SELAMAT DATANG DI WEBLOG DENY ROCHMAN. MARI KITA BANGUN PERADABAN INI DENGAN CINTA DAMAI UNTUK MASA DEPAN LEBIH BAIK

Mei 22, 2009

LANGKAH MUDAH MENGELOLA MADING SEKOLAH

Siapa yang tidak kenal dengan majalah? Siapapun pasti mengenal media cetak yang bernama majalah. Jika ada yang belum pernah memegang atau membacanya, minimal mereka tahu dan pernah melihatnya. Yah, media cetak berbentuk majalah ini kian mudah ditemui di sekitar kita, termasuk di lingkungan sekolah. Media cetak lainnya juga tumbuh subur, seperti koran,tabloid, bulletin dan lainnya, seiring perkembangan informasi di era reformasi ini.

Pertumbuhan media informasi di lingkungan sekolah banyak bermunculan dengan ragam dan bentuknya. Namun dari berbagai media yang bermunculan di sekolah, yang sering dijumpai adalah dalam bentuk majalah. Biasanya majalah memiliki ukuran 1/2 dari media tabloid dengan kertas kwarto/folio. Majalah yang berada dan beredar di lingkungan sekolah disebut majalah sekolah. Kendati dalam prakteknya, majalah sekolah tidak hanya tampil dalam bentuk media cetak kertas, tetapi juga dalam media papan, triplek dan dinding. Bentuk media informasi yang terakhir itu biasa dikenal dengan istilah majalah dinding.

Majalah sekolah memiliki ciri-ciri khusus, berbeda dengan majalah atau media informasi pada umumnya. Ciri majalah sekolah antara lain :
1. Berada dan beredar dilingkungan sekolah.
2. Pengurus redaksi dikelola oleh siswa dibawah tanggung jawab Pembina OSIS dan kepala sekolah.
3. Sasaran pembaca umumnya siswa.
4. Informasi yang disampaikan bersifat pendidikan.
5. Tampilan desain majalah sopan dan sederhana.
6. Media kreatifitas ada yang menggunakan "dinding"

Kehadiran majalah sekolah, khususnya majalah dinding, di tengah-tengah siswa, semakin lama semakin penting. Mengapa? Majalah dinding (mading) adalah media informasi yang paling murah dan dekat dengan siswa. Jika media ini dikemas dengan baik, unik dan serius maka mading tidak hanya sebagai media kreatifitas siswa, tetapi juga bisa sebagai media informasi, hiburan, pendidikan dan pembelajaran, bahkan sebagai kontrol (pengawasan) pola hubungan sosial di sekolah. Melalui majalah dinding, siswa dapat memanfaakan media teknologi seperti komputer, internet, foto dan alat rekam (tape recorder) hingga mengembangkan jiawa kewirausahaan siswa dalam menggali sumber dana mading melalui swadana siswa, sekolah hingga dari pemasang iklan.

Memang, hampir di setiap sekolah dijumpai adanya majalah dinding. Namun tidak semua sekolah memiliki mading yang baik, unik dan serius. Beberapa mading sekolah malah hanya sebagai papan pengumuman yang diramaikan dengan pemasangan informasi pengumuman, famplet, brosur dan buletin baik dari pihak dalam maupun luar sekolah. Padahal fungsi mading bisa dikembangkan seperti fungsi pers pada umumnya, sebagai media informasi, hiburan, pendidikan dan kontrol sosial.
KELEBIHAN MADING
Ada sejumlah alasan mengapa mading menjadi sebuah media informasi yang paling efektif yang bisa dikembangkan di sekolah daripada majalah sekolah dalam format kertas kwarto/A4. Keunggulan mading antara lain :
1. Dapat mengembangkan daya kreatifitas siswa melalui kreasi tempelan aksesoris dan warna dalam karya tulisan.
2. Media pameran karya siswa dalam mata pelajaran lain seperti kesenian, bahasa Indonesia, teknologi informasi dan komunikasi dan sebagainya.
3. Biaya produksi lebih murah dan mudah. Siswa bisa memanfaatkan limbah kertas dan lainnya yang bisa dimanfaatkan sebagai media menulis.
4. Mengembangkan ketrampilan dibidang teknologi seperti pemanfaatan komputer, printer, internet, kamera dan alat rekam dalam mencari data dan informasi.

Kendati mading memiliki kelebihan sebagai media kreatifitas dan pembelajaran siswa di sekolah, sayangnya belum banyak sekolah yang mengelola media ini dengan baik. Banyak faktor yang melatari redupnya fungsi mading di sekolah, satu diantaranya belum adanya pedoman dalam mengelola organisasi ektrakurikuler jurnalistik sekolah. Hal berbeda dengan ektrakurikuler lainnya yang lebih awal, seperti OSIS, Pramuka, PMR, olahraga, remaja masjid dan lainnya, yang sudah memiliki perangkat administrasi organisasi, baik tingkat local, regional maupun nasional.

Untuk membentuk mading sekolah ada langkah-langkah yang perlu dilakukkan. Langkah-langkah tersebut seperti membentuk pengurus, menentukan rubrikasi mading, format dan periode penerbitan serta sumber dana. Dilanjutkan pengumpulkan bahan naskah penerbitan dan menerbitkan mading.

Setelah membentuk pengurus, menentukan format dan bentuk mading, apakah segi empat vertical, horizontal, bujur sangkar atau format lainnya yang dianggap lebih menarik. Termasuk apakah menerbitkan hanya satu mading satu sekolah, atau dibuat banyak mading di setiap kelas. Setelah disepakati selanjutnya pengurus mengumpulkan bahan-bahan mading, bisa melalui pengurus dan anggota (sumber primer) atau dari siswa lain, guru dan karyawan (sumber sekunder). Pengadaan naskah bisa hasil karya sendiri atau dari media massa, asalkan dikutip sumber medianya.

Setelah bahan penerbitan mading terkumpul, selanjutnya dilakukan pengeditan (perbaikan). Baik pengeditan dari sisi materi isi atau pun penampilan (perwajahan). Isi mading harus terhindar dari hal-hal yang bertentangan dengan aturan sekolah, negara, agama dan msyarakat. Materi mading dituntut menarik, perlu ada koreksi terhadap naskah kiriman, seperti pewarnaan, aksesoris dan sebagainya. Ingat, kekuatan mading itu terletak pada warna warni naskah, aksesoris yang menghiasi dan juga model kreasi huruf. Setelah dipastikan selesai proses pengeditan, maka bahan dan naskah siap diterbitkan.

Dalam mengelola mading agar terorganisir dengan baik maka perlu diperhatikan tiga faktor yaitu personil, sumber dana, sumber daya mading, seperti sumber data informasi. Personil disini maksudnya pengurus dan anggota mading, berikut menggali kemampuan menulis. Sumber dana mading, bisa dari swadana siswa, sekolah dan sponsor dari luar. Sedangkan sumber daya mading seperti bahan-bahan media dan aksesoris untuk membuat mading, data dan informasi yang diperlukan, serta pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Tiga faktor tersebut akan diulas dalam bab-bab berikutnya dalam buku ini.

PEDOMAN MADING SEKOLAH SIAP DIBUKUKAN

Kendala utama dalam pengelolaan majalah dinding sekolah adalah belum adanya pedoman manajemen mading. Pada waktu yang sama, tidak semua guru termasuk guru Bahasa Indonesia, memiliki latar belakang jurnalistik, apalagi yang pernah berprofesi wartawan. Kondisi ini berakibat pada pengelolaan mading sekolah yang asal jalan. Padahal jika dikelola dengan baik dan serius, mading sangat mendukung kegiatan belajar mengajar, baik di dalam maupun luar kelas.

Problem tersebut menjadi pemicu lahirnya buku ini, dengan judul "MENYULAP MAJALAH SEKOLAH BIAR KEREN DAN BEKEN, Langkah Mudah dan Sukses dalam Mengelola Majalah Dinding. Sepintas judul tersebut terlalu berlebihan, tetapi jika dicermati lebih dalam isi dari tulisan ini maka redaksi judul tersebut tidak berlebihan. Tulisan ini akan mengajarkan bagaimana secara teknis mengajarkan siswa dalam mengelola mading sekolah, mulai pembentukan pengurus hingga penerbitan madding dan pemanfaatan teknologi.

Penulis buku ini adalah Pade alias Pak Deny Rochman, S.Sos. Beliau adalah guru IPS yang menjadi pembina majalah dinding sekolah kita. Buku yang ditulisnya itu adalah hasil pengalamannya selama ini mengelola mading sekolah. Selain itu, ditambah lagi pengalaman pade saat menjadi wartawan sebuah media massa grup Jawa Pos. Bagi yang berminat memiliki buku ini silahkan hubungi redaksi madding Demofat di nelpon 0231-3339151.

KEPRIBADIAN DIUSULKAN MASUK SERTIFIKASI

Aspek kepribadian guru diusulkan masuk dalam penilaian sertifikasi guru. Karena hal itu dianggap sangat penting dalam menciptakan guru yang profesional. Belum tentu guru yang cerdas secara intelektual memiliki kepribadian yang baik, sehingga ketika mengajar di kelas guru tersebut kurang memberi motivasi kepada siswa.

Hal itu diusulkan Deny Rochman, S.Sos dalam Pelatihan Guru yang diselenggarakan oleh Telkom dan Harian Umum Republika di kantor cabang Telkom Cirebon. Menurutnya, persoalan penting dalam mengajar dalam persoalan pendekatan kepribadian dengan siswa didik. Keberhasilan pembelajaran siswa selain didukung materi pelajaran juga menyentuh motivasi belajar siswa.

“Pentingnya masalah kepribadian mestinya pemerintah memasukkan aspek keperibadian dalam penilaian sertifikasi guru. Selama ini sertifikasi guru hanya mengukur kemampuan akademis yang bersangkutan melalui portofolio dan diklat. Sementara sisi kepribadiannya kurang begitu dilihat. Padahal kepribadian itu merupakan ruh yang bisa membangkitkan semangat belajar siswa,” tutur Deny di depan 50 peserta lainnya se wilayah Cirebon dan Tegal.

Deny Rochman sendiri hadir sebagai peserta pelatihan mewakili sekolahnya SMP Negeri 4 Cirebon. Ia datang bersama teman satu sekolahnya, Febriani Nurkhasanah. Dalam pelatihan itu disampaikan materi tentang motivasi, kepemimpinan, proses kreatif, komunikasi efektif, tren informatika teknologi dan sebagainya. Pembicara yang ditampilkan juga ahli di bidangnyanya seperti Putu Wijaya, Hanas Haque dan sebagainya.