SELAMAT DATANG DI WEBLOG DENY ROCHMAN. MARI KITA BANGUN PERADABAN INI DENGAN CINTA DAMAI UNTUK MASA DEPAN LEBIH BAIK

Juli 10, 2022

LIMA KUNCI SUKSES "JURAGAN WARTEG"


Akhirnya kesampaian juga ketemuan dengan "juragan warteg" ini. Setelah beberapa kali buat janji bertemu. Setelah beberapa kali pulang kampung. Setelah beberapa kali mau jalan bareng. Akhirnya pada Ahad 10 Juli 2022 pukul 15.00 bisa bersua.

Pertemuan ini terkesan istimewa. Pertama, bertemu dalam momen Hari Raya Idul Adha 1443 H. Kedua, bertemu di rumah orang tuanya di Desa Gemulung Tonggoh Kec. Astanajapura Kab. Cirebon. Rumah sejarah yang mencatat bersahabatan kita sejak SMP dan SMA hingga kini.

Masa sekolah itu saya suka main ke rumah Wira Suara. Sekitar 11 km dari rumah saya di Desa Lemahabang Kulon Kec. Lemahabang kab. Cirebon. Kami main sepulang sekolah. Jalan kaki masuk dari Buntet Pesantren melewati area galian C pasir Cimaranti.


Saat Smp Muhammadiyah Lemahabang  ditemani juga dengan Iing Solihin. Sayang saat kita berdua di Smam Lemahabang  ia memilih tinggal di Jakarta, kembali lagi ke orang tuanya.  Sejak itu komunikasi kita dan Iing Solihin terputus. Maklum masa itu belum hadir medsos dan sejenisnya.

Wira Suara kini tergolong orang sukses. Usaha tunggalnya sebagai pedagang warung makan di kawasan BSD Tangerang berkembang maju. Sekalipun harus berjauhan dengan isteri dan tiga anaknya di Desa Munjul Astanajapura. Sebelumnya pernah buka usaha serupa di kawasan Perumnas Kota Cirebon.

Profesi sebagai pedagang memang menjadi pilihan jalan hidupnya. Sebelumnya pernah menjajagi keberuntungan sebagai salesman bahkan pekerja bangunan. Membantu ayahnya yang kadang merantau ke Jakarta. Jika balik kampung ikut bertanam di area lahan pertanian dan kebon di desanya.


Pernah bercita-cita kuliah pada tahun kedua lulus SMA. Menyusul saya yang pada tahun pertama kuliah lebih awal di kampus Fisip Unsoed Purwokerto Banyumas. Sayang, perjuangannya menembus UMPTN tahun 1995 belum berhasil.

Namun kini berkat kerja kerasnya pria yang dikenal pandai ilmu matematikanya masa SMA  ini bisa merubah hidupnya. Menggeluti usaha warung makannya menyulap kehidupan keluarganya lebih baik. Selain memiliki rumah nyaman di kampungnya, bapak tiga anak ini memiliki aset kendaraan dan tanah di sejumlah titik.

Pertemuan kita di hari istimewa kemarin, sifatnya tetap tidak berubah. Sama seperti perjalanan hidupnya pada masa SMP dan SMA. Sifatnya yang low profil, pemalu, tidak suka hidup glamour masih terlihat. Wajar kalau tak aktif di berbagai group WA atau medsos. Jangankan foto selfie, foto bersama-sama sering menolaknya.


Perjalanan kami dari Desa Gemulung Tonggoh menuju RM Kopi Gincu Sedong Kab. Cirebon penampilnya sederhana. Dengan kaos dan celana pendek, bersama anak bungsunya menaiki motor. Sebuah rencana ngopi tak direncanakan. Karena dia penasaran belum pernah ke kopi yang lama viral itu.

Dari kisah hidup sahabat saya ini ada hikmah yang bisa diambil. Pertama, orang sukses tak harus berpendidikan tinggi hingga kuliah. Kedua, kesuksesan hanya milik orang-orang pekerja keras, ulet, jujur dan sabar. Ketiga, hidup dijalani apa adanya, bukan apa-apa diadakan.

Keempat, rajin menabung, hemat pengeluaran. Penghasilannya lebih orientasi pembelian aset produktif seperti kebun, pertanian daripada kendaraan, barang elektronik. Kelima, ikhtiar bekerja selalu diimbangi dengan ibadah dan berdoa. (*)