SELAMAT DATANG DI WEBLOG DENY ROCHMAN. MARI KITA BANGUN PERADABAN INI DENGAN CINTA DAMAI UNTUK MASA DEPAN LEBIH BAIK

Desember 01, 2016

WALIKOTA: JANGAN ADA PNS DITEKAN

Sebanyak 707 Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Kota Cirebon menerima penghargaan Satyalancana Karya Satya dari Presiden Jowo Widodo, Selasa (29/11). Penghargaan itu diberikan melalui Walikota Cirebon Drs  Nasrudin Aziz, SH kepada para PNS di gedung Islamic Centre Kota Cirebon. Sayangnya, dari jumlah PNS penerima penghargaan sebanyak 200 orang belum menerima perangkat penghargaan secara lengkap.

“Ada 707 PNS yang menerima penghargaan Satyalancana Karya Satya dari Bapak Presiden. Namun dari jumlah tersebut ada 200 PNS yang belum menerima lengkap perangkat penghargaan. Karena Kemdagri kehabisan stok penghargaan,” ujar Kepala Badan Kepegawaian dan Pendidikan Latihan Daerah Kot Cirebon Drs H Anwar Sanusi, M.Si di depan walikota, sekda dan ratusan PNS yang hadir.

November 27, 2016

PRESIDEN INGATKAN GURU PENGARUH ASING

Presiden Joko Widodo mengingatkan guru-guru agar waspada terhadap kemungkinan bangsa asing untuk memecah belah dan melemahkan bangsa Indonesia. Untuk itu pihaknya berharap agar guru-guru bisa menyampaikan kepada peserta didiknya perlunya memahami keanekaragaman bangsa Indonesia, mengenal nilai-nilai karakter bangsa dan bisa berlaku sopan santun dan bertetika dalam memanfaatkan media sosial.

Hal itu disampaikan Presiden Joko Widodo di depan ribuan guru dalam acara puncak peringatan Hari Guru Nasional tahun 2016 di Sentul Bogor, Minggu (27/11). Presiden didampingi oleh Ibu Negara, Menteri Kabinet Kerja dan ratusan undangan lainnya. Peserta yang hadir adalah guru-guru peserta lomba dan penerima penghargaan dari Kemdikbud serta belasan undangan organisasi profesi dan pihak terkait.

November 26, 2016

PROFESI GURU MASIH RENTAN

Profesi guru dinilai masih rentan dalam peningkatan profesionalitasnya. Hal itu karena sebagai p
rofesi, pekerjaan guru masih relatif muda dibandingkan profesi-profesi lainnya di Indonesia. Tantangan guru kedepan adalah memperbaiki mentalitas, talenta, kemampuan akademik termasuk profesionalisme organisasi profesi. Profesionalisme menjadi kunci kemajuan pendidikan Indonesia.

“Pekerjaan guru sebagai profesi masih relatif muda daripada profesi dokter, lawyers, akuntan atau tentara. Karena guru sebagai profesi baru diakui sejak undang-undang guru tahun 2005 ditetapkan,” tutur  Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy dihadapan 2000 guru dan tenaga kependidikan hebat, peserta lomba dan peraih penghargaan dari Kemdikbud dalam rangka puncak Peringatan Hari Guru Nasional tahun 2016 di gedung SICC - Sentul International Convention Center Bogor, Sabtu (26/11). 

November 23, 2016

GURU SMPN 4 CIREBON LOLOS KE FINAL

Guru IPS SMP Negeri 4 Kota Cirebon akhirnya lolos 10 besar finalis Simposium Guru dan Tenaga Kependidikan tahun 2016. Guru memiliki nama lengkap Deny Rochman, S.Sos., M.Pd.I lolos setelah bersaing sebanyak 1.544 guru SD dan SMP se- Indonesia dalam kategori guru Pendidikan Dasar (Dikdas).  Total jumlah peserta dari empat kategori sebanyak 3.382 orang sejak pendaftaran dibuka 17 Oktober hingga 20 Nopember 2016.

Berkat prestasi awalnya tersebut, guru berkacamata ini akan mengikuti seleksi tahap akhir pada 24-28 Nopember 2016 di Jakarta. Deny hadir bersama 200 peserta simposium se- Indonesia yang terpilih setiap kategorinya. Di babak final, setiap peserta menyampaikan gagasan dan pemikirannya yang tertuang dalam artikel yang mereka kirim. Dipilih tiga pemenang dari 10 finalis yang akan bersaing.

RIBUAN GTK BERSAING DI SIMPOSIUM NASIONAL

Ribuan Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) se- Indonesia bersaing dalam ajang bergengsi Simposium Nasional. Pendaftaran Simposium di mulai 17 Oktober hingga 20 0 Nopember 2016. Hingga pendaftaran ditutup tercatat ada 3.382 GTK yang berpartisipasi mengirimkan ide dan pemikirannya dalam bentuk artikel kepada panitia.

Dalam simposium tahun 2016 ini, pihak Kementerian membagi kategori lomba yakni kategori Pendidikan Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (PAUD-Dikmas). Peserta dalam kategori ini sebanyak 119 orang. Untuk kategori guru Pendidikan Dasar (Dikdas) tercatat ada 1.544 guru yang mengirimkan artikel. Kategori guru SMA/SMK atau Dikmen sebanyak 1.490 orang, dan untuk kategori Tenaga Kependidikan (Tendik) peserta yang ikut sebanyak 229 orang.

Oktober 25, 2016

KADISDIK DAPAT HADIAH TAS SEKOLAH

Event Expo Book Gramedia pada 10-23 Oktober 2016 di Cirebon Super Block (CSB) Mall dimanfaatkan oleh pegiat literasi Kota Cirebon. Tim Cirebon Leader’s Reading Challenge (CLRC) menyiapkan delapan sekolah untuk mengisi stand pameran. Setiap stand menampilkan segala pernak pernik dan karya literasi sekolah masing-masing.

Sekolah-sekolah yang terlibat dalam pameran stand Gramedia Expo adalah SD Negeri Kebon Baru VI, SD Negeri Sadagori I dan SD Negeri Sunyaragi II. Mereka berkesempatan mengisi stand pameran selama dua hari, 13-14 Oktober 2016, mulai pukul 09.00 hingga malam hari. 
Pada tanggal 17-18 Oktober 2016 stand pameran dilanjutkan oleh sekolah-sekolah tingkat SMP. Selolah yang mengisi stand antara lain SMP Negeri 1, SMP Negeri 2, SMP Negeri 3, SMP Negeri 6 dan SMP Negeri 11 Kota Cirebon. Pameran karya berlangsung dari pukul 13.30 hingga pukul 17.00 WIB.

Oktober 23, 2016

JURI LOMBA DISKUSI SULIT MEMUTUSKAN PEMENANG

Pengumuman hasil lomba literasi Kota Cirebon dilakukan pada acara puncak, Minggu (23/10). Bertempat di area Atrium Cirebon Super Block (CSB) Mall, juri lomba reviu buku (Book Review Competition)  akhirnya memutuskan nama-nama peserta lomba. Khusus lomba reviu buku, dewan juri mengaku pihaknya cukup kesulitan menilai dan memutuskan pemenang lomba.

“Dari peserta lomba diskusi literasi kami cukup dibuat repot dalam menentukan siapakah peserta yang pantas menjadi yang terbaik. Berbagai tampilan peserta semuanya menunjukkan perform yang bagus-bagus. Namun demikian, tentu sebagai juri harus mampu menilai profesional tanpa ada intervensi dari mana pun,” tutur Sri Murtiani, S.Pd., M.Pd juru bicara dewan juri di depan penonton. 

DUA SEKOLAH UNGGUL LOMBA RANKING 1

Dua sekolah di Kota Cirebon berhasil unggul dalam lomba ranking 1. Dua sekolah yang mendominasi lomba book review competition tersebut adalah SMP Negeri 13 dan SMA Negeri 3 Kota Cirebon. Secara resmi pembagian hadiah dilakukan dalam acara penutupan Gramedia Expo di Atrium 1 Cirebon Super Block (CSB) Mall Kota Cirebon, Minggu (23/10).

“Setelah ratusan siswa mengikuti lomba ranking 1 pada hari Rabu lalu, maka kami umumkan dan panggil para pemenang di atas panggung,” tutur pembawa acara Nova dan Andhi dengan nada keras di depan pengunjung Mall.

Juara pertama kategori SD diraih oleh Rihhadatul ‘Aisyah dari SD Al Irsyad. Juara kedua diraih oleh Adipati Surya Dimyati asal SD Negeri Kebon Baru VI. Sedangkan juara ketiga dari raih oleh Lutfiah Aesah Deniatri dari SD Negeri Bima Kota Cirebon. Jumlah peserta lomba ini sebanyak 96 siswa SD.

Oktober 20, 2016

TAMPIL PERDANA LOMBA DISKUSI LITERASI

Book Review Competition atau lomba mereview buku. Lomba jenis ini boleh dibilang lomba baru dalam event untuk lingkup pendidikan bahkan bisa jadi dalam cakupan umum. Pegiat literasi kota Cire
bon, melalui program Cirebon Leader’s Reading Challenge (CLRC) menjadi motor penggerak dalam lomba perdana tersebut.

Tidak tanggung-tangung, lomba ini diadakan di pusat keramaian Cirebon Super Block Mall di kawasan Jalan Ciptomangunkusumo Kota Cirebon.  Sebuah lomba yang disponsori oleh TB Gramedia Cipto kota tersebut yang tengah mengadakan expo buku yang berlangsung pada tanggal 13-23 Oktober 2016. Disepakati, ada dua bentuk Book Review Competition tersebut yakni sejenis lomba ranking satu dan lomba tantangan diskusi literasi.

KARYA LITERASI KOTA CIREBON TAMPILKAN DI MALL

Berbagai karya literasi sekolah ditampilkan di Cirebon Super Block (CSB) Mall di Jalan Cipto Kota Cirebon. Produk sekolah-sekolah perintis literasi di kota udang tersebut di display dalam stand pameran. Dalam event tersebut, pegiat literasi Kota Cirebon juga menggelar kegiatan Review Book Competition bagi siswa seluruh tingkatan. Kegiatan yang berlangsung
dari tanggal 13 hingga 20 Oktober 2016 tersebut hasil kerja sama dengan pihak TB Gramedia Cipto Kota Cirebon.

“Event literasi kota Cirebon ini berkat dukungan dari pihak TB Gramedia Cipto dan Dinas Pendidikan Kota Cirebon. Beragam kegiatan disiapkan panitia, mulai pameran stand karya literasi, pentas seni hingga kegiatan Review Book Competition,” tutur Yudi Biantoro S.Pd, panitia pelaksana yang juga pegiat literasi kota Cirebon yang dibenarkan oleh rekan panitia lainnya, Agus Wartono, S.Pd dan Deny Rochman, S.Sos.,M.Pd.I.

September 04, 2016

PROGRAM LITERASI RESMI DITERAPKAN DI SMPN 4 KOTA CIREBON

Spenpat menggeliat. Sebanyak 1500 siswa, ditambah guru dan karyawan SMP Negeri 4 Kota Cirebon mulai bergerak. Mulai awal September 2016 ini secara resmi sekolah berprestasi tersebut menjalankan Gerakan Literasi Sekolah (GLS), implementasi  kebijakan Pemerintah mulai Pusat, Propinsi Jawa Barat dan Pemerintah Kota Cirebon. 
Kebijakan nasional dengan Permendikbud No. 23 Tahun 2015 tersebut gerakan literasi dilakukan di sekolah dalam tiga tahap yaitu pembiasaan, pengembangan dan pembelajaran. Di Jawa Barat, gerakan perubahan tersebut dikemas dalam program West Java Leader’s Reading Challenge (WJLRC). Sebuah tantangan membaca dan menulis dari Gubernur Jawa Barat minimal 24 buah buku dalam 10 bulan. Tantangan serupa diberikan oleh Walikota Cirebon Drs Nasrudin Azis SH kepada siswa kota Cirebon melalui program Cirebon Leader’s Reading Challenge (CLRC). 

GLS DAN WJLC BERSAMAAN DITERAPKAN

* Sambutan Panitia Launching GLS WJLC di SMP Negeri 4 Kota Cirebon
 
Assalamu’alaikum wr. wb.
Alhamdulillahirobbil’alamin. Suatu kebahagiaan tersendiri pada pagi ini kita berkumpul di halaman sekolah. Hari ini akan menjadi hari bersejarah bagi warga SMP Negeri 4 Kota Cirebon. Terhitung mulai hari ini insha Allah, atas seijin Allah Swt, sekolah kita akan menorehkan sejarah baru sebagai sekolah rintisan gerakan literasi sekolah di Jawa Barat.

Kita patut berbangga dan berterima kasih kepada Gubernur Jawa Barat dan Dinas Pendidikan Jawa Barat. SMP Negeri 4 Kota Cirebon terpilih sebagai sekolah perintis literasi, bersama 700 SMP se- Jawa Barat dari jumlah total SMP sebanyak 500 SMP di Jawa Barat. Kita semua berkesempatan menjadi bagian gerbong perubahan mutu pendidikan di propinsi ini.  

Hari ini kita akan mengadakan Readathon, asal kata dari Read a Marathon. Maknanya, membaca senyap dalam hati secara bersama-sama selama 42 menit. Kemudian hasil bacaanya direview, terdiri apa judul buku, penulis, penerbit dan isi yang menarik dari buku tersebut. Kegiatan Readathon ini sekaligus momentum peresmian diterapkan program literasi di sekolah kita.

Agustus 21, 2016

MENYAMBUT GELOMBANG TSUNAMI LITERASI

Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat DR Asep Hilman, M.Pd mengingatkan agar sekolah-sekolah di Jawa Barat bersiap menyambut gelombang tsunami literasi. Tsunami literasi akan membawa kepala sekolah, guru dan siswa mengalami sakaw literasi.
“Kita sudah menyiapkan 300 penggerak literasi, ada juga nara sumber, lalu 2.600 peserta dari 600 SD dan 700 SMP sebagai sekolah perintis. Mereka semua sudah mengikuti workshop literasi secara berjenjang. Kini saatnya tsunami literasi akan melanda sekolah-sekolah,” ucap Kadisdik di depan kepala sekolah dan guru dalam penutupan Workshop Literasi Sekolah Perintis di Hotel BMI Kab.Bandung, Sabtu (20/8).

PERPUSTAKAAN AGAR DIINPUT DALAM DAPODIK

Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Jawa Barat Drs Firman Adam, M.MPd menegaskan bahwa agar pihak sekolah untuk menginput data kondisi perpustakaan sekolahnya masing-masing dalam aplikasi dapodik. Pengisian data perpustakaan tersebut sangat penting agar pihaknya mengetahui kondisi perpustakaan sekolah di wilayahnya.

“Tidak usah sekolah melaporkan ke dinas. Isi saja kondisi perpustkaan itu ke dalam dapodik masing-masing sekolah. Dengan cara ini dinas tahu data sekolah mana yang perpustakaannya bagus, tidak berjalan atau malah tidak punya perpustakaan,” harap Kabid Dikdas dalam acara penutupan workshop literasi sekolah perintis bagi guru dan kepala sekolah SD di hotel Takashimaya, Sabtu (20/8).

MENJAGA API LITERASI

Oleh :
Deny Rochman

Gerakan literasi sekolah itu bagaikan api. Api itu akan menjadi berkah atau musibah bergantung dari bagaimana para stakeholder di dalamnya memanfaatkan api tersebut. Jika api kecil tersebut dibiarkan di satu tempat, maka perlahan ia akan padam. Jika api itu membesar di satu titik, maka ia akan membakar semua orang di sekitarnya. Api akan bermanfaat bagi kehidupan manakala api kecil itu kian membesar dan dijaga dengan baik lalu menyebar ke segala arah akan mampu menerangi seluruh alam.

MENANTI KESUKSESAN LITERASI

Oleh :
Deny Rochman

Factor yang mendukung strategi pencapaian GLS melalui program WJLRC antara lain komitmen (commitment), kompetensi (competency), komunikasi (communication), kerja tim (team work)dan pengawasan (control). Apabila factor-faktor tersebut tidak berjalan beriringan akan berdampak kurang maksimalnya pencapaian tujuan men-sakaw-kan literasi di Jawa Barat.

Agustus 18, 2016

LITERASI KEMAMPUAN ABAD XXI

Salah dari tiga kemampuan yang harus dimiliki peserta didik dalam menghadapi persaingan abada ke-21 adalah kemampuan literasi. Kemampuan ini terkait tingkat membaca, menulis dan analisis siswa dalam ilmu pengetahuan dan mencermati realitas sosial. Dua skill lain yang perlu dikuasai adalah dua karakter dan empat kompetensi.

“Budaya literasi itu merupakan kemampuan yang harus dimiliki anak didik kita dalam menghadapi tantangan masa depan jaman. Kemampuan literasi tersebut menjadi sudah modal dasar di negara-negara maju sebagai bagian karakter dan budaya,” ungkap Firman Adam, Kabid Dikdas Dinas Pendidikan Jawa Barat, Kamis (18/8).

Pernyataan itu disampaikan Kabid Dikdas di depan 100 peserta workshop literasi sekolah perintis di Jawa Barat dalam sesi pembukaan workshop. Workshop di Hotel Takashimaya Lembang Kab Bandung tersebut diikuti dari unsur guru dan kepala sekolah. Di tempat terpisah, kegiatan serupa diikuti 200 peserta (dua angkatan) di Hotel BMI.

Agustus 11, 2016

SISWA PUAS, GURU LEMAS

**Catatan Pelatihan Penulisan Jurnalistik Guru SMP se- Jawa Barat di Bandung

Siswa harus terpuaskan, sekalipun guru harus lemas. Siswa terpuaskan atas kebutuhan pendidikan di sekolah, maka guru-guru harus memberikan pelayanan prima kepada peserta didiknya. Pelayanan prima bisa tercapai jika kualitas guru-guru terus ditingkatkan menjadi guru profesional.  Pelatihan sebagai upaya guru dalam meningkatkan kompetensinya.

Menurut Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat Prof Dr. Wahyudin Zarkasyi, apapun yang dilakukan pemerintah dalam bidang pendidikan pada akhirnya adalah untuk mencerdaskan anak bangsa. Termasuk kebijakan pemberian tunjangan profesi kepada guru-guru profesional dalam rangka untuk peningkatan pelayanan prima kepada para siswa.

“Kalau guru-guru dapat duit sertifikasi terus beli (mobil) Avanza atau kendaraan, itu maksudnya agar guru diharapkan tidak terlambat ketika mengajar. Begitu juga ketika duitnya untuk renovasi rumah, agar guru bisa nyaman dalam menjalankan profesinya sebagai guru,” tutur Kadisdik Jabar Wahyudin Zarkasyi di depan 160 guru SMP se-Jawa Barat dalam pembukaan Pelatihan Penulisan Jurnalistik di Hotel Takashimaya Lembang Bandung, Kamis (10/4).

Agustus 10, 2016

GURU DIMINTA TULARKAN ENERGI POSITIF

Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat DR H Asep Hilman, M.Pd meminta bapak ibi guru dan kepala sekolah agar menularkan energi positif kepada anak didiknya di sekolah masing-masing. Energi positif tersebut diperoleh sepulang mengikuti kegiatan Workshop Literasi Sekolah Perintis tingkat SMP selama tiga hari (8-10 Agustus) di Hotel Zamrud Kota Cirebon. 

“Sepulang dari workshop ini silahkan bapak ibu guru tularkan energi positif ini kepada anak didiknya di sekolah masing-masing. Gerakan literasi tidak hanya membaca dan menulis semata. Literasi harus mampu out of the box, menambah wawasan yang lebih luas, keluar dari zona nyaman kita,” ungkap Kadisdik dalam sambutan sebelum upacara penutupan workshop, Rabu (10/8).

Pihaknya mengingatkan para guru dan kepala sekolah akan pentingnya ilmu dan buku bagi kehidupan. Menurutnya, ilmu akan mendekatkan kepada silaturahim, menambah wawasan, sebagai ruang untuk belajar. Melalui buku akan mengubah peradaban jaman.

LITERASI KUNCI DAYA SAING BANGSA


Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Jawa Barat H. Firman Adam, M.Pd menegaskan, menumbuhkan budaya literasi merupakan faktor kunci jika bangsa ini ingin bersaing dengan negara lain. Hal itu bisa terwujud jika guru-guru mau bekerja keras dan bekerja sama menumbuhkan budaya literasi di sekolahnya masing-masing.

"Jika kita ingin bersaing dengan negara lain, literasi itu nomor satu yang harus kita benahi.Dan itu hanya bapak ibu guru yangg bisa lakukan karena Propinsi (Disdik, red) tidak melaksanakan KBM (Kegiatan Belajar Mengajar),” tutur Kabid Firman Adam dihadapan peserta Workshop Literasi Sekolah Perintis SMP se- Jawa Barat angkatan 11 dan 12, Senin (8/8). Kegiatan workshop berlangsung selama tiga hari di Hotel Zamrud Kota Cirebon.

Agustus 06, 2016

YUK... BELAJAR MENULIS BERITA

Oleh :
Deny Rochman

A.   PENDAHULUAN
Penulis bilang menulis itu mudah, semudah orang ngomong. Yah, tentu saja menulis sekadar menulis tentu saja mudah, siapapun bisa bagi mereka yang pernah mengeyam bangku pendidikan. Yang susah itu adalah menulis dengan baik dan benar sesuai standar baku dunia menulis. Nah, untuk mengawali belajar menulis, ada cara menulis yang gampang. Apa itu? Menulis berita.

Menulis berita dirasa lebih mudah daripada menulis artikel atau karya tulis ilmiah. Kok bisa? Tentu saja bisa. Perbedaan tingkat kesulitan tersebut terletak pada sumber data dan informasi yang ditulis. Jika berita sumber datanya dari fakta sosial, dokumentasi dan observasi. Fakta sosial tersebut dituangkan dalam bentuk tulisan dengan pola rumus 5W 1H (what, who, where, when why dan how). Fakta tersebut bisa berupa peristiwa atau kejadian, bisa juga berupa pernyataan dari nara sumber.

Agustus 05, 2016

SEJARAH GERAKAN LITERASI DI JAWA BARAT

Mulai tahun 2010, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat menyeleksi dan mengirimkan guru-guru berprestasi dan berdedikasi untuk mengikuti kegiatan pelatihan profesionalisme pendidik di Department for Education and Children Development South Australia (DECD SA). Selama 3 minggu seluruh peserta pelatihan ditugaskan untuk mempelajari hal-hal positif dari sistem pendidikan yang berlaku di sekolah-sekolah South Australia. Kemudian membuat rencana aksi kegiatan pembelajaran yang bisa diterapkan dan dikembangkan di sekolah Indonesia.

Sejak 2012, salah satu kegiatan pendidikan yang diadopsi dan diadaptasi dari sistem pendidikan Australia oleh guru Jawa Barat pasca pelatihan di South Australia adalah program Premier’s Reading Challenge (PRC) sebagai usaha pelestarian budaya baca dan peningkatan keterampilan literasi siswa. Dengan izin dan bimbingan langsung Carmel Jones sebagai State Manager dari PRC South Australia, dikembangkan ujicoba pertama West Java Leader’s Reading Challenge (WJLRC) di 3 sekolah yaitu SMA Negeri 1 Cisarua Kabupaten Bandung Barat, SMP Negeri 5 Kota Bandung, dan SMP Negeri 1 Subang.  

BUKU MAMPU MENGUBAH PERADABAN

Gerakan literasi dianggap sebagai kunci pembuka kemajuan peradaban. Melalui gerakan kembali mencintai ilmu, maka akan mengubah mindset masyarakat. Perubahan tersebut akan mengarah kepada kemajuan perdaban. Progress is impossible without change, and those who cannot change their minds cannot change anything. Kemajuan adalah mustahil tanpa perubahan , dan mereka yang tidak bisa mengubah pikiran mereka tidak bisa mengubah apa pun.

Demikian diungkapkan Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat DR H Asep Hilman, M.Pd di depan guru-guru dan kepala sekolah perintis literasi peserta workshop angkatan 4 dan 5 di Hotel BMI Lembang Bandung, Minggu (31/7). Kadisdik mengutip pendapat seorang Kritikus dan Sastrawan kelahiran Irlandia George Bernard Shaw dalam memberikan spirit kepada para sekolah perintis.

KADISDIK TANTANG SEKOLAH PERINTIS

Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat DR H Asep Hilman, M.Pd menantang guru-guru dan kepala sekolah di wilayahnya. Para sekolah perintis tersebut ditunggu kerja nyatanya dalam menyukseskan gerakan literasi di masing-masing sekolahnya. Tantangan itu akan ditagih dalam bentuk laporan kegiatan yang dikirim kepada dinas (melalui web) dan dalam event Jambore Literasi yang akan dijadwalkan tahun depan 2017.

“Saya tantang Bapak Ibu semua. Sepulang dari sini (workshop, red) kembali ke sekolah berhasil melaksanakan gerakan literasi sekolah. Nanti pada bulan Desember, saya nunggu laporan Kadisdik daerah, kalau ada guru yang sampai sakau literasi gara-gara sudah habis semua buku dibaca,” tutur Kadisdik disambut tertawa guru-guru dan kepala sekolah peserta workshop perintis komunitas literasi sekolah angkatan IV dan V di hotel BMI Lembang Bandung, Minggu (31/7).

AUSTRALIA AKAN HADIRI JAMBORE LITERASI

Sekolah-sekolah perintis di Jawa Barat tampaknya harus bersungguh-sungguh melaksanakan gerakan literasi di sekolahnya. Jika programnya berjalan dengan baik, para siswa sekolah tersebut bakal di undang dalam event akbar yaitu Jambore Literasi oleh Dinas Pendidikan Jawa Barat. Bahkan event kolosal tersebut tidak hanya mengundang 2.500 siswa, tetapi juga akan mengundang perwakilan Australia Selatan.

“Program ini memang hasil kerjasama dengan Australia Selatan. Jadi jika nanti ada Jambore Literasi tahun 2017, perwakilan dari mereka pun akan kami undang mengikuti acara tersebut. Selain itu kegiatan itu akan mengundang 2.500 siswa,” tutur Hj Endang Susilastuti, SE, Kasi Pembinaan Sekolah Swasta dalam sambutannya mewakili Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat dalam pembukaan Workshop Perintis Komunitas Literasi Sekolah angkatan IX dan X di Hotel Bukti Indah Cianjur, Senin (1/8).

Agustus 04, 2016

UNIKNYA WORKSHOP DI HOTEL ARTIS

Hotel ini dibilang unik. Namanya memang umumnya hotel. Hotel Bukit Indah, terletak di jalan Ciloto Cipanas Puncak Cianjur. Pilihan nama tersebut mungkin karena dibelakang hotel tersebut terdapat sebuah bukit nan hijau dengan hutan lebat. Terleb
ih pemilik hotel juga orangnya menawan, artis nasional yang kini sinarnya sudah redup, Tamara Bleszynski.

Sekitar tiga jam perjalanan untuk sampai ke hotel ini, dari Bandung ke Cianjur. Perjalanan menggunakan darat melintasi jalan tol Padalarang. Saya bersama dua rekan lainnya Pak Imad dan Pa Tatang Sutrisna ikut serta dalam rombongan Dinas Pendidikan Jawa Barat. Mereka akan mengadakan workshop literasi bagi sekolah SMP perintis di Jawa Barat.

MANUSIA MAKHLUK LITERASI


Oleh :
Deny Rochman

Hidup adalah pilihan. Begitu pun kita memiliki kebebasan dalam memilih profesi sesuai dengan potensi, minat dan bakat masing-masing. Tetapi memilih buku sebagai sumber ilmu untuk dibaca, dipelajari dan diserap adalah sebuah keniscayaan. Apapun profesi pilihan kita, mencintai ilmu melalui buku adalah satu pilihan. Dengan modal ilmu, kompetensi kita akan kian professional di bidang pekerjaannya.

Kita menjadi dokter diperlukan ilmunya. Kita menjadi pengusaha, pedagang, petani, bahkan guru dan profesi lainnya pasti memerlukan ilmunya. Bahkan ketika kita hidup di akheratnya pun harus memiliki ilmunya. Untuk memperoleh ilmu tersebut tentu kita harus melakukan aktifitas membaca, menulis dan berdialog (berdiskusi).

Juli 21, 2016

MENGUJI INTEGRITAS TRAINER

 Oleh : Deny Rochman

Selama tiga hari, 20 - 22 Juli 2016 sebanyak 29 trainer literasi Jawa Barat mengikuti kegiatan Focus Group Discussion (FGD) di Bandung. Selama itu para guru SD, SMP, pustakawan dan pengawas harus diuji integritasnya sebagai trainer sebelum diterjunkan dalam kegiatan workshop literasi bagi 700 SMP dan 600 SD sekolah perintis mulai 27 Juli - 18 Agustus 2016.

Yah menjadi seorang trainer, terlebih dalam gerakan literasi sekolah (GLS) diperlukan sebuah integritas diri. Mengapa? Integritas merupakan antara ucapakan, sikap dan tindakan sejalan berdasarkan nilai dan prinsip sebagai wujud komitmen dan konsisten berlandarkan pada kejujuran, kebenaran, idealisme dan profesional. Apa jadinya jika sebuah kegiatan dilaksanakan tanpa dilandasi integritas diri?

Juli 17, 2016

TEKNIK MENYUNTING TULISAN

Oleh :
Deny Rochman

Sebuah tulisan yang hidup dan enak dibaca membutuhkan proses dalam produksinya. Proses tersebut lazim biasa disebut penyutingan (editing). Menyunting adalah suatu kegiatan mengedit, mengubah, atau merapikan susunan letak (struktur) atau penggunaan bahasa sebuah naskah tanpa mengubah makna sebelum tulisan itu dinikmati khalayak. Publik yang membaca tulisan tersebut merasa nyaman dan enak menatap deretan kata dan kalimat.

Penyuntingan naskah dilakukan dengan tujuan : (a) Meringkas atau melengkapi, atau menambahi; (b) Menjaga terjadinya kesalahan bahasa seperti ejaan, tata bahasa; (c) Mengubah struktur yakni pilihan fakta yang ‘dipentingkan’ pilihan lead (teras berita), bentuk ending dan lainnya misalnya dalam berita fakta konflik, redaktur menghendaki lead yang bernuansa damai; (d) Mencegah kesalahan isi biasanya masuknya opini pribadi penulis, terutama dalam berita konflik. Disinilah menunjukkan bahwa tugas dan tanggung jawab seorang penyunting berita tidaklah mudah. Satu hal yang tidak boleh dilakukan penyunting adalah  merusak hasil karya penulis sehingga yang harus dia lakukan adalah  memperbaiki dan menyempurnakan. 

Juli 12, 2016

PERUBAHAN KURTILAS REVISI

http://www.sinarberita.com/2016/07/buat-guru-inilah-hasil-revisi-final.html?m=1

Juli 11, 2016

SEJARAH LAHIRNYA TAHLILAN

SEJARAH LAHIRNYA TAHLILAN DALAM UPACARA KEMATIAN, KHUSUSNYA DI TANAH JAWA, INDONESIA.

(Tulisan ini tidak bertujuan untuk menohok pihak tertentu, tapi sebagai kajian ilmu agar kita paham sejarah lahirnya upacara tahilan. Setelah membaca ini silahkan beribadah menurut keyakinannya masing-masing)

Perintis, pelopor dan pembuka pertama penyiaran serta pengembangan Islam di Pulau Jawa adalah para ulama/mubaligh yang berjumlah sembilan, yang populer dengan sebuatan Wali Songo. Atas perjuangan mereka, berhasil mendirikan sebuah kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa yang berpusat di Demak, Jawa Tengah.

Para ulama yang sembilan dalam menyiarkan dan mengembangkan Islam di tanah Jawa yang mayoritas penduduknya beragama Hindu dan Budha mendapat kesulitan dalam membuang adat istiadat upacara keagamaan lama bagi mereka yang telah masuk Islam.

Para ulama yang sembilan (Wali Songo) dalam menangguangi masalah adat istiadat lama bagi mereka yang telah masuk Islam terbagi menjadi dua aliran yaitu ALIRAN GIRI dan ALIRAN TUBAN.

ALIRAN GIRI adalah suatu aliran yang dipimpin oleh Raden Paku (Sunan Giri) dengan para pendukung Raden Rahmat (Sunan Ampel), Syarifuddin (Sunan Drajat) dan lain-lain.
Aliran ini dalam masalah ibadah sama sekali tidak mengenal kompromi dengan ajaran Budha, Hindu, keyakinan animisme dan dinamisme. Orang yang dengan suka rela masuk Islam lewat aliran ini, harus mau membuang jauh-jauh segala adat istiadat lama yang bertentangan dengan syari'at Islam tanpa reserve. Karena murninya aliran dalam menyiarkan dan mengembangkan Islam, maka aliran ini disebut ISLAM PUTIH.

Adapun ALIRAN TUBAN adalah suatu aliran yang dipimpin oleh R.M. Syahid (Sunan Kalijaga) yang didukung oleh Sunan Bonang, Sunan Muria, Sunan Kudus, dan Sunan Gunung Djati.

Aliran ini sangat moderat, mereka membiarkan dahulu terhadap pengikutnya yang mengerjakan adat istiadat upacara keagamaan lama yang sudah mendarah daging sulit dibuang, yang penting mereka mau memeluk Islam. Agar mereka jangan terlalu jauh menyimpang dari syari'at Islam. Maka para wali aliran Tuban berusaha agar adat istiadat Budha, Hindu, animisme dan dinamisme diwarnai keislaman. Karena moderatnya aliran ini maka pengikutnya jauh lebih banyak dibandingkan dengan pengikut aliran Giri yang "radikal". aliran ini sangat disorot oleh aliran Giri karena dituduh mencampur adukan syari'at Islam dengan agama lain. Maka aliran ini dicap sebagai aliran Islam abangan.

Dengan ajaran agama Hindu yang terdapat dalam Kitab Brahmana. Sebuah kitab yang isinya mengatur tata cara pelaksanaan kurban, sajian-sajian untuk menyembah dewa-dewa dan upacara menghormati roh-roh untuk menghormati orang yang telah mati (nenek moyang) ada aturan yang disebut Yajna Besar dan Yajna Kecil.

Yajna Besar dibagi menjadi dua bagian yaitu Hafiryayajna dan Somayjna. Somayjna adalah upacara khusus untuk orang-orang tertentu. Adapun Hafiryayajna untuk semua orang.
Hafiryayajna terbagi menjadi empat bagian yaitu : Aghnidheya, Pinda Pitre Yajna, Catur masya, dan Aghrain. Dari empat macam tersebut ada satu yang sangat berat dibuang sampai sekarang bagi orang yang sudah masuk Islam adalah upacara Pinda Pitre Yajna yaitu suatu upacara menghormati roh-roh orang yang sudah mati.

Dalam upacara Pinda Pitre Yajna, ada suatu keyakinan bahwa manusia setelah mati, sebelum memasuki karman, yakni menjelma lahir kembali kedunia ada yang menjadi dewa, manusia, binatang dan bahkan menjelma menjadi batu, tumbuh-tumbuhan dan lain-lain sesuai dengan amal perbuatannya selama hidup, dari 1-7 hari roh tersebut masih berada dilingkungan rumah keluarganya. Pada hari ke 40, 100, 1000 dari kematiannya, roh tersebut datang lagi ke rumah keluarganya. Maka dari itu, pada hari-hari tersebut harus diadakan upacara saji-sajian dan bacaan mantera-mantera serta nyanyian suci untuk memohon kepada dewa-dewa agar rohnya si fulan menjalani karma menjadi manusia yang baik, jangan menjadi yang lainnya.

Pelaksanaan upacara tersebut diawali dengan aghnideya, yaitu menyalakan api suci (membakar kemenyan) untuk kontak dengan para dewa dan roh si fulan yang dituju. Selanjutnya diteruskan dengan menghidangkan saji-sajian berupa makanan, minuman dan lain-lain untuk dipersembahkan ke para dewa, kemudian dilanjutkan dengan bacaan mantra-mantra dan nyanyian-nyanyian suci oleh para pendeta agar permohonannya dikabulkan.

Musyawarah Para Wali
Pada masa para wali dibawah pimpinan Sunan Ampel, pernah diadakan musyawarah antara para wali untuk memecahkan adat istiadat lama bagi orang yang telah masuk Islam. Dalam musyawarah tersebut Sunan Kali Jaga selaku Ketua aliran Tuban mengusulkan kepada majlis musyawarah agar adat istiadat lama yang sulit dibuang, termasuk didalamnya upacara Pinda Pitre Yajna dimasuki unsur keislaman.

Usulan tersebut menjadi masalah yang serius pada waktu itu sebab para ulama (wali) tahu benar bahwa upacara kematian adat lama dan lain-lainnya sangat menyimpang dengan ajaran Islam yang sebenarnya.

Mendengar usulan Sunan Kali Jaga yang penuh diplomatis itu, Sunan Ampel selaku penghulu para wali pada waktu itu dan sekaligus menjadi ketua sidang/musyawarah mengajukan pertanyaan sebagai berikut :
"Apakah tidak dikhawatirkan dikemudian hari?, bahwa adat istiadat lama itu nanti akan dianggap sebagai ajaran Islam, sehingga kalau demikian nanti apakah hal ini tidak akan menjadikan bid'ah"?.
Pertanyaan Sunan Ampel tersebut kemudian dijawab oleh Sunan Kudus sebagai berikut :
"Saya sangat setuju dengan pendapat Sunan Kali Jaga"

Sekalipun Sunan Ampel, Sunan Giri, dan Sunan Drajat sangat tidak menyetujui, akan tetapi mayoritas anggota musyawarah menyetujui usulan Sunan Kali Jaga, maka hal tersebut berjalan sesuai dengan keinginannya. Mulai saat itulah secara resmi berdasarkan hasil musyawarah, upacara dalam agama Hindu yang bernama Pinda Pitre Yajna dilestarikan oleh orang-orang Islam aliran Tuban yang kemudian dikenal dengan nama nelung dino, mitung dina, matang puluh, nyatus, dan nyewu.

Dari akibat lunaknya aliran Tuban, maka bukan saja upacara seperti itu yang berkembang subur, akan tetapi keyakinan animisme dan dinamisme serta upacara-upacara adat lain ikut berkembang subur. Maka dari itu tidaklah heran muridnya Sunan Kali Jaga sendiri yang bernama Syekh Siti Jenar merasa mendapat peluang yang sangat leluasa untuk mensinkritismekan ajaran Hindu dalam Islam. Dari hasil olahannya, maka lahir suatu ajaran klenik/aliran kepercayaan yang berbau Islam. Dan tumbuhlah apa yang disebut "Manunggaling Kaula Gusti" yang artinya Tuhan menyatu dengan tubuhku. Maka tatacara untuk mendekatkan diri kepada Allah lewat shalat, puasa, zakat, haji dan lain sebagainya tidak usah dilakukan.

Sekalipun Syekh Siti Jenar berhasil dibunuh, akan tetapi murid-muridnya yang cukup banyak sudah menyebar dimana-mana. Dari itu maka kepercayaan seperti itu hidup subur sampai sekarang.

Keadaan umat Islam setelah para wali meninggal dunia semakin jauh dari ajaran Islam yang sebenarnya. Para Ulama aliran Giri yang terus mempengaruhi para raja Islam pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk menegakkan syari'at Islam yang murni mendapat kecaman dan ancaman dari para raja Islam pada waktu itu, karena raja-raja Islam mayoritas menganut aliran Tuban. Sehingga pusat pemerintahan kerajaan di Demak berusaha dipindahkan ke Pajang agar terlepas dari pengaruh para ulama aliran Giri.

Pada masa kerajaan Islam di Jawa, dibawah pimpinan raja Amangkurat I, para ulama yang berusaha mempengaruhi keraton dan masyarakat, mereka ditangkapi dan dibunuh/dibrondong di lapangan Surakarta sebanyak 7.000 orang ulama. Melihat tindakan yang sewenang-wenang terhadap ulama aliran Giri itu, maka Trunojoyo, Santri Giri berusaha menyusun kekuatan untuk menyerang Amangkurat I yang keparat itu.

Pada masa kerajaan dipegang oleh Amangkurat II sebagai pengganti ayahnya, ia membela, dendam terhadap Truno Joyo yang menyerang pemerintahan ayahnya. Ia bekerja sama dengan VOC menyerang Giri Kedaton dan semua upala serta santri aliran Giri dibunuh habis-habisan, bahkan semua keturunan Sunan Giri dihabisi pula. Dengan demikian lenyaplah sudah ulama-ulama penegak Islam yang konsekwen. Ulama-ulama yang boleh hidup dimasa itu adalah ulama-ulama yang lunak (moderat) yang mau menyesuaikan diri dengan keadaan masyarakat yang ada. maka bertambah suburlah adat-istiadat lama yang melekat pada orang-orang Islam, terutama upacara adat Pinde Pitre Yajna dalam upacara kematian.

Keadaan yang demikian terus berjalan berabad-abad tanpa ada seorang ulamapun yang muncul untuk mengikis habis adat-istiadat lama yang melekat pada Islam terutama Pinda Pitre Yajna. Baru pada tahun 1912 M, muncul seorang ulama di Yogyakarta bernama K.H. Ahmad Dahlan yang berusaha sekuat kemampuannya untuk mengembalikan Islam dari sumbernya yaitu Al Qur'an dan As Sunnah, karena beliau telah memandang bahwa Islam dalam masyrakat Indonesia telah banyak dicampuri berbagai ajaran yang tidak berasal dari Al Qur'an dan Al Hadits, dimana-mana merajalela perbuatan khurafat dan bid'ah sehingga umat Islam hidup dalam keadaan konservatif dan tradisional.

Munculnya K.H. Ahmad Dahlan bukan saja berusaha mengikis habis segala adat istiadat Budha, Hindu, animisme, dinamisme yang melekat pada Islam, akan tetapi juga menyebarkan fikiran-fikiran pembaharuan dalam Islam, agar umat Islam menjadi umat yang maju seperti umat-umat lain. Akan tetapi aneh bin ajaib, kemunculan beliau tersebut disambut negatif oleh sebagian ulama itu sendiri, yang ternyata ulama-ulama tersebut adalah ulama-ulama yang tidak setuju untuk membuang beberapa adat istiadat Budha dan Hindu yang telah diwarnai keislaman yang telah dilestarikan oleh ulama-ulama aliran Tuban dahulu, yang antara lain upacara Pinda Pitre Yajna yang diisi nafas Islam, yang terkenal dengan nama upacara nelung dina, mitung dina, matang dina, nyatus, dan nyewu.

Pada tahun 1926 para ulama Indonesia bangkit dengan didirikannya organisasi yang diberi nama "Nahdhatul Ulama" yang disingkat NU. Pada muktamarnya di Makasar NU mengeluarkan suatu keputusan yang antara lain :
"Setiap acara yang bersifat keagamaan harus diawali dengan bacaan tahlil yang sistimatikanya seperti yang kita kenal sekarang di masyarakat".

Keputusan ini nampaknya benar-benar dilaksanakan oleh orang NU. Sehingga semua acara yang bersifat keagamaan diawali dengan bacaan tahlil, termasuk acara kematian. Mulai saat itulah secara lambat laun upacara Pinda Pitre Yajna yang diwarnai keislaman berubah nama menjadi tahlilan sampai sekarang.

Sesuai dengan sejarah lahirnya tahlilan dalam upacara kematian, maka istilah tahlilan dalam upacara kematian hanya dikenal di Jawa saja. Di pulau-pulau lain seluruh Indonesia tidak ada acara ini. Seandainya ada pun hanya sebagai rembesan dari pulau Jawa saja. Apalagi di negara-negara lain seperti Arab, Mesir, dan negara-negara lainnnya diseluruh dunia sama sekali tidak mengenal upacara tahlilan dalam kematian ini.

Dengan sudah mengetahui sejarah lahirnya tahlilan dalam upacara kematian yang terurai diatas, maka kita tidak akan lagi mengatakan bahwa upacara kematian adalah ajaran Islam, bahkan kita akan bisa mengatakan bahwa orang yang tidak mau membuang upacara tersebut berarti melestarikan salah satu ajaran agama Hindu. Orang-orang Hindu sama sekali tidak mau melestarikan ajaran Islam, bahkan tidak mau kepercikan ajaran Islam sedikitpun. Tetapi kenapa kita orang Islam justru melestarikan keyakinan dan ajaran mereka.

Tak cukupkah bagi kita Sunnah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam yg sudah jelas terang benderang saja yang kita kerjakan. Kenapa harus ditambah-tambahin/mengada-ada. Mereka beranggapan ajaran Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam masih kurang sempurna.
Mudah-mudahan setelah kita tahu sejarah lahirnya tahlilan dalam upacara kematian, kita mau membuka hati untuk menerima kebenaran yang hakiki dan kita mudah-mudahan akan menjadi orang Islam yang konsekwen terhadap ajaran Allah dan Rasul-Nya.

Daftar Literatur
1. K.H. Saifuddin Zuhn, Sejarah Kebangkitan Islam dan Perkembangannya di Indonesia, Al Ma'arif Bandung 1979
2. Umar Hasyim, Sunan Giri, Menara Kudus 1979
3. Solihin Salam, Sekitar Wali Sanga, Menara Kudus 1974
4. Drs. Abu Ahmadi, Perbandingan Agama, Ab.Siti Syamsiyah Solo 1977
5. Soekmono, Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia, Tri Karya, Jakarta 1961
6. Hasil wawancara dengan tokoh Agama Hindu.
7. A. Hasan, Soal Jawab, Diponegoro Bandung 1975

Juni 27, 2016

MUDIK YANG TERLUPAKAN


Oleh: Deny Rochman

Musim mudik telat tiba. Mendekati waktu lebaran, khususnya Idul Fitri, masyarakat Islam Indonesia, baik yang berpuasa maupun tidak ramai-ramai bermudik bersama di kampung halamanya masing-masing. Tradisi ini dianggap penting untuk menjalin silaturahim dengan orangtua sanak saudara yang jarang berjumpa. Mereka yang sengaja tidak bisa mudik dinilai tidak elok sehingga merasa bersalah.

Istilah mudik memang dari bahasa Jawa, mulih dilik atau pulang sebentar. Untuk melakukan mudik lebaran, tentu harus ada hal yang perlu dipersiapkan. Selain kendaraan dan tubuh yang sehat, punya keluangan waktu tetapi yang utama punya kesiapan dana. Dana ini untuk keperluan selama perjalanan, beli kebutuhan saat lebaran, hingga berbagi kepada keluarga sanak dan family lainnya. Pokoknya habis-habisan deeh…

Tradisi mudik tahunan yang hanya terjadi di Indonesia, perlahan memberi makna lebih, melebihi makna ibadah puasa dan hakekat perayaan Idul Fitri. Puasa yang dijalani dari hari ke hari hanya menantian menunggu datangnya lebaran. Ironisnya tidak sedikit dari umat Islam yang puasanya tidak sungguh-sungguh bahkan tidak berpuasa sekalipun, giliran datangnya waktu lebaran mereka sangat sibuk. Lebih sibuk dari mereka yang puasanya khusyu’.

MUDIK YANG TERLUPAKAN


Oleh: Deny Rochman

Musim mudik telat tiba. Mendekati waktu lebaran, khususnya Idul Fitri, masyarakat Islam Indonesia, baik yang berpuasa maupun tidak ramai-ramai bermudik bersama di kampung halamanya masing-masing. Tradisi ini dianggap penting untuk menjalin silaturahim dengan orangtua sanak saudara yang jarang berjumpa. Mereka yang sengaja tidak bisa mudik dinilai tidak elok sehingga merasa bersalah.

Istilah mudik memang dari bahasa Jawa, mulih dilik atau pulang sebentar. Untuk melakukan mudik lebaran, tentu harus ada hal yang perlu dipersiapkan. Selain kendaraan dan tubuh yang sehat, punya keluangan waktu tetapi yang utama punya kesiapan dana. Dana ini untuk keperluan selama perjalanan, beli kebutuhan saat lebaran, hingga berbagi kepada keluarga sanak dan family lainnya. Pokoknya habis-habisan deeh…

Tradisi mudik tahunan yang hanya terjadi di Indonesia, perlahan memberi makna lebih, melebihi makna ibadah puasa dan hakekat perayaan Idul Fitri. Puasa yang dijalani dari hari ke hari hanya menantian menunggu datangnya lebaran. Ironisnya tidak sedikit dari umat Islam yang puasanya tidak sungguh-sungguh bahkan tidak berpuasa sekalipun, giliran datangnya waktu lebaran mereka sangat sibuk. Lebih sibuk dari mereka yang puasanya khusyu’.

JIHAD LITERASI

Oleh: Deny Rochman

Janji literasi. Demi kemandirian negeri, kami akan terus berbakti membangun budaya literasi dengan penuh dedikasi sampai akhir hayat nanti. Janji tersebut diucapkan secara heroik dan khidmat oleh para penggerak literasi guru-guru SD SMP se- Jawa Barat di Lembang Bandung belum lama ini.
Janji tersebut merupakan bentuk komitmen moral, baik sebagai penggerak literasi maupun sebagai pendidik. Negeri ini, Indonesia namanya, perlu guru-guru yang visioner dalam membangun bahkan menyelamatan peradaban bangsa ini ke depan lebih baik. Ketika semakin mahal dan langkanya kerja ikhlas di tengah masyarakat.

Juni 24, 2016

HUKUM BERPUASA ORANG KESURUPAN

Oleh :
Abu Musyaffa' Muhammad Faizar

Bismillah wash-sholaatu was-salaamu 'ala Rasulillaahi wa ba'du...
Kesurupan adalah fenomena merasuknya jin ke dalam tubuh manusia, banyak diantara saudara saudari kita yg diberi ujian Allah berupa gangguan jin kendati bulan mulia ini sudah masuk ke 10 hari terakhirnya.

Lalu bagaimanakah hukum puasa orang yg terkena kesurupan di bulan Ramadhan ?
Maka sebelum kita membahas masalah ini lebih lanjut ada baiknya kita mengetahui jenis-jenis kesurupan terlebih dahulu..

NABILA PERTAHANKAN RANKING SATU

Nabila Zulfah Salsabila berhasil mempertahankan gelarnya sebagai siswa terbaik di kelasnya. Di kelas IV siswi yang akrab dipanggil Lala ini tetap ranking satu, melesat diatas dari teman-temannya. Tahun pelajaran baru puteri pasangan Deny Rochman dan Riaya Andrianingsih ini akan duduk dibangku kelas V. Selamat yah...
Wali kelas IV SDN Kemakmuran Yoyoh, S.Pd mengaku bersyukur alhamdulillah anak-anak kelas IV yang unik dengan jumlah siswa banyak bisa naik 100% ke kelas IV. Dalam sambutannya ibu yoyoh berpesan kepada orangtua siswa agar kemampuan belajar anak di rumah terus ditingkatkan.

"Alhamdulillah setelah guru-guru berdiskusi alot dalam rapat kenaikan kelas, seluruh siswa kelas IV dinyatakan naik kelas semua. Karena yang menentukan kenaikan kelas bukan hanya guru kelas, tetapi juga guru mapel dan kepala sekolah. Dan yang ranking satu adalah Nabila Zulfah Salsabila," beber Bu Yoyoh di depan orangtua siswa.

SANG GURU KEHIDUPAN ITU TELAH PERGI...


Suasana henting terasa saat melepas jenazah Hafidin Hasanudin, S.IP., M.Pd di pelataran Masjid Al Huda Desa Lemahabang Kabupaten Cirebon, Jumat (24/6). Perwakilan tokoh masyarakat, Bapak Muhidin, S.Pd yang juga kawan seperjuangan dakwah memberikan kata-kata pelepasan jenazah. Sebelumnya para warga, kolega, family dan rekan-rekan almarhumah menyolatkan jenazah secara bersama-sama usai sholat Jumat.

“Mewakili pihak keluarga, jika Bapak Hafidin mempunyai kesalahan mohon dimaafkan sebesar-besarnya. Jadikanlah wafatnya Bapak Hafidin menjadi pelajaran kita semua yang masih hidup, sekalipun beliau tidak lagi bisa bicara. Sebagai aktifis dakwah sepanjang hidupnya tidak pernah meninggalkan sholat berjamaah selama di Masjid Al Huda. Dia juga sangat peduli terhadap masyarakat, rajin menyantuni anak fakir miskin dan anak yatim piatu,” tutur Muhidin di depan jamaah.

Masa hidupnya, Hafidin seluruh waktu hidupnya dicurahkan untuk umat. Lama aktif mengajar di SMP dan SMA Muhammadiyah Sindanglaut (kini Lemahabang). Rajin dalam kegiatan keagamaan di Masjid Al Huda Blok Pejagalan Lemahabang. Pendakwah di wilayah Cirebon timur. Ujung tombak dalam kegiatan Madrasah al Huda dan salah satu pioneer pendirian SD Al Irsyad. Terakhir tercatat sebagai guru di SMK Darul Mukminin Jatinegara dan SMP Muhammadiyah Tanah Abang Jakarta.

Kabar kematiannya membuat banyak pihak terkejut. Selama ini pria berusia 52 tahun ini dikenal energik, tak pernah mengeluh sakit. Namun pada Kamis (23/6) malam pukul 22.00 guru Bahasa Indonesia tersebut menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Umum Hasan Sadikin Bandung sebelum dilakukan operasi terhadap penyakit yang dideritanya. Innalillahi wainnailahi rojiuun. Sesungguhnya kami ini milik Allah dan kepada-Nya kami kembali.

Masyarakat berbondong-bondong mengantarkan jenazah Hafidin di tempat peristirahatan terakhir di tempat pemakaman blok timpas Lemahabang. Beberapa mobil rombongan dari SMK Darul Mukminin Jatinegara dan SMP Muhammadiyah Tanah Abang pun hadir dalam proses pemakaman aktifis dakwah tersebut.

PELITA HIDUP
Kepergian guru sejati tersebut membuat banyak pihak terkejut. Kabar kematiannya pukul 10.00 malam langsung beredar dari pesan singkat ponsel, dari mulut ke mulut hingga ke media sosial internet. Semua pihak tidak percaya kepergiannya begitu cepat, apalagi musim Ramadhan biasanya kesibukan Hafidin meningkat di kegiatan kegamaan Masjid Al Huda.


“Inalilahi wa ina ilaihi rojiun... Pa hafidzin... Kaget,bener p hafidzin yg dl kita berjuang bareng di sdit alirsyad? Air mata ini ga bs di bendung... Insyaallah jannah utk bapak...Allahumaghfirllahu warhamhu wa fu anhu... Selamat jalan sahabatku, guruku, yang selalu mengajarkan, dakwah dg kelembutan dg hikmah dan dg contoh,tak pernah lelah berjuang menuntut dan mengamalkan ilmu, kenangan dahulu dalam satu misi visi kita saat di SDIT al irsyad tak kan pernah terlupakan, nasehat2mu slalu ku ingat... Orang baik sepertimu, insyaallah jannah imbalannya...,” tulis facebooker bernama Mulhayatie dalam statusnya.

Yah, wajar jika banyak orang merasa kehilangan orang baik seperti Hafidin. Bayangkan saja selama hidupnya kiprahnya dicurahkan untuk banyak orang.  Ia boleh dibilang sebagai pelita kehidupan. Dimana pun ia berada akan memberikan kemaslahatan bagi orang-orang di sekitarnya. Sifatnya yang peduli membuat warga gang Gayam Lemahabang lor ini bisa diterima oleh banyak orang dan dibanyak tempat. Buktinya, kala harus memilih hidup merantau di Jakarta selepas mengajar di Muhammadiyah Sindanglaut, Hafidin langsung mengajar di sekolah Jakarta.

“Setahu saya saat merantau ke Jakarta, ia sempat menjadi pengajar TPA di masjid terdekat kontrakannya. Ia mengontrak sendirian satu rumah di Jakarta. Setelah itu Pak Hafidin mengajar di SMK Darul Mukminin Jatinegara, bersamaan mengajar di SMP Muhammadiyah Tanah Abang,” tutur Budi, guru SMK Darul Mukminin Jakarta saat mengantarkan jenazah di pemakaman.

Bagi siswa SMP Muhammadiyah Sindanglaut awal tahun 1990-an akan merasakan kehangatan beliau dalam mengajar siswa siswinya. Tidak hanya memberikan ilmu sekolah, tetapi juga perhatian dan kepeduliannya membimbing, membina dan melatih kemampuan agama anak didiknya, khususnya masalah perbaikan akhlak, kemampuan baca tulis al Quran dan ibadah sholat. Seringkali menjadi teman curhat para siswa yang tengah dilanda galau masalah remaja.  

Selain mengajar di SMPM, Hafidin sore hari mengajar di Madrasah Al Huda. Para siswa didiknya sering diajak pengajian malam ahad di Masjid Al Huda hingga menginap dan keesokan harinya pulang. Materi pengajiannya sederhana: menterjemahkan bacaan Al Qur’an per kata. Anak-anak didiknya disuruh untuk mengulang arti kata tanpa harus melihat terjemahan.

Banyak cara yang ia lakukan dalam mendekatkan dengan anak didiknya. Selain berolahraga bersama, mengaji, pendampingan khusus hingga konseling kunjungan ke rumah orangtua siswa.

INTROVERT
Dibalik sikap perangai dan energiknya ada sebagian orang menilai kepribadian Hafidin seorang tertutup (introvert), khususnya masalah privaasi hidupnya. Hal ini dirasakan oleh guru-guru di Jakarta. Selama menjadi guru di Jakarta Hafidin tidak banyak bicara tentang perjalanan hidup dan latar belakang keluarganya.

“Kita kesulitan informasi saat dapat kabar Pak Hafidin meninggal dunia. Untuk sampai ke lokasi rumah duka, kami harus bertanya-tanya mulai dari kantor kecamatan hingga kantor desa. Selama ini kami tidak tahu alamat di Cirebon dimana, keluarganya siapa, punya istri dan anak berapa. Data yang ada di sekolah adalah alamat dia yang ada di Jakarta, karena dia sudah punya KTP Jakarta,” ujar Budi, guru dari Jakarta.

Tertutupnya sifat Hafidin diakui juga oleh keluarganya. Menurut Hadi, kakak ketiganya Hafidin sejak kecil memang tertutup tentang aktifitas yang ia lakukan. Kebiasaan ini tumbuh dan berkembang hingga ia dewasa. “Jika ada keluarga yang nanya lagi ada kegiatan apa, pasti tidak mau terbuka. Dia hanya mengatakan nanti saja kalau sudah berhasil dan sukses baru akan cerita,” ucap Hadi menjelaskan watak adik bungsunya tersebut.

Sifat tertutupnya tersebut membuat penyakit yang diderita Hafidin tidak banyak keluarga yang tahu. Menurut pengakuan kakak ketiganya Hadi, pihak keluarga baru tahu penyakit yang dideritanya setelah sudah parah. Sebelumnya setiap kali ditanya selalu menjawab tidak ada masalah dan sudah sehat sehingga terus beraktifitas kembali. Watak Hafidin tersebut petanda yang bersangkutan tidak ingin penyakitnya itu menjadi penghalang kegiatan dakwahnya.

Di akhir hidupnya, Hafidin belum sempat kembali beristri apalagi memiliki anak. Pernikahan pertama yang pernah ia lalui belum berjalan seindah dalam bayangannya. Keinginan untuk menaik haji dari rencana sawah yang ia miliki belum tuntas terlaksana.

Anak penutup dari delapan saudara (lima perempuan dan tiga laki-laki) ini termasuk "gila sekolah". Dalam keterbatasan ekonominya ia mampu membiayai sendiri kuliahnya dari gajinya sebagai sekolah swasta kecil. Pendidikan dasarnya ditempuh di desanya hingga SMK Negeri Sindanglaut.

Merasa dananya tidak cukup, ia tetap bertekad ingin kuliah. Konsentrasi Bahasa Indonesia ia pilih sbg jurusan kuliahnya di D3 Universitas Terbuka (UT). Tak puas sampe disitu, Hafidin ini memuaskan diri ilmunya dengan melanjutkan kuliah S1. Jurusan Ilmu Politik yang ia ambil.

Usianya tak muda lg ia tetap haus akan ilmu dunia. Saat mengajar di Jakarta Hafidin mampu menyelesaikan kuliah S2 Bahasa Indonesia di Universitas Muhammadiyah Prof Hamka di Limo Jakarta. Dari delapan saudara Hafidin satu-satunya anak yang berkesempatan kuliah.

Sifat tertutupnya Hafidin belakangan diketahui, penyakit yang dideritanya adalah kelenjar getah bening. Gara-gara penyakit ini leher Hafidin membengkak, menjalar ke tangan dan kakinya menjadi sakit. Alasan inilah sehingga keluarga memutuskan Hafidin dirawat di rumah sakit di Bandung, padahal sebelumnya anak bungsu ini lebih suka berobat herbalis atau pengobatan alternative. 

Sekitar dua pekan di rumah sakit kadar gula tubuhnya masih tinggi membuat operasi kelenjar belum bisa dilaksanakan oleh tim medis, hingga akhirnya ajal lebih dulu menjemputnya. Selamat jalan guru ku. Semoga  dimasukkan ke dalam orang-orang ahli surge. Aamiin...

Cirebon, 25 Juni 2016 Pukul 00.09

Juni 15, 2016

MENGAPA AGAMA PERINTAHKAN PUASA?

Oleh :
Deny Rochman

Apakah kita hidup untuk makan ataukah makan untuk hidup ? Pertanyaan yang akan menentukan untuk apa hidup ini. Satu hal yang kini banyak orang kehilangan arah hidup dari mana, untuk apa dan mau kemana. 

Jika hidup untuk makan, maka hari-hari kita dihabiskan untuk makan dan minum. Tiada waktu kita hidup hanya menunggu makan, makan dan makan. Waktu kita dihabiskan untuk makan dan minum, mulai mencari menu, membeli, meracik, memasak, menyantap sampa buang hajat. Makan di rumah, di warung, di cafe dan restoran. Bandingkan brp lama dg waktu ibadah kita?

Masalah perut menjadi salah satu masalah besat umat manusia. Gara-gara urusan perut, sesama supir angkot, petugas parkir, pegawai, pejabat saling sikut, saling jotos. Gara-gara syahwat perut kasus korupsi berkembang dengan pesat.

Juni 13, 2016

TANTANGAN BERAT DU BULAN RAMADHAN

Oleh:
Deny Rochman

Ada dua jihad di bulan Ramadhan. Dua jihad itu adalah berpuasa dan qiyamulail. Jika umat Islam mampu melewati dua jihad tersebut, maka akan mendapat gelar dari Allah Swt sebagai orang yang bertakwa. Seperi tujuan awal berpuasa tertuang dalam Qs Al Baqoroh 183 :

"Hai orang-orang yang beriman telah diwajibkan puasa kepada kalian sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu agar kalian menjadi orang-orang yang bertakwa."

Yah, puasa memang perintah Allah Swt yang pernah diwajibkan sebelum umat Nabi Muhammad Saw. Puasa masa Nabi Adam setiap bulan tanggal 13, 14 dan 15 hijriyah. Masa Nabi Musa As puasa pada hari syura 10 Muharram. Masa Nabi Dawud As berpuasa seling satu hari.

Ibadah puasa merupakan ibadah loyalitas ketaatan kepada Allah Swt. Bukti taat dan cinta harus ditunjukkan dengan penderitaan dan pengorbanan jiwa raga hamba kepada Sang Khaliq. Jika dilalui secara totalitas ibadah puasa merupakan ibadah cukup berat.

Bayangkan saja, berpuasa umat Islam tidak hanya menahan makan dan minum dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Jika hanya itu semua orang, termasuk anak kecil atau bahkan orang non muslim pun bisa. Namun berpuasa seluruh panca indera hal itu tak bisa dilakukan semua orang.

"Selama berpuasa seluruh panca indera kita harus berhenti. Berhenti dari segala aktifitas kemaksiatan. Aktifitas yang bisa mengurangi atau bahkan mengugurkan amalan puasa kita. Tidak ghibah, mendengarkan hal tak bermanfaat, melakukan kegiatan sia sia dan lain sebagainya," tutur Deny Rochman dalam ceramah kuliah shubuh Ramadhan di Masjid Al Ma'mur Pronggol Kota Cirebon, Selasa (14/6) pagi.

Jihad kedua di bulan suci Ramadhan adalah ibadah qiyamul lail atau sholat tarawih. Sholat 11 atau 23 rakaat bada isya ini memang tidak gampang. Dengan kondisi perut kenyang sungguh berat melakukan ibadah ini.

"Saat berbuka puasa selera makan kita bertambah karena rasa lapar dan haus yang teramat. Apalagi cuaca kota Cirebon pada musim puasa kali ini sangat panas. Selera meningkat menu makanan yang disajikan istimewa seperti di restoran. Menu yang tak biasanya selalu ada dalam makanan harian," ujar guru IPS ini.

Dampak makan kekenyangan adalah cepat ngantuk dan lelah, malas, sesak nafas dan efek kesehatan lainnya. Ini akan berbuntut pada kondisi kenyamanan kita dalam menjalankan ibadah sholat tarawih.

Beratnya berpuasa dan qiyamulail bagi umat Islam membuat Allah Swt memberikan ganjaran besar bagi siapa yang bisa melakukannya dengan ikhlas dan sesuai syariat. "Semua amal anak adam untuknya kecuali puasa. Puasa itu untuk Aku. Dan Aku yang akan membalasnya," tandas Allah Swt dalam hadist Qudsi yang diriwayatkan Imam Bukhori dan Imam Muslim.

Mari jangan kita menyia-nyiakan bulan istimewa ini. Bulan lebih baik dari seribu bulan dengan panen pahala dan cuci gudang dosa-dosa. Semoga kita tetap diberik keimanan, keislaman dan kesehatan sehingga bisa menuntaskan seluruh ibadah di bulan Ramadhan dengan lancar, sehat dan selamat serta amalan kita diterima Allah Swt. Aamiin...(*)

Juni 12, 2016

AGAMA MODAL DASAR HIDUP SUKSES

Siapa yang mau hidup sukses, siapa yang ingin hidup bahagia? Siapa yang hari puasa? Seluruh siswa mengacungkan tangan, sambil teriak saya. Pertanyaan itu disampaikan Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum SMP Negeri 4 Kota Cirebon di depan siswa kelas 7 dan kelas 8 peserta pesantren kilat Ramadhan di lapangan sekolah, Senin (13/6). Pelaksanaan Sanlat mulai 13 - 24 Juni 2016.

"Untuk bisa hidup sukses dan bahagia modal dasarnya adalah agama. Dengan agama kalian besar hidup sukses dan bahagia dunia akherat. Nah kegiatan pesantren kilat yang kalian ikuti ini salah satu cara menuju hidup kamu sukses dan bahagia," tutur wakasek kurikulum dalan sambutan acara pembukaan sanlat.

Menurut Deny Rochman, pelaksaan pesantren kilat bagi siswa muslim memiliki fungsi dan peran penting dalam pendidikan. Pertama, sebagai anak muslim belajar agama adalah wajib hukumnya. Jika anak sejak kecil dikenalkan agama, maka dewasa kelak dia akan merasa pentingnya agama bagi hidupnya.

"Jika sejak kecil dikenalkan agama, kalian kelak dewasa akan merasakan betapa dahsyatnya kekuatan agama bagi hidup kalian. Sebaliknya mereka yang tak mengenal agama sejak dini, merasa ga penting melihat agama. Ketika didera masalah hidup mereka cenderung mencari penyelesaikan masalah dengan masalah, seperti miras, narkoba, diskotik dsb," ungkap guru IPS ini.

Kedua, sebagai generasi Islam pelaksaan sanlat merupakan pembiasaan, tradisi dan budaya yang baik bagi siswa. Seiring banyaknya budaya yang tidak sehat, kotor, tidak diajarkan bahkan berlawanan dengan Islam. Nilai budaya ini gencar dipromosikan lewat media massa. Anak muslim mulai sering terkecoh dan tertipu dengan buaya pop yang berkembang.

"Beragama itu sebuah pilihan hidup. Kalian sebagai muslim wajib belajar ilmu agama Islam. Kecuali jika kalian bukan muslim. Maka sanlat di bulan Ramadhan ini momen yang baik tuk perdalam belajar agama. Kebaikan di bulan ini akan dibalas lipatganda pahala oleh Allah Swt," tandas pria berkopiah ini.

Dalam kesempatan itu pihaknya mengwakili kepala sekolah menyampaikan terima kasih kepada guru-guru yang masuk sbg mentor dan nara sumber sanlat. Terima kasih serupa dialamatkan tim mentor dari Lembaga Dakwah Sekolah (LDS) kota Cirebon. (*)

Juni 11, 2016

TERBELENGGU NILAI UJIAN NASIONAL

Oleh :
Deny Rochman, S.Sos., M.Pd.I


Semua siswa pasti lulus sekolah, karena Ujian Nasional (UN) tidak lagi menjadi syarat utama kelulusan berapa pun nilai yang diperoleh. Namun meraih nilai tinggi Ujian Nasional (UN) masih menjadi obsesi besar para siswa, khususnya siswa sekolah menengah pertama (SMP). Mimpi serupa terbenam dalam benak orangtua mereka, bahkan guru dan kepala sekolah. Mereka semua berlomba-lomba bagaimana melakukan upaya agar dapat meraih nilai besar UN.

Sekalipun dijamin kelulusan sekolah, namun toh tetap saja tidak sedikit siswa berurai air mata setelah menerima pengumuman hasil UN. Menangis karena terharu mendapatkan nilai sesuai target, tetapi ada juga yang sedih dan kecewa karena nilainya tidak sesuai harapan. Mereka yang kecewa berat adalah siswa pintar namun hasil akhir nilainya minim.