SELAMAT DATANG DI WEBLOG DENY ROCHMAN. MARI KITA BANGUN PERADABAN INI DENGAN CINTA DAMAI UNTUK MASA DEPAN LEBIH BAIK

Januari 02, 2021

DESA YANG BATAL JADI KERATON

Tak sedikit orang bertanya, mengapa namanya Desa Keraton. Padahal di sana tak dijumpai bangunan Keraton. Ternyata desa ini menyimpan catatan panjang terkait Keraton Cirebon. Komunitas Asal Gowes melakukan penelusuran, Sabtu (4/12) kemarin.

Catatan :
DENY ROCHMAN
Penikmat Asal Gowes Radar Cirebon

Namanya Desa Keraton. Masuk Kecamatan Suranenggala, dulu bernama Kecamatan Kapetakan. Tak sulit menuju desa di Kab Cirebon ini. Letaknya strategis, berada di ruas jalan nasional. Daerah perbatasan dengan Indramayu. Sekitar 13 km dari pusat Kota Cirebon. Kantor desanya terletak di sisi jalan, samping menara PDAM Kec. Suranenggala. 
Desa ini konon tempat yang semula akan dibangun keraton Cirebon. Namun karena tak mencapai target akhirnya dipindahkan ke Kota Cirebon. Di tempat ini banyak ditemui makam keramat dan benda-benda bersejarah. Beberapa bagian balai desanya terlihat ada peninggalan benda kuno. Kuwu (kepala desa) setempat menjelaskan kepada rombongan Asal Gowes Radar Cirebon.
Tim Asal Gowes bergerak dari kantor Radar Cirebon pagi pukul 07.00. Personilnya sedikit berkurang, tak lebih dari 14 orang. Sejumlah crew dikabarkan ijin dengan beragam kegiatan keluarga. Maklum gowes Sabtuan pekan ini bersamaan hari libur bersama nasional tahun baru. Namun gowes kali ini kedatangan Mr Pasundan Bung Fauzi. Bos koran Pasundan Subang dan sekitarnya. Gayanya tak berubah seperti saat jadi jurnalis Radar Cirebon.
Sekitar 40 km jarak yang ditempuh pulang pergi. Itu pun dengan rute berbeda antara berangkat dan pulang. Saat berangkat tim Asal Gowes melewati jalan By Pass kawasan batik Trusmi Plered. Kemudian transit sejenak di warung desa di Desa Cangkring. Dilanjutkan menuju desa lokasi, melintasi Desa Sambeng dan Desa Celangcang. Sementara pulangnya dari Desa Keraton langsung  mengaspal jalan nasional Indramayu - Cirebon melewati Desa Kalisapu Klayan.
Setiba di Desa Keraton rombongan disambut langsung oleh Kuwu setempat bersama perangkat desa dan tokoh masyarakat. Muali adalah kuwu kelima sejak Desa Keraton dimekarkan dari Desa Surakarta pada 17 Juli 1982. Atau kuwu kesembilan belas sejak Desa Kraton berdiri pada 1918. Per 23 Desember 2020, H. Muali terpilih menjadi ketua Forum Komunikasi Kuwu Cirebon (FKKC) Kabupaten Cirebon dalam musyawarah besar di Hotel Radiant Beber.
Rombongan diajak keliling desa setempat. Melihat lebih dekat potensi desa yang juga menjadi sumber lain pendapatan desa. Selain dari tanah titisara, dan bantuan dana desa dari pemerintah, Desa Keraton juga mengembangkan makanan olahan home industri, seperti kerupuk kulit ikan dan siwang. Sayang, saya tidak sempat ikut touring Desa Keraton. Ban sepeda bunglonku mendadak bocor. Beruntung depan balai desa ada bengkel sepeda. Masalah jadi beressss.
Kuwu desa, keliling kampung dibonceng oleh giweser tulen. Pria akrab dikenal Tatang Bedulan itu adalah pecinta berat sepeda federal. Urusan gowes hobinya dilakoni sejak kecil. Pernah meriah prestasi olahraga sepeda untuk kelas downhill. Downhill adalah salah satu cabang olah raga MTB (Mountain Bike) alias sepeda gunung di alam bebas. Dengan medan terjal, berbatuan, berlumpur, tanjakan dan turunan. 
Sejak 2016, hobi ketua federal Kab. Cirebon ini makin menggila. Dengan sepeda federal touringnya ia menjelajah ke sejumlah kota, seperti Jakarta, Bandung, Sumedang dan lainnya. Kalau wilayah III Cirebon sudan makanan harian dia. Saat berjumpa dengan alumni SMAN 3 Cirebon ini di Balai Desa Keraton tim Asal Gowes banyak berbincang. Sharing tentang ilmu dan pengalaman bersepeda.
Di sela waktu rehat, tim gowes diajak kuwu ke ruang kerjanya. Ia menjelaskan secara singkat sejarah desanya. Muali duduk dikursi ukiran kuno. Di ruang kerjanya tedapat sejumlah benda sejarah. Usai kilas pandang sejarah dan perkembangan desanya rombongan dijamu hidangan dengan menu khas. (*)

DIIKAT OLEH HOBI YANG SAMA

Namanya Nanang Wahyudin. Sahabat lama masa kuliah S1 Fisip Unsoed Purwokerto jurusan sosiologi. Pada musim liburan sekolah  tahun ini saya dan keluarga berkesempatan silaturahim di kediamannya di kawasan Pondok Pesantren Kebarongan Kec. Kemranjen Kab. Banyumas, 28 Juni 2019 di hari Jumat.

Selepas kuliah, kami berdua lama tak jumpa. Terakhir sekitar tahun 2016, saat bapak ibunya masih lengkap. Kini ibundanya sudah berpulang, kabar yang mengejutkan saya terima saat lebaran 2019 ini. Innalillahi wainnailahi rojiuun... Semoga beliau husnul khotimah. Tercatat sebagai penduduk surga Mu ya Allah.

Semasa kuliah saya mengenal keluarga Nanang sangat baik, ramah dan berkesan. Perkenalan keluarga yang bermukim di komplek pondok pesantren Kebarongan ini melalui anaknya. Saya dan Nanang sama-sama satu kuliah di jurusan sosiologi. Sebuah jurusan yang sudah saya kenal sejak SMA sebagau siswa rumpun IPS.

Namun perkenalan kami berdua di semester kedua atau ketiga saya lupa. Yang jelas awal semester, kami belum berjumpa karena beda kelas. Saya di kelas sosiologi A dan Nanang di sosiologi B. Baru di semester berikutnya sering kuliah bersama satu ruangan. 

Kegiatan bersama membuat kami makin dekat. Kami bersama aktif di kegiatan keislaman (Rohis) kampus. Namanya Unit Kerohanian Islam (UKI). Sejenis kegiatan ekskul jika di tingkat sekolah. Unit ini berada di bawah Senat Mahasiswa fakultas. Saat itu ketua UKI adalah Tata Tambi, mahasiswa asal Kuningan kalau ga keliru. Sementara ketua Senatnya Agus Wahyudi alias "Gus Dur". Keduanya kawan satu kelas saya. 

Selain UKI, Nanang dan saya juga aktif di kegiatan mahasiswa ekstra kampus. Namanya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) di tingkat universitas atau disebut komisariat Soedirman. Saat itu ketua komsoed adalah Haris Triyanto. Lagi, ini kawan satu kelas kuliah. Melalui komisariat ini membuat saya terpilih menjadi ketua umum Pimpinan Cabang IMM Kab. Banyumas, tingkat daerah.

Kebersamaan ini berangkat aktifitas kajian keislaman kos-kosan pada awal semester pertama. Para pegiat halaqoh ini kemudian menyemarakan kegiatan UKI di kampus Fisipol. Dalam waktu yang berbeda, hobi saya dan Nanang sama. Gemar dunia fotografi. Bedanya, Nanang lebih maju dan profesional. Orang tuanya pembisnis foto. Punya studio di Pasar Pamijahan, sekitar 2 km dari rumahnya. 

Sementara saya baru belajar mengenal fotografi. Bersama dalam acara pelatihan fotografi yang diadakan oleh Eco Lens unit kegiatan mahasiswa FE. Maklum saya cuma modal nekat, kamera pun ga punya. Jangankan SLR, kamera pocet pun ga ada. Namun selepas acara fotografi, saya beberapa kali berkunjung ke studionya. Malah pernah ikut bareng membantu pemotretan acara resepsi pernikahan. Disinilah saya banyak mengenal dunia fotografi, selain profesi jurnalis mempekuat talenta saya pasca kuliah.

Dipenghujung studi, kami berdua dipisahkan oleh waktu. Sy lulus lebih awal, walau di tahun yang sama dengan Nanang. Sejak itu komunikasi kita tersendat bahkan terputus. Sempat tersambung, seiring dengan boomingnya teknologi ponsel generasi awal. Setelah lose contact lagi, kami liburan sekolah tahun ini dipertemukan lagi oleh Allah Swt. Pertemuan yang berbeda. Saya dan Nanang sama-sama sudah berkeluarga. Sukses, panjang umur, tambah rejeki dan sehat selalu yaaaah. Aamiin...

Cirebon, 07.07.19 I 13:26

Desember 31, 2020

INILAH CARA WARGA KOTA CIREBON MERAYAKAN PERGANTIAN TAHUN DI MASA PANDEMI

Pergantian tahun ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Masa pandemi covid-19 semua aktifitas manusia dibatasi. Beragam kebijakan pemerintah ditetapkan. Namun apa yang terjadi malam pergantian tahun di Kota Cirebon?

Laporan:
DENY ROCHMAN
Pegiat Literasi Kota Cirebon

Tepat pukul 00.00 dalam hitungan detik hari Kamis berganti hari Jumat. Tanggal 31 Desember 2020 bergeser tanggal 1 Januari 2021. Jarum jam menunjukkan pukul 00.01. Suara kembang api menggelegar silih berganti menerangi malam Jumat. Suara itu bersahutan. Bahkan kencangnya memekakan telinga. Silih berganti datang dari berbagai penjuru di Kota Cirebon. 
Animo masyarakat untuk merayakan pergantian tahun masehi tetap tidak terbendung. Sekalipun ada pembatasan jam aktifitas usaha dan masyarakat. Walaupun pelarangan penjualan trompet. Meskipun imbauan tidak ada kerumunan dan perayaan pergantian tahun. Namun toh malam Jumat menjelang pergantian tahun banyak warga yang tumpah dijalanan. 
Hujan yang mengguyur Kota Cirebon pada sore hari membuat kondisi jalan basah, becek namun suasananya adem. Selepas waktu isya, warga sudah memadati jalanan kota. Terlebih tak sedikit warung-warung makanan dan minuman masih buka. Ini yang membuat geram Walikota Cirebon Nashrudin Azis saat melakukan monev di sejumlah titik pusat keramaian. Tak mengindahkan surat edaran walikota pembatasan sampai jam 8 malam.
Pukul 23.00, saya menyempatkan untuk keliling kota sendirian. Sambil gowes sejumlah ruas jalan kota sudah sepi dari keramaian. Hanya sesekali satu dua motor melintas jalan kota. Beberapa pasangan muda mudi tampak bergegas mengendarai motornya tanpa helm dan masker. Saat melintas jalan Pulasaren, tampak komunitas gowes istirahat di seberang Keraton Kacirebonan. 
Mulai sepinya jalanan tak lepas dari upaya aparat memecah kerumunan massa. Aparat gabungan TNI Polri dan Pol PP serta Dishub berjaga dan patroli di sejumlah titik. Khususnya memblokade jalan akses masuk ke pusat kota, seperti alun-alun Kejaksan dan jalan Kartini Jalan Siliwangi. Di sekitar alun-alun Kasepuhan pun terlihat banyak mobil patroli Polisi dan Pol PP berhenti. Aparat setingkat kecamatan dan kelurahan pun disiagakan ikut membantu. 
Sementara suasana alun-alun Kasepuhan maupun sekitar alun-alun Kejaksan tampak lengang. Tak ada kegiatan khusus perayaan. Ini kebijakan pemerintah yang melarang. Sebagai upaya memutus mata rantai penyebaran virus corona di Kota Cirebon. Hingga pergantian tahun jumlah korban covid masih belum landai.
Sepeda saya kayuh melintasi kawasan Kasepuhan. Melintasi jalan Pulasaren Lawanggada dan berhenti di depan Stasiun Prujakan. Sepanjang jalan itu lalu lintas relatif lengang. Saat melintasi jalan Tentara Pelajar dan Sukalila tampak sejumlah pengendara motor dan mobil melintas. Pengendara motor tampak mencari-cari jalan alternatif untuk bisa masuk ke pusat kota. 
Patroli aparat membantu menghalau warga yang memaksa menerobos blokade. Termasuk razia masker dan rapid test di pos pemeriksaan membantu kesadaran warga untuk tidak keluar malam saat malam pergantian tahun. 
Dari jalan Sukalila saya melintasi jalan  Karanggetas, Jalan Bahagia hingga tembus gedung BAT. Gedung tua bekas pabrik rokok itu sepi kerumunan. Terlihat mobil patroli siaga di tempat. Perjalanan gowes dilanjut menelusuri jalan Pasuketan Pekiringan berbelok ke Jalan Petratean. Semua ruas jalan sepi pengendara. Hanya sejumlah tempat terlihat warga berkumpul dalam jumlah terbatas. Ada beberapa tukang becak yang tengah menikmati waktu istirahat malamnya. 
Dijumpai juga warga yang merayakan kecil-kecilan pergantian tahun. Di tepi jalan Drajat, sejumlah warga lintas usia duduk lesehan di trotoar dan teras toko. Mereka asik makan bersama menyantap menu khusus malam pergantian tahun. Di pojok ruas jalan lain, sejumlah pemuda pemudi tampak ceria bercanda sambil bakar jagung. Melintasi jalan Kalijaga di kampung Kejawanan terlihat warga menikmati tabuhan musik dangdut ala obrog-obrog. 
Kegiatan bakar-bakaran seperti jagung, seafood, ikan, daging dan menu lainnya banyak dijumpai disudut-sudut kampung, di rumah-rumah. Sejak pagi di pasar, di sejumlah tempat di jalan terlihat pedagang jagung mentah dadakan. Pasar ikan dan daging pun diserbu warga. Termasuk pejual arang dan tusuk daging. Mall-mall pun sejak beberapa sebelumnya dipadati warga menyiapkan menu pergantian tahun.
Tampaknya kegiatan itu menjadi tradisi yang makin kuat setiap malam pergantian tahun dari tahun ke tahun. Pelarangan perayaan tidak membuat warga putus ide untuk tetap menjadi saksi sejarah pergantian tahun. Malam pergantian tahun masehi, kendati selalu diwarnai kontroversi namun toh tetap semarak dengan segala pernah perniknya. Tradisi ini kini sudah menjadi budaya pop. Yang dinikmati oleh siapa saja lintas suku, agama, ras dan golongan. (*)

AKHIR TAHUN GOWES KE GUNUNG

Sehari sebelum pergantian tahun, pasukan khusus Asal Gowes Radar Cirebon membuat kejutan. Enam personil menjelajah dengan sepedanya menuju Gunung Ciremai, Kamis (31/12) pagi. Bagaimana kisahnya?

Catatan :
DENY ROCHMAN
Penikmat Asal Gowes Radar Cirebon

Kemana rute gowes pekan ini? Pertanyaan itu kerap membuka obrolan di group Whatsapp Gowes Kuliner Radar Cirebon. Kendati hari Sabtu masih cukup lama. Hari gowes rutin pada jurnalis anak asuhan CEO Yanto S Utomo. Walau masih lama, tangan, kaki, dan pantat mereka terasa gatal. Tak sabar dan tak cukup gowes seminggu sekali. Jika ada waktu senggang mereka langsung josss. Jika tak beregu, jalan deweke kan ge teteg.
Seperti adrenaline lima awak Awas Gowes Radar Cirebon ini. Mereka adalah Bang (Abdul) Malik, Direktur Radar Tevelisi. Lalu, ada Imam Buchori, Pemred RCTV, personil lainnya Azis dan Yudi. Personil tamu ada dua yaitu Apendi, komisioner KPU Kab. Cirebon. Dan terakhir, Deni, Pak Korwil Pekalipan yang sering disapa di group gowes ini dengan sebutan pa guru atau pa kadis. 
"Enam pasus" ini adalah yang bisa hadir gowes jelang tahun baru 2021. List nama yang beredar di group WA sekitar 10 orang. Gowes liburan ini paket ekstra, diluar gowes wajib Sabtuan yang sudah berjalan dua bulan. Karena bersifat suplemen, maka tak banyak hadir seperti agenda rutin tiap akhir pekan. Kemana tujuannya, ditetapkan diinjury time sebelum berangkat.
Disepakati sasarannya adalah kaki Gunung Ciremai. Pagi itu gunung tertinggi di Jawa Barat tampak gagah. Seluruh permukaannya terlihat jelas dari jarak 60 Km. Belum ada awan yang mengganggu penampakan gunung yang masih aktif ini. Untuk menggowes ke arah sana, tim berkumpul di perempatan Talun (depan kantor air minum Mountoya). Setelah jam 7, hanya enam personil yang siap gowes. 
Sepanjang perjalanan banyak dijumpai para goweser lain. Baik secara perorangan, keluarga maupun komunitas. Mereka juga melintasi medan yang cukup menguji kekuatan lututnya. Tak kuat dengan tanjakan tinggi, mereka memilih menghemat tenaga. Begitu juga ketika turunan curam di depan mata, jika tak cukup yakin dengan kekuatan rem, lebih baik turun dengan menuntun sepeda. Kesehatan dan keselamatan itu yang utama. Jare pesan sponsor pemerintah di masa pandemi ini.
Jalanan beraspal yang mulai berlumbang mulai dilalui tim. Akses masuk melalui jalan Desa Cirebon Girang. Perjalanan terus memanjat beberapa kali hingga ke Embung Sarwadadi. Perairan sejenis danau ini menjadi impian para goweser untuk transit. Suasana yang khas pedesaan dengan air tenang bisa untuk para hobi mancing. Sayangnya kawan KPU kita harus berpisah di tengah jalan karena ban sepedanya bocor. Pessss...
Di tempat ini tim melepas lelah setelah melintasi tanjakan dan turunan jalan beraspal dan sebagian berlubang. Istirahat di embung ini membuat tim begitu menikmati hidup dengan damai. Lupa akan pekerjaan, hutang piutang bahkan kalau mereka punya anak isteri. Hehehe. Kenikmatan itu terasa sambil menyeruput minuman teh hangat manis, indomie telor dan gorengan. Aaah.... "Nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan," jare ustadz Iman Sudarman mengutip ayat Al Qur'an. 
Menikmati menu khas warung Embung Sarwadadi sambil berdiskusi masalah negara. Membuat melupakan tim gowes dari tujuan awal. Tujuan gowes ke kaki Gunung Ciremai. Baru mendekati jari kelingking kaki Gunung Ciremai, tim bergerak balik ke Kota Cirebon. Mendadak ingatannya kembali jika mereka ada agenda kegiatan lain. Ada yang mau nganter anaknya sunat. Ada yang mau beneri genteng bocor, ban sepeda bocor sampai mau kondangan ke koleganya. (*)

Desember 29, 2020

PARA GOWESER MENEMBUS ANGIN, MEMBELAH SAWAH

Ini rute terpanjang. Selain para bikers menembus angin, mereka juga membelah sawah. Di bawah terik matahari di ruas jalan nasional Kota Cirebon - Indramayu. Kendati lelah, mereka tetap semangat membawa misi silaturahim dan menyebar kebaikan.

Catatan ;
DENY ROCHMAN
Penikmat Asal Gowes Radar Cirebon

Para goweser Radar Cirebon tetap semangat menjalani agenda rutin Sabtuan. Menjelajah ke lokasi tujuan, mengekspor dan mempromisi poatensi desa. Saya juga tak mau melewatkan keceriaan Asal Gowes para jurnalis tulen ini. Sampai-sampai memilih pulang cepat dari luar kota, sekalipun libur akhir pekan hingga Ahad. Ke Purwokerto, berangkat Rabu sore pulang Jumat malam.
Sabtu 26 Desember 2020. Pukul 06.00 saya mulai gowes menyisir jalan Yos Sudarso Pelabuhan hingga ke Krucuk Kota Cirebon. Sengaja tak berkumpul di Grha Pena Radar Cirebon Jalan Perjuangan Sunyaragi. Soalnya rute Cirebon ke Kedokan Agung Kab. Indramayu melintasi jalan Krucuk. Sambil menanti rombongan lewat, saya gowes sepeda hingga bertemu tim lain di jalan Kalisapu Gunungjati.
Tak ada hambatan berarti melintasi jalan nasional Kab. Cirebon. Jalanan mulus beraspal hotmix. Hanya saja tetap hati-hati karena lalu lintasnya ramai lancar. Tetap hati-hati karena bikers harus menjaga kecepatan sepedanya. Jika tidak akan tertinggal dengan rombongan yang berlari wus wus wus.... 
Memasuki daerah perbatasan Kab. Cirebon - Indramayu ruas jalan mulai toang. Kanan kiri jalan terlihat bentangan sawah yang mulai masa tandur di musim penghujan ini. Hembusan angin menerpa para pegowes yang terus fokus mengayuh ke tempat sasaran. Memasuki wilayah Indramayu, dekat jembatan Kedaton tim Asal Gowes Radar disambut Komunitas Gowes Kekar. Kekar singkatan dari Kedokan Karangampel. Pasukan hijau-hijau ini terdapat personil emak-emak. Termasuk ada ibu kuwu. Luar biasa.
Setelah menggowes beberapa kilo dari perbatasan, rombongan singgah sejenak di kampus hijau Daarul Maarif Kaplongan. Sebuah kawasan terpadu lembaga pendidikan dibawah yayasan milik H. Dedi Wahidi (Dewa). Pak Dewa adalah mantan Wakil Bupati masa kepala daerah H. Yance (Irianto MS Syafiuddin), pernah menjadi anggota DPRD Kab. Indramayu dan anggota DPR RI dari PKB. 
Di gerbang kampus Pak Dewa dan tim sudah menyambut rombongan Asal Gowes Radar. Secara bersamaan sambil teriak yel-yel hidup Radar, hidup Pak Dewa, mereka keliling kampus. Di atas lahan 25 hektar di Kec Karangampel ini dibangun sejumlah sekolah, kampus dan pondok pesantren NU. Suasananya asri. Tak hanya hijau cat gedungnya tetapi hijau lingkungannya. Akses jalan yang rapih menjadi trek yang nyaman untuk joging atau gowes. 
Di tengah komplek terdapar danau buatan. Menambah kesejukan suasana kampus. Danau sebagai sumber kehidupan ikan-ikan dan sunber air kebutuhan MCK para santri usai melalui proses penyulingan. Sumber air utama danau ini adalah tadah hujan, selain dari irigasi yang bermuara dari Waduk Jati Gede.
Selama di pontren, tim Radar banyak berbincang dengan mantan wabup itu. Mulai masalah pendidikan hingga isu politik lokal dan nasional. Puas dengan hidangan rebusan kacang, jagung dan pisang goreng, rombongan melanjutkan perjalanan. Tujuan akhir adalah Desa Kedongan Agung Kec. Kedokan Bunder Kab. Indramayu.  Sekitar 10 km dari Kampus Hijau Kaplongan. Menelusuri jalan desa dan pesawahan. 
Di desa tujuan, rombongan diterima kuwu desa setempat Jumhana Budi Raharjo S.Sos. Diterima di tempat khusus, bukan di kantor balai desa. Tempat ini disebut sebagai agroeduwisata. Yah tempatnya di tengah pesawahan yang disulap jadi tempat wisata bernuansa pendidikan. Ada kolam renang, tempat bermain anak, kolam terapi ikan, kantin dan taman. Menurut kuwu, agroeduwisata  Bermuda ini menjadi potensi andalan yang dikelola BUMDes dalam mendongkrak pendapatan desa. (*)