SELAMAT DATANG DI WEBLOG DENY ROCHMAN. MARI KITA BANGUN PERADABAN INI DENGAN CINTA DAMAI UNTUK MASA DEPAN LEBIH BAIK

Januari 16, 2021

TIM GOWES DISAMBUT GOYANG BEBEK

Bener-bener hari bebek. Kegiatan Asal Gowes pada Sabtu 16 Januari kemarin tim gowes dimanjakan dengan nuansa bebek. Mulai senamnya, menu hidangannya, obrolan hingga meninjau lokasi produksi bebek. Mulai melihat bebek bermain, bertelur, menetas hingga cara memasarkannya.

Catatan:
DENY ROCHMAN
Penikmat Asal Gowes Radar Cirebon

Desa ini dikenal dan ditetapkan sebagai sentra bebek. Lokasinya sekitar 23 Km ke arah Barat dari kantor Radar Cirebon. Jarak itu jika ditempuh waktu normal sekitar 1 jam melalui jalur Klayan Suranenggala Kab. Cirebon. Jika melalui jalur Cangkring jarak tempuh sekitar 25 km. Dan 37 Km jika melewati jalur Sitiwinangun. 
Desa ini bernama Desa Karanganyar. Secara administratif terletak di Kec. Panguragan Kab. Cirebon. Merupakan desa pemekaran hari Desa Kroya pada tahun 1984. Setelah 33 tahun berdiri, kantor desa ini baru memiliki balai desa yang reperentatif sejak 2017. Termasuk Masjid jami disebelahnya yang kini berdiri kokoh dan megah. Secara resmi Bupati Cirebon Sunjaya kala itu meresmikannya.
Desa Karanganyar adalah satu dari sembilan desa berada di Kec. Panguragan. Gujeg, Kalianyar,  Kroya, Lemahtamba, Panguragan, Panguragan Kulon, Panguragan Lor, dan Panguragan Wetan. Sebagai desa pemekaran dari Desa Kroya, Potensi daerah ini adalah budidaya itik (bebek), produk telur asin, rongsok, pindang dan lain lain.
Pontensi desa yang dipimpin M. Yakub, SH itu terlihat sejak mamasuki sejumlah desa di Kec. Paguragan. Saat tim Asal Gowes Radar Cirebon akses jalan Panguragan dijumpai depot-depot barang bekas di kanan kiri sisi jalan. Tim bertolak dari kantor pukul 06.30. Menelusuri jalan Pemuda, Cipto dan jalan Wahidin Kota Cirebon. Melintasi Jalan Klayan hingga Pasar Celancang dan Desa Kraton Suranenggala Kab. Cirebon.
Setelah masuk wilayah Panguragan, tim rehat sesejak mamping ke warung rakyat. Melepas lelah, harus dan lapar, sambil menunggu personil rombongan tercecer di jalan. Bahkan ada satu personil, Bung Adrawi harus angkat bendera putih. Sepeda barunya terpaksa diangkut ke mobil sejak di awal Kota Cirebon. Ban belakang sepeda MTB pecah kala ditambah angin di perempatan lampu merah Jalan Wahidin.
Jalanan desa sekitar 5 km dari Suranenggala menunju Karanganyar terlihat hamparan hektaran sawah. Angin mengembus melawan arah para pegowes kuli tinta ini. Sesampai di halaman desa, rombongan disambut puluhan ibu-ibu. Mereka tengah asik berolahraga senam. Goyang kanan, goyang kiri. Lompat-lompat. Sejumlah penggowes pun langsung bergabung, berjoget bersama.
Disela senam, kuwu dan perangkat desa menyiapkan menu pembuka "ketan kelapa". Menjelang siang, rombongan disajikan makanan pedesan entog. Ditemani telor asin khas Panguragan. Dan buah-buahan penyegar suasana. 
Rombongan berkunjung di sentra produksi bebek. Menurut Kuwu Desa Karanganyar M. Yakub, SH desanya ditetapkan sebagai sentra bebek oleh pemerintah pusat. Sedikitnya ada empat kelompok tani di desanya. Tiap kelompok tani ada 15 anggota. Satu anggota memiliki ternak bebek sekitar 400 ekor. Produksi bebeknya banyak menyupai rumah dan warung makan. Baik berupa anakan bebek, dagingnya maupun telor asin.
Pada kesempatan itu rombongan singgah di sentra barang bekas (rongsok). Targetnya mencari "harta karun" frame atau sparepart sepeda. Hasilnya, sejumlah barang bekas berhasil digondol penggowes untuk dipercantik di Kota Cirebon. (*)

Januari 10, 2021

AKHIR PERJUANGAN GURU HONORER

Sabtu 9 Januari 2021, menjadi kabar perih bagi Agis dan Aurel. Orang tua tunggalnya meninggalkan keduanya di saat mereka masih sekolah SMP dan SMK. Namun perjuangan ayahnya,  untuk menghidupi mereka hingga "berdarah-darah".

***

Pa kabar Bos... Kata-kata itu kerap saya dengar setiap berjumpa Fian Heryanto. Berjumpa saat saya berkunjung ke sekolah tempat sarjana pendidikan (S.Pd) olahraga ini mengajar. Sekitar delapan tahun lalu, tercatat masih menjadi mahasiswa Universitas Majalengka. 
Entahlah apa yang mendorong Fian memanggil saya sebutan Bos. Yang jelas sekolah SMPM Lemahabang sudah dianggap rumah sendiri. Selain pernah mengajar di sana, juga saya alumni sekolah tersebut. Apalagi saya suami dari kepala sekolah dan hingga sekarang tercatat saya sebagai kader Muhammadiyah.
Usia warga Desa Cipeujeuh Wetan ini mengajar di SMP Muhammadiyah Lemahabang Kab. Cirebon sama lamanya dengan periode kepala sekolahnya. Kepala sekolah Riaya Andrianingsih, S.Pd menjabat dua periode memimpin SMPM, 2012 - 2016 dan 2016-2020.
Sekitar 2012 Fian awal mengajar, seiring bertugasnya Riaya menjadi kepala sekolah. Dan pada 9 Januari 2021, Fian mengakhiri karirnya sebagai guru bersamaan berakhirnya masa jabatan Riaya sebagai kepala sekolah. Fian dan Riaya keduanya keluar dari sekolah yang sama dalam usia yang sama 41 tahun.
Karir Fian sebagai guru boleh dibilang penuh lika liku. Berangkat dari staf tenaga kependidikan di SMPN 1 Lemahabang. Terlahir dari keluarga biasa, ia mencoba mengubah nasibnya melalui jalur pendidikan. Bersama teman lainnya, bapak dua anak ini bolak balik kuliah di Majalengka. Sekitar 82 Km dari rumahnya di belakang Kantor Desa Cipeujueh Wetan Kec. Lemahabang Kab Cirebon. 
Dalam perjalanan kuliahnya, Fian memilih pindah bertugas. Mengajar di SMPM Lemahabang. Atas rekomendasi Jamhari, guru senior di SMPN 1 Lemahabang, yang juga pengurus yayasan (PCM Lemahabang) kala itu. Mulai mengajar bersamaan hadirnya kepala sekolah baru, Riaya Andrianingsih.
Selama kepemimpinan Riaya, guru olahraga yang supel ini dipercaya menjadi wakil kepala sekolah bidang kesiswaan. Pengalamannya sebagai anggota dan pelatih Paskibraka Kec. Lemahabang sangat membantu amanah sekolah mengurus siswa. Pengalaman itu juga membuat Fian memiliki banyak kenalan, baik jajaran birokrasi hingga masyarakat biasa.
Cukup banyak program yang sukses dibantu oleh Fian. Seperti agenda tahunan penerimaan calon siswa baru, kemah, studi tour, latihan kepemimpinan siswa, acara perpisahan siswa kelas IX, lomba-lomba dan sebagainya. Fian memiliki andil cukup besar memajukan sekolah ini. Sekolah yang dulu sempat diwacanakan akan ditutup karena kekurangan siswa. Namun dibawah kepemimpinan Riaya dalam dua periode, sekolah ini jauh kebih baik performanya.
Karir hidupnya sempat menanjak sebelum hidupnya berakhir.  Pernah dicalonkan sebagai kepala sekolah menggantikan Riaya. Namun proses seleksi yayasan membuat Fian harus menerima keputusan lain. Rekan kerjanya, Abdul Haris Maulana akhirnya dipercaya sebagai kepala sekolah. Kendati harus melalui proses seleksi yang dramatis.
Selepas isterinya meninggal dunia, pola kehidupan Fian mulai tak tertata dan terarah. Isterinya wafat beberapa tahun silam dalam kecelakaan maut di  jalan tiga berlian Kota Cirebon. Sejak itu Fian harus menjalani kehidupan keluarganya sebagai single parent. Menjadi bapak sekaligus ibu bagi dua puterinya yang masih sekolah di SD. Beberapa kali mencari isteri pengganti namun kandas tak sampai ke kursi pelaminan.
Hidup tanpa isteri membuat Fian lebih bekerja keras mengurus dan menafkahi keluarganya. Beragam usaha sampingan ia lakukan demi sesuap nasi. Pendapatannya sebagai guru honor tak memadai. Apalagia Fian belum mendapatkan tunjangan profesi (sertifikasi) dari pemerintah.  Jam mengajarnya harus berbagi dengan rekan guru olahraganya, Euis Susilowati yang lebih senior mengajar di SMPM untuk diajukan sertifikasi.
Biar dapur tetap ngebul, anak-anak tetap sekolah Fian bekerja serabutan. Kadang jadi tukang ojeg, berjualan buku di pasar malam hingga menjadi wasit lomba dan pertandingan olahraga dari desa ke desa seperti sepakbola, bulutangkis dan lainnya.
Kesehatan Fian mulai terganggu sejak sepeninggal isterinya. Kecelakaan berkendara motor, membuat Fian mengalami gangguan di kepalanya. Namun kerap.tidak dirasa karena kesibukannya, karena keterbatasan ekonominya. Tangannya pun pernah patah dalam kecelakaan motor beda waktu hingga cacat. 
Beberapa kali Fian menjalani perawatan, baik di rumah maupun di rumah sakit dengan beragam keluhan. Hingga penyakit stroke menghampirinya. Selama dirawat di rumah sakit, puteri pertamanya yang banyak menunggu. Sakit terakhir inilah  Fian sudah menyerah menjalani hidup. Ia pasrah. Kepada anak pertamanya, ia pamitan. Ia minta Agis menjaga adiknya yang masih sekolah di SMP. 
Suasana ini memecahkan histeri tangisan. Agis tetap tak sanggup memenuhi permintaan ayahnya. Apalagi dia perempuan, masih sekolah di SMK kelas dua. Merasa tak sanggup harus melanjutkan nahkoda rumah tangga seorang diri membawa adiknya, Aurel. Namun beruntung, teman-teman almarhum, sekolahnya, ikutserta sedikitnya membantu. Termasuk saat perawatan sakit hingga  pemakaman. Iring-iringan jazadmu ke pemakaman menjadi bukti bahwa engkau diakui orang baik.
Innalillahi wainnailahi rojiuun. Selamat jalan kawan. Yakinlah pengampunan Allah Swt jauh lebih besar atas kesalahan dan dosamu. Semoga engkau damai dan tenang di alam sana. Insha Allah kebaikanmu, perjuanganmu mendidik, mengajar dan membimbing siswa akan dicatat sebagai amal jariyah. Sekolah yang engkau ikut membesarkan tak akan melupalan jasamu. Selamat jalan bos... (denyrochman)