SELAMAT DATANG DI WEBLOG DENY ROCHMAN. MARI KITA BANGUN PERADABAN INI DENGAN CINTA DAMAI UNTUK MASA DEPAN LEBIH BAIK

November 17, 2021

Dicari, Guru Inspiratif

Jumat (12/11) pekan lalu sekitar 100 guru Kota Cirebon berbondong-bondong ke SMP Negeri 6 Kota Cirebon. Mereka penasaran dengan kegiatan workshop sehari digelar oleh komunitas Gelemaca. Pengumuman workshop beredar di media sosial hanya dalam 1x24 jam kuota peserta melebihi target yang semula hanya 50 orang. Selama workshop, peserta terlihat begitu menikmati jalannya kegiatan dari jam 8 pagi hingga jam 4.30 sore.

Hadir sebagai nara sumber adalah tim organisasi penggerak Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM). Mereka bertiga datang dari Yogyakarta dan menginap hanya di rumah salah satu pegiat Gelemaca. Ketiganya adalah guru-guru SD hebat yaitu Witanta Kurniawan, S.Pd, Suharyadi, S.Pd dan Krisna Aji Widodo, S.Pd. Sementara pembicara utama adalah Muhammad Nur Rizal, Ph.D. Sang motivator, inspirator dan founder GSM lulusan doktor Australia.

Di awal workshop, setelah dibuka resmi oleh ketua Gelemaca Lilik Agus Darmawan, peserta terhubung saluran online dengan pendiri GSM. Pria yang mengaku mantan sampah sekolah ini banyak bercerita tentang kisah-kisah inspiratif. Termasuk pengalaman pribadinya masa sekolah SD. Masa titik balik kehidupannya sehingga membuat dirinya berhasil mulai sekolah dasar menengah favorit di Yogyakarta hingga kuliah S1 UGM hingga studi hingga keluar negeri. 

"Tidak mungkin saya seperti ini tanpa jasanya guru SD saya ibu Juheriyah. Di saat banyak orang menganggap saya sampah sekolah, preman sekolah karena suka berkelahi membela teman-teman yang tertindas. Saat itu Bu Juhariyah hadir dengan penuh kasih sayang menolong, mendidik dan mengajar saya. Membuat kehidupan saya berubah," kenang Rizal melalui sambungan zoom meeting dari Bali.

Menurut Rizal, pengalaman spiritualnya masa kecil ingin berkontribusi terhadap pendidikan negeri. Ia berharap tak ada lagi guru-guru mendidik dan mengajar siswanya dengan cara dan perlakuan yang salah. Rizal menegaskan, dengan mengutip pendapat Albert Enstein, sesungguhnya tak ada anak yang bodoh. Semua anak memiliki keccerdasannya masing-masing. Setiap anak memiliki talenta dan bakat yang berbeda. Sama halnya kemampuan yang berbeda dimiliki ikan dan kera.

"Jika ikan disuruh naik pohon, maka akan selamanya ikan akan menjadi makhluk bodoh. Karena selama itu ikan tak akan pernah bisa naik pohon. Anak-anak kita pun demikian. Mereka punya talenta yang berbeda. Maka kembangkan kecerdasan mereka sesuai talentanya masing-masing. Inilah yang dibutuhkan dunia pendidikan saat ini. Guru-guru hebat, yang mampu memotivasi dan menginspirasi," tandas pria berkulit putih dengan penuh semangat.

Pada sesi lain, tim GSM berbagi ilmu dan pengalamannya dalam menciptakan sekolah dan pembelajaran yang menyenangkan. Dalam workshop sekolah dan guru penggerak itu peserta diajak goyang seru-seruan bersama fasilitator. Pihak GSM juga memberikan materi seputar kecerdasan emosional dalam pembelajaran. Secara berkelompok guru-guru diminta membuat karya kreatif inovatif. 

Acara hasil kerjasama PGRI Kota Cirebon ini ditutup dengan paparan guru penggerak angkatan pertama Kemendikbud Ristek Dewi Aisyah, M.Pd asal guru Kab. Cirebon. Sementara pendaftaran guru penggerak Kota Cirebon baru akan dibuka di tahun depan. Dalam penjelasannya guru berprestasi ini berbagi tips dan trik mengikuti tes seleksi guru penggerak tingkat nasional. "Harus sabar, semangat dan disiplin dalam menjalaninya. Jika sudah lolos tes, harus mengikuti pendidikan selama 9 bulan," tuturnya di depan peserta yang mulai kelelahan. (*) 

November 16, 2021

GOWES ANTARA IMUN DAN IMAN

Oleh:
Deny Rochman

Pada Sabtu 20 November 2021, keluarga besar PGRI Kota Cirebon akan menggelar even besar. Mengadakan Gowes Sehati, Menjaga Imun Memupuk Empati. Kegiatan olahraga mengayuh sepeda ini akan diikuti anggota organisasi guru terbesar di Kota Cirebon. 

Mengambil start dari Dinas Pendidikan dan berakhir di SMP Negeri 9 Kota Cirebon. Perjalanan kurang lebih 15 Km tersebut akan membutuhkan waktu sekitar 1-2 jam hingga ke lokasi finish. Perkiraan waktu dengan variasi usia peserta dan kondisi medan blusukan ke pedesaan.

Suasana masih masa transisi pandemi covid-19 memaksa panitia mewajibkan seluruh peserta gowes taat protokol kesehatan. Jumlah pesertanya pun dicoba untuk dibatasi. Kendati animo anggota begitu besar. Selain mereka banyak hobi olahraga, juga karena sudah hampir dua tahun keluarga besar PGRI rehat sejenak karena corona. 

Ada kerinduan kebersamaan yang tertahan selama ini. Kerinduan itu bakal memuncak saat Gowes Sehati yang akan dimeriahkan dengan bakti sosial, pembagian hadiah dan hiburan sambil menikmati kuliner tradisional.

Spirit yang dibangun dalam gowes kali ini adalah menjaga imun dan memupuk iman. Pemilihan tema gowes ini bukan tanpa dasar, apalagi jika terkesan "bid'ah" dan lebay. Gowes  masa pandemi bagian dari upaya PGRI mengajak anggotanya untuk selalu tetap membiasakan berolahraga agar hidup bersih dan sehat. 

Pola hidup bersih dan sehat ikhtiar agar daya tahan tubuh (imunitas) tetap terawat, terjaga. Satu kebutuhan hidup yang tak bisa tergadaikan dengan apapun, apalagi di masa pandemi. Jika abai, lalai akan prokes, akan kesehatan diri, taruhannya nyawa. Dead !

Data dan fakta berbicara. Selama masa covid-19 mendera, pengurus PGRI Kota Cirebon mencatat kasus kematian anggotanya. Sekitar puluhan dari para pendidik dan tenaga pendidikan kota ini menjadi syuhada melawan penjajahan corona. 

Alhamdulillah hingga PPKM level 1 kota ini semua perlahan kembali membaik. Kegiatan pembelajaran di sekolah pun mulai dilakukan kendati masih terbatas. Walau semua insan pendidikan tak boleh lengah memasuki era new normal. Karena corona sudah bermutasi wujud menjalani kehidupan endemik.

Tak hanya imun, pada masa pandemi memupul iman tetap sama pentingnya. Imun dan iman berjalan seiringa saling menguatkan dalam bertahan dan melawan corona. Tanpa iman rasanya imunitas kita tetap akan rontok. Covid itu seperti makhluk ghaib, tidak kasat mata. Maka, kita pun wajib berlindung kepada yang maha ghaib, Gusti Allah Swt. 

Tak cukup sholat, mengaji tetapi agama memerintahkan hamba-Nya untuk berzakat, berinfaq dan bersedekah. Berbagi dengan sesama. Ada doa keselamatan dan keberkahan yang terselip pada ucapan dan hati penerima. 

Gowes  Sehati, selain menguji daya tahan imun dengan mengayuh 15 km perjalanan. Gowes Sehati juga akan berbagi, menyantuni, memberikan bantuan kepada sekolah, kepada anak didik yang kurang mampu. Sejak makhluk corona menjajah kehidupan manusia, ketahanan ekonomi masyarakat goyah. 

Tak sedikit dari mereka bertekuk lutut. Bangkrut. PHK. Menjadi orang miskin baru. Dalam situasi ini, PGRI mencoba hadir walau dalam keterbatasan ingin berbagi. Dari oleh dan untuk anggota dan keluarga besarnya.

Spirit kebersamaan anggota tetap menjadi modal dan kekuatan besar organisasi yang menginjak usianya 76 tahun. Setiap kegiatan sumber utama kapital adalah dana gotong royong. Dana partisipasi itu dari anggota yang tersebar di sekolah-sekolah lima kecamatan: Harjamukti, Kesambi, Kejaksan, Lemahwungkuk dan Pekalipan, dibawah kewenangan Dinas Pendidikan Kota Cirebon. 

Diperkuat dari Cabang Khusus SMA, SMK dan SLB, dibawah otoritas Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat. Penggalangan dana tersebut mengerahkan kekuatan SDM di semua elemen PGRI. 

Memang tak sedikit dana dalam menguatkan organisasi profesi ini. Sekalipun semua dalam kondisi pemulihan pasca PSBB. Namun kesadaran akan pentingnya kebersamaan dalam barisan, membuat seluruh anggota bergerak bergotong royong. Dalam even Hari Guru Nasional dan HUT PGRI tahun ini misanya, beragam lomba dan pertandingan. 

Tak melulu cabang olahraga, tetapi olah pikir, dan olah rasa juga digelar. Cabang olahraga seperti futsal, voli, catur, bulutangkis. Olah rasa antara lain lomba penulisan karya ilmiah dan video pembelajaran. Sementara olah rasa yaitu lomba menyanyi vokal solo dan paduan suara. 

Acara puncak peringatan HGN dan PGRI pada 25 November 2021 akan digelar ajang Anugerah Apresiasi Insan Pendidikan. Selamat Hari Guru Nasional, Hari Ulang Tahun PGRI ke-76. Bangkit Guruku, Maju Negeriku, Indonesia Bangkit, Indonesia Tumbuh. (*)

*) Penulis adalah Pengurus PGRI Kota Cirebon

SATUKAN IRAMA, GERAKAN PERUBAHAN

Guru-guru Indonesia itu hebat. Termasuk kamu. Yah kamu. Guru-guru penggerak Kota Cirebon. Kalian dan kita semua hebat. Dalam sehari, gedung pertemuan itu terus bergoyang. Mengikuti irama dan semangat guru-guru kota udang ini untuk perubahan. 

Perubahan kembali pembelajaran normal. Perubahan dalam cara mendidik dan mengajar. Perubahan dalam kemerdekaan dan kemandirian bersikap dan berfikir. Guru adalah manusia mandiri dan merdeka. Membentuk anak didik dengan hati mulia.

Guru-guru Kota Cirebon itu kreatif dan inovatif. Semua bergerak, ambil bagian. Materi demi materi selalu dinikmati. Lupa jika udara gedung mulai memanas. Lupa waktu jika acara melebihi batas jam. 

Jangan berhenti. Teruslah bergerak, kreatif dan inovatif menyenangkan. Masuklah ke dalam dunia anak didik kita. Bukan dunia orang-orang dewasa. Mari selalu bergandeng tangan, berkolaborasi sesama guru-guru hebat, kuat dan super. 

Mari kita selalu dalam satu barisan. Menciptakan ekosistem sekolah yang kondusif pembelajaran. Jangan hanya bergerak, berkreasi dan berinovasi di dalam gedung, saat diklat, workshop. Teruslah menebar inspirasi dan motivasi di sekolah, di dalam kelas, sesama guru dan di depan anak-anak.

Jadikan media group WA ini awal membentuk ekosistem pendidikan yang lebih baik. Pendidikan Kota Cirebon yang lebih bagus. Pendidikan Indonesia Maju. Merdeka Belajar. Merdeka guru dalam mencerdaskan anak bangsa. Yuk sukseskan gerakan Guru Penggerak Kota Cirebon tahun depan. 

Jangan berhenti hanya bergoyang di dalam gedung. Mari kita goyang pendidikan Kota Cirebon menuju perubahan progresif. Bismillah... (*)

MERDEKA BELAJAR NASIBMU KINI

Oleh:
Deny Rochman 

Merdeka Belajar menjadi kebijakan strategis pada bidang pendidikan. Kebijakan ini lahir pada era kepemimpinan Presiden Joko Widodo bersama KH Ma'ruf Amin. Kebijakan pada era Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim. Konsep Merdeka Belajar ini menjadi landasan grand desain lahirnya kebijakan-kebijakan berikutnya, seperti Kampus Merdeka, Kamus Mengajar, Asesmen Nasional, PPDB Zonasi dan lainnya. Targetnya menata dan meniti pendidikan berkualitas menuju Indonesia Maju, sejajar dengan negara-negara maju di dunia.

Sejak dilantik sebagai Mendikbud, ada sejumlah pekerjaan rumah bidang pendidikan yang harus dibenahi Nadiem. Presiden Jokowi dalam periode keduanya mengingatkan Nadiem terkait kondisi pemerataan akses pendidikan Indonesia, standardisasi kualitas pendidikan, kurikulum, dan harapan  penerapan teknologi dalam sistem pendidikan. Merdeka Belajar diharapkan menjadi jawaban dalam menyelesaikan PR pendidikan nasional.

Esensi Merdeka Belajar adalah dalam arti sekolah, guru-guru, dan muridnya, mempunyai kebebasan dalam berinovasi dan bertindak dalam proses belajar mengajar. Konsekuensinya, guru sangat dianjurkan untuk tidak bersikap monoton dan berorientasi pada guru saja. Guru harus menjadi manusia pembelajar (Long Life Education), yang terus berinovasi dan berkreatifitas. Demikian juga dalam konsep Kampus Merdeka. Kemudian lahir program Kampus Mengajar. Upaya mendorong pencapaian itu lahir  program Dosen Penggerak, Guru Penggerak, Sekolah Penggerak dan sebagainya. Sebagai bagian dari ekosistem pendidikan yang terintegrasi.

Dari beberapa PR dunia pendidikan, masalah guru menjadi persoalan krusial yang belum kunjung usai. Persoalan dari sisi kualitas guru yang belum semua sarjana, cerdas berkarakter. Maupun dari sisi kuantitas guru, terlebih jumlah guru PNS yang makin terbatas di banyak tempat. Artinya, berbicara kualitas SDM Indonesia ke depan, harus dimulai dari pendidikan berkualitas. Pendidikan berkualitas harus berangkat dari kompetensi guru yang profesional. Nah, dari masa ke masa, tantangan guru dihadapkan pada tantangan dan hambatan yang tidak kecil. Terlebih di era digital sekarang, ketika sumber belajar tak lagi hanya guru.

TANTANGAN JAMAN
Beragam formulasi kebijakan pendidikan era Jokowi jilid 2, esensinya untuk menjawab tantangan jaman. Pada satu sisi, bangsa ini akan mendapatkan bonus demografi Indonesia Emas 2045, namun pada sisi lain banyak tantangan yang harus dihadapi. Tantangan kualitas dan kuantitas pendidik masih jauh dari harapan. Eksesnya kepada kualitas peserta didik yang belum sejajar dengan negara maju lainnya. Apalagi jika melihat kemampuan sains, literasi dan numerasi siswa versi survai PISA
(The Programme for International Student Assessment).

Ada tuntutan dan tantangan yang harus dihadapi bangsa ini dalam pendidikan pada abad 21. Kemendikbud Ristek melihat pendidikan pada Abad 21 merupakan pendidikan yang mengintegrasikan antara kecakapan pengetahuan, keterampilan, dan sikap, serta penguasaan terhadap Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Karena kita sudah masuk era revolusi industri 4.0. Kecakapan yang dibutuhkan dalam dunia pendidikan era ini adalah keterampilan berpikir lebih tinggi (Higher Order Thinking Skills (HOTS)) yang sangat diperlukan dalam mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi tantangan global.

Kecakapan Abad 21 yang terintegrasi dalam Kecakapan Pengetahuan, Keterampilan dan sikap serta penguasaan TIK dapat dikembangkan melalui: (1) Kecakapan Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah (Critical Thinking and Problem Solving Skill; (2) Kecakapan Berkomunikasi (Communication Skills); (3) Kecakapan Kreatifitas dan Inovasi (Creativity and Innovation); dan (4) Kecakapan Kolaborasi (Collaboration). Keempat kecakapan tersebut telah dikemas dalam proses pembelajaran kurikulum 2013. Lahirnya Kurikulum 2013 memiliki tujuan untuk mengembangkan bakat, minat, dan potensi peserta didik agar berkarakter, kompeten dan literat. 

Upaya membekali diri dengan skill Abad 21 ternyata tak mudah. Perkembangan dunia teknologi internet, tak diimbagi dengan pendidikan karakter manusia sehingga teknologi membawa dampak buruk bagi kehidupan. Ironinya, guru-guru sebagai garda terdepan pendidikan belum mampu mengadopsi dan  beradaptasi terhadap perubahan jaman. Menjadi problem, guru produk Abad 20 harus mengajarkan siswa produk Abad 21. Guru kolonial harus mengajar generasi milenial. Kesenjangan budaya ini membuat teknologi menjadi monster bagi kehidupan. Lahir banyak masalah sosial di sekitar kita.

Belum selesai hambatan budaya yang menghadang, kini pendidikan nasional harus tersandera oleh covid-19. Selama hampir 2 tahun berbagai kebijakan dan program pendidikan terhenti atau berjalan lambat. Kegiatan belajar mengajar di sekolah dihentikan. Diganti dengan Belajar Dari Rumah (BDR) atau Pembelajaran Jarak Jauh. Pola pembelajaran yang kemudian melahirkan beragam masalah. Baik masalah akses internet,  ketiadaan gadget, minimnya skill teknologi hingga masalah sosial yang timbul akibat PJJ.

ELEMEN PENGGERAK
Sejak awal Presiden Jokowi melalui Mendikbud, berharap kegiatan pendidikan masyarakat tidak terhenti lantaran covid-19. Grand design Merdeka Belajar tetap terus berjalan agar target melahirkan elemen penggerak tetap tercapai. Elemen penggerak ini, seperti guru, kepala sekolah, dosen, rektor dan lainnya, bagian penting ekosistem pendidikan. Berangkat dari elemen penggerak ini masalah pendidikan di Indonesia akan bisa teratasi. Ketika masa pandemi, kurikulum adaptif pun dipersiapkan.

Kini pemerintah terus menyiapkan elemen-elemen penggerak. Tahap demi setahap seleksi dilakukan. Seleksi untuk kebijakan Merdeka Belajar. Konsep belajar kemandirian dan kemerdekaan yang terinspirasi dari falsafah pendidikan KH Dewantoro. Di era keterbukaan dan kebebasan ini anak tidak lagi belajar secara kaku dengan kurikulum yang ada. Untuk mencapai target tersebut, guru dan dosen dibekali keilmuan pendidikan yang terintegrasi dengan teknologi, leadership dan lainnya. Pola rekruitmen yang panjang dan bertahap. Tidak saja dibekali dari sisi kognitif, tetapi juga diasah kecerdasan emosional dan sosial calon Guru Penggerak.

Untuk program Guru Penggerak misalnya, Mendikbud Ristek Nadiem Anwar Makarim menjelaskan, program tersebut dirancang sebagai upaya untuk mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian melalui terciptanya Pelajar Pancasila yang beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis, kreatif, bergotong royong, dan berkebinekaan global.

Kebijakan Merdeka Belajar masih terus berjalan. Belum banyak memang dirasakan karena rekruitmennya bertahap. Namun ribuan guru penggerak dan sekolah penggerak akan akan dicapai, benar-benar akan membawa perubahan mendasar bagi dunia pendidikan Indonesia. Tidak saja dirasakan oleh sekolah-sekolah dan guru-guru negeri. Tetapi juga sekolah swasta dan guru honor ikut merasakan kemaslahatan Merdeka Belajar. Termasuk perasaan guru yang merdeka dari kebijakan kurang baik dari pimpinan. Mari kita kawal ! (*)

*) Penulis adalah pegiat literasi Gelemaca Kota Cirebon

Sumber: koran Radar Cirebon, Jumat 12 Nov 2021.