Oleh :
Deny Rochman
Gerakan literasi sekolah itu bagaikan api. Api itu akan menjadi berkah
atau musibah bergantung dari bagaimana para stakeholder di dalamnya
memanfaatkan api tersebut. Jika api kecil tersebut dibiarkan di satu tempat,
maka perlahan ia akan padam. Jika api itu membesar di satu titik, maka ia akan
membakar semua orang di sekitarnya. Api akan bermanfaat bagi kehidupan manakala
api kecil itu kian membesar dan dijaga dengan baik lalu menyebar ke segala arah
akan mampu menerangi seluruh alam.
Semangat api literasi itu sudah dinyalakan sejak program Gerakan
Literasi Sekolah (GLS) digulirkan pemerintah tahun 2015. Di Jawa Barat, program
serupa berpayung hukum Permendikbud No. 23 Tahun 2015 tersebut mulai berjalan
massif pada tahun 2016 melalui program West Java Leader’s Reading Challenge
(WJLRC). Program literasi yang dirintis sejak tahun 2012 oleh para guru alumni
pelatihan di Adelaide Australia.
Pemerintah Jawa Barat melalui Dinas Pendidikan secara marathon
menyiapkan sumber daya manusia (SDM) dalam mengawal GLS di Jawa Barat. Tidak
kurang dari 300 guru penggerak disiapkan dari masing-masing daerah. Sebanyak
2.600 peserta dari 600 SD dan 700 SMP dilibatkan sebagai sekolah perintis GLS
di masing-masing sekolah. Mereka terdiri dari guru dan kepala sekolah yang
diundang dalam workshop literasi dalam 26 angkatan secara bertahap dari 27 Juli
– 20 Agustus 2016. Kegiatan workshop menyebar di enam daerah seperti Bandung,
Cianjur, Cirebon, Kuningan, Garut dan Pangandaran.
Memang jumlah sekolah yang dilibatkan masih kecil dibandingkan jumlah
sekolah SD dan SMP di Jawa Barat. Berdasarkan pernyataan Kabid Dikdas Dinas
Pendidikan Jawa Barat, jumlah SD di wilayahnya mencapai 20 ribu sekolah,
sementara jumlah SMP sebanyak 5000 sekolah. Sekalipun realif kecil namun jumlah 2.600
peserta didukung kekuatan 300 guru penggerak dan 29 fasilitator atau nara
sumber yang ada, kekuatan itu sudah cukup bagus sebagai kader literasi asalkan
mereka berjiwa militant.
Sesuai planning, Dinas Pendidikan Jawa Barat akan menargetkan
penyebaran “virus literasi” ke penjuru sekolah di wilayahnya hingga tahun 2020.
Namun lagi-lagi hingga tahun tersebut diperkirakan tidak semua sekolah akan
tersentuh program yang diharapkan Kadisdik DR Asep Hilman, M.Pd terjangkit
“Sakaw Literasi”. Selain timing yang pendek, juga terbatasnya jumlah anggaran
untuk mengcover seluruh sekolah di Jawa Barat.
Di tengah keterbatasan yang ada, maka diperlukan strategi yang jitu
dalam menggoalkan program literasi di sekolah-sekolah. Semangat api literasi
yang dinyalakan oleh para fasilitator atau nara sumber selama workshop
bagaimana bisa secara konsisten berkelanjutan sehingga mampu melahirkan
gelombang tsunami literasi, meminjam istilah baru Kadisdik Jawa Barat. Paling
tidak ada lima factor dalam mendukung strategi pencapaian gerakan literasi
sekolah.
Factor yang mendukung strategi pencapaian GLS melalui program WJLRC
antara lain komitmen (commitment), kompetensi (competency),
komunikasi (communication), kerja tim (team work)dan pengawasan (control).
Apabila factor-faktor tersebut tidak berjalan beriringan akan berdampak kurang
maksimalnya pencapaian tujuan men-sakaw-kan literasi di Jawa Barat.
Komitmen itu adalah sebuah janji bagi pelakunya dalam melakukan
tindakan yang nyata dalam mendukung suksesnya program literasi. Kompetensi
menjadi bagi penting berikutnya, karena sebuah kerjaan jika ditangani oleh
bukan ahlinya akan berujung pada kehancuran. Nah untuk menjaga komitmen dan
komunikasi tersebut, pemanfaatan media seperti telepon, SMS, media sosial
menjadi kebutuhan untuk menjaga semangat api literasi.
Faktor diatas bisa dilakukan apabila sudah terbentuk team work yang
solid. Dengan kerja tim maka akan terbentuk pembagian kerja yang merata, satu
dengan yang lainnya bertanggung jawab dan merasa memiliki program. Proses itu
akan diperkuat dengan tahapan kontroling atau pengawasan berupa monitoring dan
evaluasi (monev) agar dinamika organisasi masih berjalan di rel yang sesuai
dalam mencapai tujuan bersama.
Dengan kekuatan komunikasi dan informasi baik langsung (tatap muka) maupun
tidak langsung (media perantara) akan menjaga semangat literasi terus menyala. Salam
literasi…. (*)
*) Penulis adalah pegiat literasi asal kota Cirebon