres itu dimakamkan di Kab. Ngawi Jawa Timur. Innalillahi wainnailahi rojiuun. 
Perjalanan gowes akhirnya berakhir di rumah masing-masing. Selepas istirahat, personil mengayuh sepeda gunungnya berpencar sesuai arah rumahnya. Beberapa tetap kembali ke kantor Radar Cirebon. (*)