SELAMAT DATANG DI WEBLOG DENY ROCHMAN. MARI KITA BANGUN PERADABAN INI DENGAN CINTA DAMAI UNTUK MASA DEPAN LEBIH BAIK

April 04, 2009

IPTEK MENGANCAM PERADABAN MANUSIA


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dinilai gagal dalam membangun peradaban manusia yang lebih baik lagi. Kegagalan itu terletak pada lemahnya visi iptek yang dibangun dalam merumuskan dasar-dasar nilai, misi dan tujuan yang hendak dicapai.

“Indikator kegagalan terlihat dari semakin meningkatnya depresi, kegelisahan di masyarakat. Meningkatnya jumlah penderita sakit jiwa dan pelaku bunuh diri di kalangan kaum terdidik,” tutur Cecep Sumarna, mengutip laporan WHO tahun 1997 dalam ceramah ilmiahnya sebagai profesor guru besar STAIN Cirebon, Kamis (2/4).

Profesor Cecep membuktikan kasus-kasus lain dalam realitas sosial. Menurutnya, banyaknya psikolog, ekonom, arsitektur, ahli hukum dan lainnya justeru bukan menambah manfaat yang banyak bagi kehidupan umat manusia.

“Banyaknya psikolog, secara ilmiah seharusnya mampu mengurangi jumlah penyakit jiwa, tetapi yang terjadi malah sebaliknya. Begitu juga banyaknya ekonom malah mempertebal jurang perbedaan antara kelompok kaya dan miskin. Banyak ahli hukum, justeru banyak pelanggaran,” tuturnya di depan undangan yang sebagian adalah wisudawan/wati STAIN Cirebon.

Suami Lelin Farlina Dewi ini menjelaskan, problem masyarakat modern tersebut akibat pengembangan iptek yang kering dari nilai-nilai agama. Meminjam istilah Fritjof Capra, Cecep menambahkan, akibat perkembangan iptek seperti itu menjadikan peradaban modern berada dalam krisis yang besar . Karena peradaban modern kehilangan sumber pengetahuan intuitif yakni agama.

“Saya melihat ilmu pengetahuan kehilangan sebagian sumber asasinya berakibat hilangnya sebagian fitrah manusia. Ilmu pengetahuan yang dilahirkan hanya memperkuat dimensi fisik, tidak ada pertaliannya dengan dimensi metafisik,” ungkap bapak tiga anak ini dalam naskah ceramah ilmiahnya berjudul Transformasi Iluminasi dalam Konstruksi Ilmu setebal 43 halaman itu.

Cecep mengutip pendapatnya ilmuwan muslim Ali Syariati bahwa hilangnya sumber pengetahuan intuitif membuat sifat manusia berubah. Manusia ibarat mesin karena kehilangan hati nurani. Padahal hati adalah sumber keberanian dan semangat, integritas dan komitmen.

“Dalam banyak kasus, antara ilmu manusia dan kekuasaan Tuhan seolah bertanding untuk saling mengalahkan. Padahal ilmu harusnya mendorong manusia untuk mendekati Tuhan. Artinya perkembangan ilmu pengetahuan semestinya tidak bebas pertaliannya dengan dimensi Tuhan, metafisik dan immateril,” tulis putera dari pasangan H. Muslih Suryana (alm) dan Fajriyan. (*)

April 03, 2009

CIREBON BELUM MUNCUL GERAKAN ISLAM GARIS KERAS

Profesor Dr Martin Van Bruinessen mengatakan bahwa munculnya gerakan Islam keras akibat adanya dealetika yang berkembang dari lawan ideologinya. Ia mencontohkan fenomena Islam Solo Jawa Tengah, disana tumbuh subur aliran Islam garis keras, padahal Solo selama ini dikenal sebagai Islam abangan.


“Kenapa Islam garis keras berkembang di Solo, padahal selama ini Solo dikenal Islam abangan. Ini bisa dijelaskan karena bentuk dealetika antara tesis dan anti tesis. Karena di Solo angka Kristenisasinya cukup tinggi sehingga memicu gerakan kelompok-kelompok garis keras,” tutur Martin, profesor asal negeri Belanda, Jumat (3/4).

Hal itu dikatakan Prof Martin di depan ratusan mahasiswa pascasarjana STAIN Cirebon dalam Kuliah Terbuka dengan tema Pergeseran Isu-isu Pemikiran Islam pasca Reformasi. Hadir dalam acara tersebut Ketua STAIN Prof. Dr. H. Imran Abdullah, M.Ag, Direktur Pascasarjana STAIN Prof. Dr. H. Adang Jumhur, M.A dan guru besar lainnya.

Menurut Martin, fenomena adanya Islam garis keras banyak terjadi di daerah-daerah perkotaan yang banyak intelektual muda Islam. “Basisnya banyak di kampus-kampus besar seperti di Jakarta, Bandung, Solo, Yogyakarta dan lainnya. Sedangkan Cirebon sendiri belum ada kampus besar, jadi gerakan Islam model ini masih belum ada,” ungkapnya.

Ditambahkannya, Islam Cirebon cenderung pada Islam sinkritisme (percampuran, red). Karena Islam di daerah pantura lebih banyak dipengaruhi oleh para habib dan kiai. “Tapi ketika kiai berpolitik, bukan kiai yang mewarnai politik tetapi malah politik yang mempengaruhi kiai,” katanya. (*)

Maret 29, 2009

PENTAS MUSIK MERIAHKAN MAULUD NABI




Tampil beda. Inilah yang dilakukan warga RW 1 Kp Kemakmuran Pronggol Kota Cirebon dalam memperingati perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw tahun ini. Mengapa? Biasanya acara Maulid Nabi hanya dimeriahkan dengan acara pengajian massal, namun warga Kemakmuran menampilkan pentas seni, Sabtu (28/3) malam.

Acara yang bertempat di halaman Masjid Al Makmur Pronggol itu menampilan berbagai musik populer seperti ST12, Ungu, Opic dan penyanyi dengan lagu nuasa Islam lainnya. Selain pentas musik, peringatan Mualid Nabi juga dimeriahkan dengan acara anak-anak dari TPA dan TK setempat. Acara ditutup dengan pengajian oleh KH Faris Fuad Hasyim dari Buntet Pesantren Astajajapura Cirebon.

Sahrudin, M.Pd.I mengatakan, pihaknya merasa puas dengan pelaksanaan peringatan Maulid Nabi tahun ini di daerahnya. “Saya juga bangga dengan anak-anak muda disini, yang tampil memukau dalam memainkan lagu-lagu bernafaskan Islam,” tuturnya dalam sambutannya di depan ratusan warga yang hadir.

Hadir dalam acara tersebut dari pihak Kelurahan Pegambiran, MUI Kecamatan, pemuka agama, tokoh masyarakat, majelis taklim dan warga sekitarnya. Dalam kesempatan itu, diberikan juga santunan senilai Rp1 juta kepada anak yatim dari H. Suryo Sutrisno, tokoh masyarakat setempat. Menyusul rencana pemberangkatannya umroh ke tanah suci Mekkah. (*)