_________________
Oleh: Deny Rochman
--------------------------
Sejak Gerakan Literasi Sekolah (GLS) dicanangkan Pemerintah tahun 2015, peran buku bacaan bagi anak semakin penting. Keberadaan perpustakaan sekolah dan perpustakaan daerah kian dipadati pengunjung. Beberapa perpustakaan miliki komunitas penggiat literasi pun tidak luput dikunjungi. Tren yang berkembang, banyak sekolah yang mengaku kehabisan buku bacaan untuk siswanya.
Kehadiran buku khususnya buku bacaan non pelajaran menjadi bagian penting dalam Gerakan Literasi Sekolah. Terlebih di Jawa Barat yang memiliki pola tersendiri dalam membudayakan literasi di sekolah-sekolah wilayahnya. Melalui program West Java Leader's Reading Challenge (WJLRC), setiap siswa sekolah SD dan SMP diwajibkan membaca, mereview dan mempresentasikan buku, termasuk guru2 pendampingnya dalam rentang waktu 10 bulan.
Untuk memenuhi kebutuhan pengadaan buku memang gampang-gampang susah. Gampang jika hanya menyiapkan buku bacaan bagi anak usia sekolah jumlahnya berserakan. Namun memilih buku yang berkualitas baik dan relevan dengan perkembangan anak hal itu tidak mudah. Kini penerbitan buku, seperti halnya dunia penerbitan media massa jumlahnya kian banyak. Banyaknya jumlah penerbitan membuat orientasi profit tidak bisa terhindarkan.