SELAMAT DATANG DI WEBLOG DENY ROCHMAN. MARI KITA BANGUN PERADABAN INI DENGAN CINTA DAMAI UNTUK MASA DEPAN LEBIH BAIK

April 21, 2016

MENYELAMATKAN ANAK DARI PELECEHAN DAN KEKERASAN

Oleh : Deny Rochman.

Anak-anak Indonesia sedang menjadi korban salah didik. Pendidikan dari lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, media massa ataupun negara. Akibatnya perkembangan jiwa generasi penerus bangsa tersebut mengalami hambatan. Mereka tertekan, tersiksa dan menderita akibat pelecehan seksual, kekerasan fisik dan verbal yang terjadi di semua lingkungan sosial. Perlu ada penyelamatan anak secara massif jika masa depan bangsa ini tidak mengalami keterpurukan.

Upaya menyelamatkan masa depan anak adalah kembali merevitalisasi fungsi dan peran pendidikan bagi anak. Secara sosiologis, perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh agen-agen sosialisasi (agent of socialization) seperti keluarga, sekolah, teman bermain dan media massa. Keluarga merupakan agen utama dalam menjalankan sosialisasi primer dalam mempengaruhi kepribadian anak.

R.A Kartini : Muslim atau Theosofie?

 Menurut Prof. Ahmad Mansyur Suryanegara, seorang pakar Sejarah dari Universitas Pajajaran dalam bukunya “Api Sejarah” (2009), dari surat-suratnya yang dikenal dengan “Habis Gelap Timbullah Terang” dikisahkan bagaimana kekaguman Kartini kepada Al Qur’an. Kartini pernah menulis tentang kekagumannya terhadapan Kitab Suci muslim ini sebagaimana tertera pada suratnya kepada Ny. Abendanon tertanggal 15 Agustus 1902. “Alangkah bebal dan bodohnya kami, kami tidak melihat, tidak tahu bahwa sepanjang hidup ada gunung kekayaan disamping kami”. Ahmad Mansyur kemudian menyatakan bahwa Kartini menilai Al Qur’an sebagai gunung kekayaan yang telah lama ada disampingnya. 

Akibat pendidikan Barat, Al Qur’an menjadi terlupakan, namun setelah Tafsir Al Qur’an dibacanya, Kartini melihat Al Qur’an sebagai gunung agung hakikat kehidupan. Kartini tidak hanya ingin memahami dirinya sendiri, namun juga mempelopori kecerdasan terhadap anak bangsa. Sikap perjuangan Kartini agar kesetaraan pendidikan terhadap anak bangsa yang bukan dari Jawa, menurut Profesor Ahmad Mansyur, sangat dipengaruhi oleh ajaran Al Qur’an. Lingkungan kehidupan kabupaten Jepara merupakan medan persemaian tumbuh kembangnya ajaran Islam di kalangan Boepati yang berpikiran semaju sejalan dengan kaum muda.

PERGOLAKAN SANUBARI KARTINI

Oleh: Dra. Hj Shoimah Kastolani

“Selama ini al-Fatehah gelap bagi saya. Saya tidak mengerti sedikitpun maknanya. Tetapi sejak hari ini ia menjadi terang benderang sampai kepada makna tersiratnya. Sebab Romo Kyai telah menerangkannya dalam bahasa jawa yamg saya fahami”

Gumam RA Kartini ketika menerima “kado” dari Kyai Shaleh Darat, sebuah kitab terjemahan dan tafsir yang diberi nama “Faidhur Rahman”

Pertemuanya dengan Kyai diawali ketika Kyai Shaleh memberikan pengajian di pendopo Kabupaten Demak. Kartini tertegun, menangkap kata demi kata tafsir tersebut. Dalam pertemuan berikutnya Kartini mengajukan pertanyaan :
“Kyai, bagaimana hukumnya seorang berilmu yang menyembunyikan ilmunya?”
Kyai menjawab “mengapa Raden Ajeng bertanya seperti itu?”
“Kyai, selama hidupku baru kali ini aku berkesempatan memahami makna surat al-Fatehah. Begitu menggetarkan sanubariku”.
Kyai Shaleh Darat tertegun tak dapat berkata.
“Bukan buatan rasa syukurku, namun mengapa selama ini para ulama melarang keras menerjemahkan al-Qur’an kedalam bahasa Jawa, bukankah al-Qur’an itu bimbingan hidup bahagia?”.


REKAYASAN SEJARAH RA KARTINI

Inilah arti habis gelap terbitlah terang yang sebenarnya…
“Selama ini Al-Fatihah gelap bagi saya.  Saya tak mengerti sedikitpun maknanya. Tetapi sejak hari  ini ia menjadi terang-benderang sampai kepada makna tersiratnya,  sebab Romo Kyai telah menerangkannya dalam bahasa Jawa  yang saya pahami.”.

Salah satu murid Mbah Kyai Sholeh Darat yang terkenal, tetapi bukan dari kalangan ulama adalah Raden Ajeng Kartini. Karena RA Kartini inilah Mbah Sholeh Darat menjadi pelopor penerjemahan Al-Qur’an ke Bahasa Jawa. Menurut catatan cucu Kyai Sholeh Darat (Hj. Fadhilah Sholeh), RA Kartini pernah punya pengalaman tidak menyenangkan saat mempelajari Islam. Guru ngajinya memarahinya karena dia bertanya tentang arti sebuah ayat Qur’an.

Biografi
Raden Adjeng Kartini adalah seseorang dari kalangan priyayi atau kelas bangsawan Jawa, putri Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, bupati Jepara. Ia adalah putri dari istri pertama, tetapi bukan istri utama. Ibunya bernama M.A. Ngasirah, putri dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara. Dari sisi ayahnya, silsilah Kartini dapat dilacak hinggaHamengkubuwana VI. Ayah Kartini pada mulanya adalah seorang wedana di Mayong. Peraturan kolonial waktu itu mengharuskan seorang bupati beristerikan seorang bangsawan. Karena M.A. Ngasirah bukanlah bangsawan tinggi, maka ayahnya menikah lagi dengan Raden Adjeng Woerjan (Moerjam), keturunan langsung Raja Madura. Setelah perkawinan itu, maka ayah Kartini diangkat menjadi bupati di Jepara menggantikan kedudukan ayah kandung R.A. Woerjan, R.A.A. Tjitrowikromo.

DAKWAH PENCERAHAN BERBASIS KOMUNITAS

Oleh :
Somantri Perbangkara



“Gerakan Pencerahan menuju Kabupaten Cirebon Berkemajuan,” merupakan tema Musyda Muhammadiyah Kabupaten Cirebon kedua setelah Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota dan Kabupaten Cirebon dipisahkan sesuai AD & ART Muhammadiyah Bab V Pasal 9 Butir 3. Apabila tema itu bisa terumuskan dengan tepat, baik dan benar maka akan menjadi kontribusi penting bagi Kabupaten Cirebon sebab PDM Kabupaten Cirebon yang pertama membuat aplikasinya secara nyata bersamaan launcing selasa (19/04/2016) lalu di UMC. Aplikasi Islam berbasis android bekerja sama antara PDM Kabupaten Cirebon dengan pemerintahan Brunai Darussalam. Momen itu adalah tonggak sejarah Cirebon bersama Muhammadiyah dalam membuka babak baru berkeadaban maju.

Memahami tema musyda. Gerakan bisa dimaksudkan sebagai proses aksi/kegiatan yang tidak ada henti-hentinya. Muhammadiyah tidak boleh berhenti pada satu kepuasan kegiatan positif melainkan terus tetap melakukan aksi-aksi lain walau tampak sederhana. Dalam pengertian lain; gerakan membuktikan organisasi itu selalu bergerak, adanya dinamika, tidak pernah berhenti berjuang, tetap menunjukkan adanya kehidupan, berdakwah, dan beramal saleh untuk umat, bangsa, dan kemanusiaan.

April 18, 2016

MUHAMMADIYAH DAN CIREBON METROPOLITAN

Oleh :
Deny Rochman

Pada bulan April 2016 ini organisasi Islam Muhammadiyah di tingkat Cirebon memasuki era kepemimpinan baru. Pimpinan Daerah di Kota Cirebon baru saja secara resmi dilantik pada 9 April 2016, dengan menghadirkan tokoh reformasi Amien Rais. Sementara Pimpinan Daerah kabupaten Cirebon baru mengadakan pemilihan pengurus baru dalam Musyawarah Daerah 23-24 April 2016 dengan dimeriahkan peluncuran aplikasi computer berbasis internet “Islamic Mind”, hasil kerjasama dengan negara Brunai Darussalam.

Pelantikan dan pemilihan pengurus baru tentu tidak saja dipahami secara seremonial rutinitas organisasi semata. Namun harus ada proses evaluasi, perencanaan, proses, monitoring dan assesment terhadap hasil akhir kerja pengurus lama kepada pengurus baru. Evaluasi terhadap program dan kebijakan Muhammadiyah sebagai organisasi dakwah pembaharuan gerakan amar ma’ruf nahi munkar. Gerakan dakwah yeng tercermin dalam semua lini kehidupan: sosial, agama, ekonomi, kesehatan, pendidikan, budaya dan lainnya.

MEMBUKA JALAN DAKWAH YANG MENCERAHKAN

Oleh : 
Somantri Perbangkara



“Membumikan Islam Berkemajuan dalam Konteks Kecirebonan” merupakan tema pilihan Panitia Musyda Muhammadiyah Kabupaten Cirebon (2016) dalam Talk Show-nya dengan “Mengurai Peta Dakwah Persyarikatan Muhammadiyah Kini dan Esok”. Tema tersebut akan menarik bila ada sentuhan dengan pemikiran Mursana, M.Ag. yang rajin menulis di situs Kigede Surang yang mempunyai misi “Mencirebonkan Cirebon di segala Kehidupan.” Setidaknya; Dicari titik temu yang bisa ditindaklanjuti bersama atau sekedar bagi kaveling meng-eling-kan orang Cirebon yang semakin terreklamasi jatidirinya. Jatidiri wong Kota Wali yang kian tidak muwali ?

Kabupaten Cirebon dengan 40 Kecamatan, 412 Desa, 12 Kelurahan, jumlah penduduk 2.957.257 menghuni area yang luasnya 988,28 kilometer persegi dengan jumlah 5.193 masjid dan mushalla ratusan pesantren serta ribuan santri bertebaran menandakan persebaran umat Islam Kabupaten Cirebon cukup merata.