SELAMAT DATANG DI WEBLOG DENY ROCHMAN. MARI KITA BANGUN PERADABAN INI DENGAN CINTA DAMAI UNTUK MASA DEPAN LEBIH BAIK

Januari 10, 2021

AKHIR PERJUANGAN GURU HONORER

Sabtu 9 Januari 2021, menjadi kabar perih bagi Agis dan Aurel. Orang tua tunggalnya meninggalkan keduanya di saat mereka masih sekolah SMP dan SMK. Namun perjuangan ayahnya,  untuk menghidupi mereka hingga "berdarah-darah".

***

Pa kabar Bos... Kata-kata itu kerap saya dengar setiap berjumpa Fian Heryanto. Berjumpa saat saya berkunjung ke sekolah tempat sarjana pendidikan (S.Pd) olahraga ini mengajar. Sekitar delapan tahun lalu, tercatat masih menjadi mahasiswa Universitas Majalengka. 
Entahlah apa yang mendorong Fian memanggil saya sebutan Bos. Yang jelas sekolah SMPM Lemahabang sudah dianggap rumah sendiri. Selain pernah mengajar di sana, juga saya alumni sekolah tersebut. Apalagi saya suami dari kepala sekolah dan hingga sekarang tercatat saya sebagai kader Muhammadiyah.
Usia warga Desa Cipeujeuh Wetan ini mengajar di SMP Muhammadiyah Lemahabang Kab. Cirebon sama lamanya dengan periode kepala sekolahnya. Kepala sekolah Riaya Andrianingsih, S.Pd menjabat dua periode memimpin SMPM, 2012 - 2016 dan 2016-2020.
Sekitar 2012 Fian awal mengajar, seiring bertugasnya Riaya menjadi kepala sekolah. Dan pada 9 Januari 2021, Fian mengakhiri karirnya sebagai guru bersamaan berakhirnya masa jabatan Riaya sebagai kepala sekolah. Fian dan Riaya keduanya keluar dari sekolah yang sama dalam usia yang sama 41 tahun.
Karir Fian sebagai guru boleh dibilang penuh lika liku. Berangkat dari staf tenaga kependidikan di SMPN 1 Lemahabang. Terlahir dari keluarga biasa, ia mencoba mengubah nasibnya melalui jalur pendidikan. Bersama teman lainnya, bapak dua anak ini bolak balik kuliah di Majalengka. Sekitar 82 Km dari rumahnya di belakang Kantor Desa Cipeujueh Wetan Kec. Lemahabang Kab Cirebon. 
Dalam perjalanan kuliahnya, Fian memilih pindah bertugas. Mengajar di SMPM Lemahabang. Atas rekomendasi Jamhari, guru senior di SMPN 1 Lemahabang, yang juga pengurus yayasan (PCM Lemahabang) kala itu. Mulai mengajar bersamaan hadirnya kepala sekolah baru, Riaya Andrianingsih.
Selama kepemimpinan Riaya, guru olahraga yang supel ini dipercaya menjadi wakil kepala sekolah bidang kesiswaan. Pengalamannya sebagai anggota dan pelatih Paskibraka Kec. Lemahabang sangat membantu amanah sekolah mengurus siswa. Pengalaman itu juga membuat Fian memiliki banyak kenalan, baik jajaran birokrasi hingga masyarakat biasa.
Cukup banyak program yang sukses dibantu oleh Fian. Seperti agenda tahunan penerimaan calon siswa baru, kemah, studi tour, latihan kepemimpinan siswa, acara perpisahan siswa kelas IX, lomba-lomba dan sebagainya. Fian memiliki andil cukup besar memajukan sekolah ini. Sekolah yang dulu sempat diwacanakan akan ditutup karena kekurangan siswa. Namun dibawah kepemimpinan Riaya dalam dua periode, sekolah ini jauh kebih baik performanya.
Karir hidupnya sempat menanjak sebelum hidupnya berakhir.  Pernah dicalonkan sebagai kepala sekolah menggantikan Riaya. Namun proses seleksi yayasan membuat Fian harus menerima keputusan lain. Rekan kerjanya, Abdul Haris Maulana akhirnya dipercaya sebagai kepala sekolah. Kendati harus melalui proses seleksi yang dramatis.
Selepas isterinya meninggal dunia, pola kehidupan Fian mulai tak tertata dan terarah. Isterinya wafat beberapa tahun silam dalam kecelakaan maut di  jalan tiga berlian Kota Cirebon. Sejak itu Fian harus menjalani kehidupan keluarganya sebagai single parent. Menjadi bapak sekaligus ibu bagi dua puterinya yang masih sekolah di SD. Beberapa kali mencari isteri pengganti namun kandas tak sampai ke kursi pelaminan.
Hidup tanpa isteri membuat Fian lebih bekerja keras mengurus dan menafkahi keluarganya. Beragam usaha sampingan ia lakukan demi sesuap nasi. Pendapatannya sebagai guru honor tak memadai. Apalagia Fian belum mendapatkan tunjangan profesi (sertifikasi) dari pemerintah.  Jam mengajarnya harus berbagi dengan rekan guru olahraganya, Euis Susilowati yang lebih senior mengajar di SMPM untuk diajukan sertifikasi.
Biar dapur tetap ngebul, anak-anak tetap sekolah Fian bekerja serabutan. Kadang jadi tukang ojeg, berjualan buku di pasar malam hingga menjadi wasit lomba dan pertandingan olahraga dari desa ke desa seperti sepakbola, bulutangkis dan lainnya.
Kesehatan Fian mulai terganggu sejak sepeninggal isterinya. Kecelakaan berkendara motor, membuat Fian mengalami gangguan di kepalanya. Namun kerap.tidak dirasa karena kesibukannya, karena keterbatasan ekonominya. Tangannya pun pernah patah dalam kecelakaan motor beda waktu hingga cacat. 
Beberapa kali Fian menjalani perawatan, baik di rumah maupun di rumah sakit dengan beragam keluhan. Hingga penyakit stroke menghampirinya. Selama dirawat di rumah sakit, puteri pertamanya yang banyak menunggu. Sakit terakhir inilah  Fian sudah menyerah menjalani hidup. Ia pasrah. Kepada anak pertamanya, ia pamitan. Ia minta Agis menjaga adiknya yang masih sekolah di SMP. 
Suasana ini memecahkan histeri tangisan. Agis tetap tak sanggup memenuhi permintaan ayahnya. Apalagi dia perempuan, masih sekolah di SMK kelas dua. Merasa tak sanggup harus melanjutkan nahkoda rumah tangga seorang diri membawa adiknya, Aurel. Namun beruntung, teman-teman almarhum, sekolahnya, ikutserta sedikitnya membantu. Termasuk saat perawatan sakit hingga  pemakaman. Iring-iringan jazadmu ke pemakaman menjadi bukti bahwa engkau diakui orang baik.
Innalillahi wainnailahi rojiuun. Selamat jalan kawan. Yakinlah pengampunan Allah Swt jauh lebih besar atas kesalahan dan dosamu. Semoga engkau damai dan tenang di alam sana. Insha Allah kebaikanmu, perjuanganmu mendidik, mengajar dan membimbing siswa akan dicatat sebagai amal jariyah. Sekolah yang engkau ikut membesarkan tak akan melupalan jasamu. Selamat jalan bos... (denyrochman)