SELAMAT DATANG DI WEBLOG DENY ROCHMAN. MARI KITA BANGUN PERADABAN INI DENGAN CINTA DAMAI UNTUK MASA DEPAN LEBIH BAIK

April 14, 2016

CITRA POLISI DAN ANOMI SOSIAL


Oleh :
Deny Rochman


Kinerja institusi Kepolisian Republik Indonesia terus menjadi sorotan publik. Aparat penegak hukum ini dinilai belum profesional menjalankan tugas, pokok dan fungsinya kepada masyarakat. Sederetan kasus banyak bermunculan di berbagai daerah, yang menurunkan citra polisi di mata masyarakat. Diperburuk lagi mencuatnya kasus terduga teroris Siyono asal Klaten Jawa Tengah yang diduga tewas tak wajar ditangan pasukan anti terror Densus 88.  
Buruknya kinerja kepolisian di mata masyarakat menciptakan krisis kepercayaan secara massif. Sekalipun pada sisi lain masyarakat tidak punya pilihan lain dalam memenuhi kebutuhan rasa aman dan nyaman. Masyarakat sadar insititusi ini memiliki kewenangan tunggal dalam memelihara keamanan dan ketertiban, menegakkan hukum, memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.  

Pencitraan minus masyarakat terhadap polisi menjadi pekerjaan rumah Pemerintah dan petinggi Polri yang mendesak harus segera diselesaikan. Jika tidak imbasnya tidak saja merusak organ internal jajaran kepolisian, menciptakan ketidaknyamanan sosial bagi anggotanya yang hidup di tengah masyarakat. Ada sinisme yang muncul ketika melihat kehidupan aparat yang dianggap lebih daripada warga sekitarnya.

April 12, 2016

KONTROVERSI UJIAN NASIONAL DAN KUALITAS PENDIDIKAN

Oleh :
Deny Rochman 

  1. PENDAHULUAN
Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) kembali menggelar Ujian Nasional (UN) untuk SMP/MTs dan SMA/SMK sederajat. Bahkan sejak tahun 2008, siswa sekolah dasar pun mulai mengikuti ujian nasional (UASBN) dengan standar yang berbeda. Pelaksaaan UN sendiri menurut ketentuan bertujuan  untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. Sesuai dengan Permendiknas Nomor 75 Tahun 2009.
Dilapangan, pelaksanaan dan hasil Ujian Nasional (UN) ini menjadi bahan perbincangan menarik di tengah masyarakat. Pemerintah, sekolah dan orang tua siswa boleh bangga atas kenaikan tingkat kelulusan UN tahun ini meningkat signifikan dari tahun sebelumnya. Tetapi ”fenomena unik” dibalik hajat nasional itu tidak bisa membohongi mutu pendidikan negeri ini. 

ANALISIS KASUS SUPERVISI AKADEMIK DAN KASUS SUPERVISI MANAJERIAL

Oleh :
Deny Rochman
 
A.      Latar Belakang
Problem stagnasi bangsa Indonesia terhadap perubahan progesif dibandingkan dengan negara berkembang lainnya bermuara pada lemahnya kualitas sumber daya manusia bangsa ini. Dunia pendidikan merupakan dianggap pihak yang bertanggung jawab dalam persoalan ini sekaligus berperan penting dalam mengumpulkan kekuatan guna menumbuhkan manusia-manusia yang berkualitas dan bermoral. Kemudian dalam tujuan pendidikan nasional UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan : “...untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Harus diakui bahwa dalam meningkatkan mutu pendidikan bangsa ini tidak semudah memetik bunga di tanam karena  banyak aspek  di dalamnya. Salah satu aspek yang ikut mempengaruhi proses peningkatan mutu pendidikan adalah peran dan fungsi kepala sekolah dalam memimpin lembaganya di unit terkecil dalam “birokrasi” pendidikan.  Secara umum fungsi dan peran kepala sekolah adalah sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader dan inovator dan motivator (EMASLIM).

MEMAHAMI KONSEP MANUSIA DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT

Oleh :
Deny Rochman

  1. PENDAHULUAN
Berbicara tentang manusia maka yang tergambar dalam pikiran adalah berbagai macam pendapat. Ada yang mengatakan bahwa manusia adalah hewan rasional (animal rasional) dan pendapat ini dinyakini oleh para filosof. Yang lain menilai manusia sebagai animal simbolik karena suka mengkomunikasikan dan menafsirkan bahasa simbol-simbol. Ada juga yang menilai manusia sebagai homo feber, dimana manusia adalah hewan yang melakukan pekerjaan dan dapat gila terhadap kerja.
Manusia memang sebagai mahluk yang aneh dikarenakan disatu pihak ia merupakan “mahluk alami”, seperti binatang ia memerlukan alam untuk hidup. Dipihak lain ia berhadapan dengan alam sebagai sesuatu yang asing ia harus menyesuaikan alam sesuai dengan kebutuh-kebutuhannya. Manusia dapat disebut sebagai homo sapiens, manusia arif memiliki akal budi dan mengungguli mahluk yang lain. Manusia juga dikatakan sebagai homo faber hal tersebut dikarenakan manusia tukang yang menggunakan alat-alat dan menciptakannya. 
 Salah satu bagian yang lain manusia juga disebut sebagai homo ludens (mahluk yang senang bermain). Manusia dalam bermain memiliki ciri khasnya dalam suatu kebudayaan bersifat fun. Fun disini merupakan kombinasi lucu dan menyenangkan. Permaianan dalam sejarahnya juga digunakan untu memikat dewa-dewa dan bahkan ada suatu kebudayaan yang menganggap permainan sebagai ritus suci. 

DAMPAK PLURALISME SOSIAL TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN ANAK

(Telaah Buku Bab Lima tentang Kultur dan Etnis,
Pendidikan Multikultural dan Gender)

Oleh :
Deny Rochman
  1. PENDAHULUAN
Dalam mencapai tujuan pendidikan banyak variabel yang mempengaruhi prosesnya. Latar bekalang sosial ekonomi masyarakat, misalnya, ikut mempengaruhi proses kegiatan belajar seorang anak. Kondisi ini terjadi seperti pada sekolah-sekolah di Amerika. Heterogenitas masyarakat Amerika ternyata mempengaruhi dalam proses pendidikan anak di sekolah-sekolah. Entah keberagaman dalam kultur, etnis, status sosial ekonomi hingga gender menjadi kendala dalam proses pencerdasan anak didik. 
Perbedaan latar belakang sosial ekonomi tersebut telah melahirkan diskriminasi pendidikan anak. Antara pendidikan sekolah miskin dan kaya, di kota dan di desa, perbedaan etnis dan ras wara negara berkulit putih dan berwarna. Orang kulit putih dianggap lebih pintar daripada kulit berwarna apalagi kulit hitam (baca: negro). Orang kulit berwarna lebih ekspresif, sulit diatur daripada orang kulit putih lebih mudah dikendalikan. Realitas sosial tersebut telah menyumbangkan permasalah bagi dunia pendidikan di Amerika.

POLEMIK OBYEK KAJIAN PSIKOLOGI AGAMA

Oleh :
Deny Rochman

A.     PENDAHULUAN
Psikologi secara umum mempelajari gejala-gejala kejiwaan manusia yang berkaitan dengan pikiran (kognisi), perasaan (emotion) dan kehendak (konasi). Gejala tersebut secara umum memiliki ciri-ciri yang hampir sama pada diri manusia dewasa, normal dan beradab. Dengan demikian ketiga gejala pokok tersebut dapat diamati melalui sikap dan perilaku manusia.
Namun terkadang ada diantara pernyataan dalam aktivitas yang tampak itu merupakan gejala campuran, sehingga para ahli psikologi menambahnya hingga menjadi empat gejala jiwa utama yang dipelajari psikologi, yaitu pikiran, perasaan, kehendak dan gejala campuran. Adapun yang termasuk gejala campuran ini seperti intelegensi, kelemahan maupun sugesti.

MENGGALI PERMASALAHAN PENELITIAN

Oleh :
Deny Rochman 

A.       PENDAHULUAN
 
Dalam melakukan sebuah penelitian, fase pertama yang harus ditempuh adalah mencari permasalahan. Karena penelitian sangat tergantung pada masalahnya. Teori, rumusan hipotesis, metode, instrumen, dan sebagainya, tidak ada artinya ketika masalahnya tidak jelas, tidak tepat, dan tidak pas.  Masalah adalah landasan dasar untuk menentukan unsur penelitian lainnya. Sayangnya banyak orang bermasalah dengan masalah (penelitian). Bisa jadi karena tidak paham hakikat atau sumber-sumbernya. Menggali masalah saja bermasalah, bagaimana membuat disain atau menyelesaikannya.
Untuk memperoleh permasalahan penelitian tidaklah mudah. Seorang peneliti perlu peka, bersikap kritis dan berfikir logis terhadap fenomena yang terjadi. Penting untuk selalu mengembangkan ketajaman persepsinya, sehingga lebih cermat dan teliti pada sesuatu yang perlu dipertanyakan. Selain itu, untuk memperoleh permasalahan penelitian, seorang peneliti perlu dibekali dengan scientific mind dan prepared mind. Scientific mind adalah selalu berpandangan obyektif yang mampu melepaskan diri dari praduga dan  opini pribadi. Bersikap independen, yaitu tidak mudah terpengaruh oleh pandangan orang lain. Mempunyai wawasan yang luas berkaitan dengan permasalahan penelitian. Prepared mind maksudnya selalu siap untuk dapat menangkap permasalahan yang timbul. 

POLA PEWARISAN NILAI-NILAI ISLAM KOMUNITAS ISLAM SALAF

Studi Sosiologi Yayasan As Sunnah Perspektif Peter L. Berger
 Oleh :
Deny Rochman

A.   PENDAHULUAN
Manusia sebagai pelaku yang aktif dan kreatif, mempunyai kemampuan menilai dan memilih alternatif tindakan. Dalam keterbatasannya, manusia dalam aktifitas kelompok sebagai upaya pemenuhan kebutuhannya. Bersama kepentingan anggota kelompok, individu berkembang menjadi kepentingan kelompok yang selanjutnya menjadi motif tindakan kelompok tersebut. Namun di dalam kelompok tersebut tindakan individu dibatasi oleh nilai dan norma yang diyakini secara kolektif.
Bagi umat Islam sistem bertindak dan sistem hubungan sosial tersusun dalam institusi syariah sebagai norma hukum. Isnstitusi tersebut tersusun berdasarkan Al Quran dan Hadist yang merupakan sumber hukum pokok Islam. Sistem integral dan universal Islam mengandung arti bahwa agama ini adalah sebuah sistem nilai ideal, menyeluruh (kaffah) dan tetap up to date menjawab persoalan jaman. Islam tidak hanya mengatur tentang ritual keagamaan, tetapi juga kehidupan sosial politik dan ekonomi, termasuk dalam sistem pendidikan Islam.

EPISTEMOLOGI ISLAM MEMICU KONFLIK SESAMA ILMUWAN MUSLIM


(Resensi Makalah tentang Epistemologi Islam :  Pelacakan Epistemologi
Tradisi Intelektual Muslim karya Prof Dr H Dedi Djubaedi M.Ag)

Oleh :
Deny Rochman

A.   PENDAHULUAN
Dalam kajian epistemologi Barat, dikenal adanya tiga aliran pemikiran yakni empirisme, rasionalisme dan intuitisme. Namun dalam prosesnya, pemikiran empirisme dan rasionalisme lebih berkembang. Kekuatan nalar menjadi analisis utama para filosof dalam menemukan kebenaran ilmu. Pengetahuan yang dipergunakan dalam penalaran pada dasarnya bersumber dari rasio (rasionalisme) atau fakta (empirisme). Jadi, penalaran ilmiah merupakan gabungan penalaran rasionalisme (deduktif) dan empirisme (induktif).
Sementara dalam pemikiran filsafat Hindu dinyatakan bahwa kebenaran bisa diperoleh dari tiga macam yakni teks suci, akal dan pengalaman pribadi. Ketiga epistemologi tersebut merupakan tradisi intelektual dalam mencari dan menemukan pengetahuan dan kebenaran yang mereka yakini. 

MODEL PERDAGANGAN DENGAN MERAIH KEUNTUNGAN BESAR

(Sebuah Kajian Tafsir Awal Al Qur’an Surat Ash Shaff (61) : 10-13)

 Oleh : 
Deny Rochman

A.      PENDAHULUAN
Manusia hidup di dunia memerlukan kebutuhan ekonomi dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Sama halnya ketika manusia pertama, Nabi Adam ketika diturunkan ke bumi sebagai khalifah, memerlukan makan dan minum, sandang dan papan. Sebagai makhluk ekonomi tersebut maka manusia memerlukan usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup tersebut.
Dalam perkembangannya, untuk memenuhi kebutuhan hidup tersebut manusia harus bekerja dengan banyak pilihan profesi. Ada yang menjadi birokrat, guru, dosen, petani, pedagang, pengusaha, politisi, lawyers, jurnalis dan lainnya. Tujuannya mereka bekerja tentu saja untuk memperoleh harta, selain bekerja juga berfungsi sebagai  pengembangan diri personal manusia. Apalagi bagi seorang bisnismen, usaha mereka pada umumnya berorientasi keuntungan besar (profit oriented).

EKSPLORASI NALAR DALAM MENCARI KEBENARAN

Oleh :
Deny Rochman

A.     Pendahuluan
Manusia adalah makhluk Allah yang paling mulia dibandingkan dengan makhluk lain, bahkan malaikat sekalipun. Sedangkan Iblis adalah makhluk Allah yang paling hina, karena orientasi hidupnya terfokus pada kerusakan dan penyesatan manusia dari jalan yang lurus. Kemuliaan malaikat adalah karena tidak putus-putusnya bertasbih dan memuji kebesaran Tuhan Pencipta. Bahkan setiap saat siap menjalankan perintah dan aturan-Nya. Lain lagi dengan hewan. Hewan adalah makhluk yang tidak punya akal dan perasaan seperti manusia.

Desain dan struktur tubuhnya sangat jauh berbeda dibandingkan dengan tubuh manusia. Akan tetapi memiliki nafsu atau syahwat makan dan biologis seperti manusia. Karena syahwat hewaninya yang mendominasi dan menggerakkan kehidupan, maka setiap saat hidup hewan hanya untuk memenuhi syahwat makan dan syahwat biologis. Sebab itu, hewan tidak Allah pilih menjadi Khalifah-Nya di atas bumi.

April 11, 2016

BERGURU MELAWAN KEJAHATAN JIN

Oleh :
Deny Rochman

Pada tanggal 9-10 April 2016 saya mengikuti Pelatihan, Terapi dan Konsultasi Ruqyah Syari’iyah di Kampus Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP). Kendati model terapi ruqyah bukan barang baru di kalangan masyarakat Islam Indonesia, namun penyelenggaraan pelatihan di kampus Muhammadiyah ini memberikan nuansa yang berbeda dibandingkan diadakan di pondok-pondok pesantren.  

Nuansa berbeda itu menjadi daya tarik saya untuk mengikuti pelatihan tersebut. Pertama, sejak lama saya tertarik dengan permasalahan seputar kejiwaan manusia. Mengapa jiwa? Jiwa merupakan substansi kekuatan yang menggerakan manusia, sementara jasad merupakan “benda mati” yang melekat pada manusia. Jasad tanpa jiwa manusia hanya mayit tak bergerak.