SELAMAT DATANG DI WEBLOG DENY ROCHMAN. MARI KITA BANGUN PERADABAN INI DENGAN CINTA DAMAI UNTUK MASA DEPAN LEBIH BAIK

Agustus 02, 2023

MTQ DAN GENERASI EMAS 2045

Oleh:
Deny Rochman, S.Sos., M.PdI

Ajang Musabaqoh Tilawatil Quran (MTQ) baru saja digelar di Kelurahan Kesepuhan Kec. Lemahwungkuk Kota Cirebon. Event serupa juga digelar di sejumlah kelurahan di kota ini. Sesuai rencana, lomba MTQ di tingkat kecamatan akan dilaksanakan pada Agustus tahun yang sama. Dilanjut di tingkat kota, propinsi hingga nasional.

Kendati bukan even baru, namun lomba MTQ selalu menarik perhatian publik, khususnya warga Kelurahan Kesepuhan. Menarik karena lomba religi ini kembali digelar setelah lama vacum akibat pandemi covid-19. Menarik karena even ini menjadi salah satu barometer tingkat religiusitas masyarakat setempat. Lebih-lebih bagi warga Kesepuhan, yang secara historis tak bisa lepas dari perkembangan Islam Cirebon di era Sunan Gunungjati. 
Tentu imajinasi kita menerawang ke belakang. Saat Islam Cirebon masih dibawah otoritas Wali Sunan Gunungjati. Bagaimana tradisi Islam menyelimuti suasana keraton dan kampung-kampung sekitarnya. Terdengar suara tadarusan, sholawatan dan ayat-ayat thoyibah lainnya di ruas jalan, gang-gang, rumah-rumah. Setiap waktu sholat tiba. Saat-saat mangrib, isya dan shubuh, masjid, mushola dan langgar dipenuhi warga sholat. 

Lomba MTQ tingkat Kelurahan Kesepuhan tidak semata-mata untuk seleksi. Seleksi menjaring peserta untuk delegasi lomba MTQ tingkat Kecamatan Lemahwungkuk. Dalam sambutan saya sebagai lurah, bahwa lomba MTQ bagian dari ikhtiar kita dalam membangun generasi unggul. Generasi pecinta Al Qur'an, penghafal dan pengamal nilai-nilai di dalamnya. Pada giliran nanti mereka para peserta MTQ diharapkan akan mewujudkan generasi Indonesia Emas 2045.
Generasi emas tercipta seperti pada masa kejayaan Islam era pendahulu. Era ketika umat Islam mencintai, menghafal dan mengamalkan al Quran. Tentu untuk mewujudkan generasi emas 2045 bukan simsalabim. Bukan tanpa perencanaan, tanpa program atau target. Mengalir begitu saja tanpa arahan. Menuju generasi emas harus didesain, diskenariokan dan programkan agar terarah dan terukur. 

Memang tak mudah membiasakan generasi milenial sekarang untuk mencintai, menghafal dan mengamalkan al Quran. Di tengah kondisi jaman yang berbeda. Jaman penuh hiruk pikuk yang bisa menjauhkan generasi Islam dari agamanya. Maka, kehadiran lomba MTQ sebagai momen menumbuhkan giroh belajar al Quran kembali di kalangan generasi muda. Bahkan tak hanya tak hanya mendekatkan kepada al Quran, tetapi juga kandungan di dalamnya dan pengetahuan Islam lainnya melalui cabang-cabang yang dilombakan. 
Harapannya, pembelajaran al Quran tak terhenti hanya tujuan lomba. Tetapi menjadi bagian internalisasi nilai-nilai yang terintegrasi dalam diri setiap anak. Internalisasi nilai pada akhirnya akan membentuk karakter mulia anak. Sebuah soft skill wajib yang harus dimiliki manusia yang hidup di abad kekinian. Proses awalnya memang perlu "pemaksaan" pembelajaran al Quran untuk menjadi pembiasaan. Lomba-lomba bagian dari stimulus awal dalam penanaman nilai-nilai kepada anak. Kelak akan menjadi kebutuhan. Jika tidak ada seolah ada yang hilang dalam diri anak. 

Padahal belajar al Quran, menghafal dan mengapalkannya tidak ada ruginya. Mengapa? Pertama, al Quran adalah pedoman hidup dan petunjuk antara hal yang benar dan salah dalam kehidupan dunia. Kedua, al Quran akan memberikan syafaat pertolongan saat hisab di akherat. Ketiga, pecinta al Quran dianggap orang baik, orang sholeh oleh masyarakat. 
Keempat, membaca al Quran cara mudah menambung pahala. Karena satu huruf dinilai satu pahala. Kelima, menghapal al Quran jika tuntas bermanfaat dan diperlukan sepanjang hidup dunia dan akherat. Berbeda dengan menghafal lagu-lagu dan musik. Setiap hari silih berganti ada lagu dan album baru. Padahal tidak punya banyak faedah bagi kehidupan manusia baik di dunia, lebih-lebih di akherat. 

Pentingnya pembentukan karakter pada anak menjadi persoalan serius negeri ini. Terlihat serius dan urgennya sehingga negara harus kembali memunculkan pendidikan karakter pada kurikulum nasional. Dengan basis karakter anak di sekolah, diharapkan dapat menumbuhkan karakter siswa untuk dapat  berpikir kritis, kreatif, mampu berkomunikasi, dan berkolaborasi, yang mampu bersaing di abad 21. 
Hal itu sesuai dengan empat kompetensi yang harus dimiliki siswa di abad 21 yang disebut 4C, yaitu Critical Thinking and Problem Solving (berpikir kritis dan menyelesaikan masalah), Creativity (kreativitas), Communication Skills (kemampuan berkomunikasi), dan Ability to Work Collaboratively (kemampuan untuk bekerja sama).

Pendidikan karakter yang diterapkan tersebut harus mengacu pada lima nilai utama karakter prioritas PPK, yaitu religius, nasionalis, gotong royong, mandiri dan integritas. Dalam istilah lainnya mewujudkan profil pelajar Pancasila. Pelajar yang memiliki profil ini adalah pelajar yang terbangun utuh keenam dimensi pembentuknya. Dimensi ini antara lain: 1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia; 2) Mandiri; 3) Bergotong-royong; 4) Berkebinekaan global; 5) Bernalar kritis; 6) Kreatif. 
Lomba MTQ sebagai upaya ikhtiar terarah dan terukur dalam melahirkan generasi cerdas berkarakter. Memiliki relevansi dengan pendidikan karakter dan kompetensi abad 21. Tantangannya ke depan perlu sinergitas dan kolaborasi semua pihak dalam membentuk karakter anak. Tidak hanya mengandalkan kurikulum berkarakter formal, tetapi juga penguatan di dalam keluarga, masjid/mushola, madrasah dan lingkungan masyarakat RW RT. 

Di tingkat kelurahan Kesepuhan, pendidikan al Quran terlihat belum merata di semua RW. RW 01 Kasepuhan yang keluar juara umum dalam lomba MTQ memiliki potensi santri lebih banyak. Di kampung ini terdapat madrasah yang dikelola Yayasan Darul Fikr. Potensi lainnya adalah di RW 08 Kesunean Tengah. Di kampung ini terdapat majelis taklim dan madrasah di Masjid Hidayatullah dibawah asuhan ustadz Dodi. 
Di RW lainnya tetap punya potensi yang bisa dikembangkan. Karena kegiatan keagamaan di 9 RW Kelurahan Kesepuhan sudah berjalan. Berjalan melalui pendidikan agama berbasis masjid dan mushola dan TPA TPQ. Terbukti, peserta dari RW lain juga berhasil meraih medali juara. Kecuali RW 06 Gambirlaya Selatan pada lomba MTQ tahun ini tidak mengirimkan peserta. Nah tinggal ke depan, bagaimana potensi yang ada menjaga semangat konsistensi mendidik generasi Qurani. Semoga ! (*) 

Pronggol, 2 Agustus 2023 l 23:30

*) Lurah Kesepuhan