SELAMAT DATANG DI WEBLOG DENY ROCHMAN. MARI KITA BANGUN PERADABAN INI DENGAN CINTA DAMAI UNTUK MASA DEPAN LEBIH BAIK

April 12, 2016

POLA PEWARISAN NILAI-NILAI ISLAM KOMUNITAS ISLAM SALAF

Studi Sosiologi Yayasan As Sunnah Perspektif Peter L. Berger
 Oleh :
Deny Rochman

A.   PENDAHULUAN
Manusia sebagai pelaku yang aktif dan kreatif, mempunyai kemampuan menilai dan memilih alternatif tindakan. Dalam keterbatasannya, manusia dalam aktifitas kelompok sebagai upaya pemenuhan kebutuhannya. Bersama kepentingan anggota kelompok, individu berkembang menjadi kepentingan kelompok yang selanjutnya menjadi motif tindakan kelompok tersebut. Namun di dalam kelompok tersebut tindakan individu dibatasi oleh nilai dan norma yang diyakini secara kolektif.
Bagi umat Islam sistem bertindak dan sistem hubungan sosial tersusun dalam institusi syariah sebagai norma hukum. Isnstitusi tersebut tersusun berdasarkan Al Quran dan Hadist yang merupakan sumber hukum pokok Islam. Sistem integral dan universal Islam mengandung arti bahwa agama ini adalah sebuah sistem nilai ideal, menyeluruh (kaffah) dan tetap up to date menjawab persoalan jaman. Islam tidak hanya mengatur tentang ritual keagamaan, tetapi juga kehidupan sosial politik dan ekonomi, termasuk dalam sistem pendidikan Islam.

Sistem kaffah tersebut menjadikan Islam sebagai dasar gerakan bagi umat Islam, baik secara individu maupun kelompok. Yayasan As Sunnah Kota Cirebon, merupakan satu dari sekian organisasi dakwah di Indonesia, yang mencoba bergerak diranah dakwah sosial dalam memberdayakan umat. Visi misi lembaga pendidikan ini cukup jelas dan tegas dalam membangun komitmen memperjuangkan nilai-nilai Islam ditengah derasnya arus nilai-nilai sekulerisme.
Salah satu program kerja lembaga dakwah ini adalah dalam bidang pendidikan, selain dakwah dan sosial ekonomi. Sejak berdiri pada tahun 1993 hingga kini, yayasan di Jalan Kalitanjung No. 52B Cirebon ini sudah memiliki empat amal usaha bidang pendidikan yakni Playgroup (usia 2,5-4 tahun), Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar Islam Terpadu, Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA).   
Perkembangan sekolah As Sunnah secara perlahan tapi pasti terus mengalami kemajuan. Taman Kanak-Kanak yang didirikan pada 1995, mendapat sambutan yang positif. Terbukti tidak lama kemudian ada permintaan dari masyarakat untuk mendirikan Playgroup, disusul kemudian SD, MTs dan MA. Bahkan dalam waktu dekat ini, pihak yayasan berencana akan mendirikan sekolah umum setingkat SMP. 

  1. Permasalahan

Sekolah-sekolah yang didirikan pihak As Sunnah memiliki model dan kurikulum yang berbeda dari sekolah umum pemerintah. Jika sekolah umum hanya mengajarkan pelajaran umum sesuai kurikulum nasional, sedangkan sekolah As Sunnah memberikan tambahan mata pelajaran Islam seperti ibadah, akhlak, bahasa Arab, hadist, doa-doa, hafalan al Quran dan sebagainya.
Perpaduan dua kurikulum, antara kurikulum nasional dan Islam, membuat sekolah ini padat materi pelajarannya yang harus diserap oleh siswa. Hal ini berdampak pada pola pengajaran yang memakan cukup banyak waktu. Siswa belajar dari pagi pukul 06.45 hingga pukul 16.00. Bahkan untuk siswa MTs dan MA jam belajarnya harus lebih panjang karena menggunakan sistem pondok pesantren.  Artinya, setiap siswa sekaligus sebagai santri harus menginap di asrama yang telah disediakan.
Pola rekruitmen guru dan karyawan sekolah juga dilakukan secara khusus. Mereka yang melamar pekerjaan, diutamakan memiliki akidah yang sejalan dengan yayasan, termasuk tidak boleh meroko dan tentunya berjilbab bagi yang puteri. Mereka pun harus mengikuti seluruh peraturan yayasan, termasuk mengikuti pengajian rutin dan  sholat berjamaah di masjid setempat.
Selain beberapa persoalan di atas, ada banyak hal yang menjadi ciri khas pendidikan Islam versi As Sunah Cirebon ini.  Pertanyaanya sekarang adalah :
1.      Mengapa pihak Yayasan As Sunnah menerapkan model pendidikan yang ketat dan iksklusif?
2.      Apakah sistem kurikulum pendidikan sekolah As Sunnah tersebut tidak membebani belajar anak dan merampas masa permainan anak-anak ?
Tulisan makalah ini akan menganalisis fenomena pendidikan Islam As Sunnah Cirebon dengan menggunakan perspektif teori Peter L. Berger.

  1. Sekolah Dakwah
Sekolah As Sunnah didirikan sebagai sekolah dakwah Islam, untuk kembali mempelajari nilai-nilai Islam. Hal ini bisa dilihat dari berbagai  visi, misi dan tujuan lembaga, baik lembaga dalam arti yayasan maupun sekolah atau pondok pesantren. Tujuan pendidikan As Sunnah tingkat SMP, misalnya, adalah untuk membentuk pribadi muslim yang bertauhid dalam beribadah dan berakhlak serta berintelektualitas yang islami di atas manhaj As-Salafussholih.
Visi sekolah adalah mewujudkan mutu pendidikan Islam, unggul dalam ilmu agama, keimanan dan ketakwaan berdasarkan Al Quran dan As Sunnah menurut pemahaman Assalafussholih serta pengetahuan dan teknologi. Sementara misi sekolah As Sunnah adalah :
1.      Menjadikan siswa/santri bertauhid, taat beribadah, berakhlak mulia, kreatif, cerdas, sehat, disiplin dan berwawasan Islam yang bersih dari syirik, bid’ah dan pemikiran sesat.
2.      Melaksanakan sistem dan iklim pendidikan yang berkualitas dan islami.
3.      Mengoptimalisasikan pembelajaran Al Qur’an dan pendidikan agama Islam.
4.      Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan kualitas lulusan sekolah.
5.      Menumbuhkembangkan semangat dakwah Islam melalui pendidikan dalam rangka mencari ridho Allah Swt.

Tujuan pendidikan As Sunnah tersebut sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam pasal 3 Sisdiknas disebutkan, pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 
Dalam kurikulum pembelajaran, sekolah As Sunnah mengembangkan porsi kurikulum nasional dan Islam, 30 % banding 70%. Selain pelajaran umum seperti sekolah lain, As Sunnah juga mengajarkan materi seperti Aqidah, Tafsir, Tajwid, Hadist, Fiqih, Siroh, Tadrib Lughowi, Nahwu, Shorof, tahfidz Qur’an dan ekstrakurikuler. Pengajar yang disiapkan adalah memiliki kualifikasi bidang keilmua agama yang mumpuni, termasuk dari lulusan LIPIA dan Timur Tengah, seperti Ustadz Yusuf Utsman Ba’isa, Lc dan Ust. Fariq Gazim Anuz dan lainnya.  

****Makalah disampaikan dalam mata kuliah Sosiologi Pendidikan, Prof. Dr. H. Abdullah Ali, MA dalam program Pascasarjana Kosentrasi Psikologi Pendidikan Islam IAIN Syekh Nurjati Cirebon tahun 2009.