Oleh :
Deny Rochman, S.Sos.,
M.Pd.I
Gerakan literasi akan
merambah ke kota Cirebon. Rencananya Walikota Cirebon Drs Nasrudin Azis, SH akan
mendeklarasikan gerakan literasi berbarengan peringatan Hari Pendidikan
Nasional 2 Mei 2016 ini. Bahkan di depan guru-guru penggiat literasi saat audiensi
belum lama ini, pihaknya berkomitmen menyukseskan program mencerdaskan anak
bangsa dengan menganggarkan dalam APBD.
Kendati kota Cirebon
bukan kota pertama dalam membudayakan literasi. Pemerintah melalui Mendikbud
Anis Baswedan telah melaunching program literasi pada 18 Agustus 2015 di
Jakarta. Program tersebut seiring dikeluarkannya Permendikbud
Nomor 21 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Tujuannya untuk
membiasakan dan memotivasi siswa agar mau membaca dan menulis guna menumbuhkan
budi pekerti.
Di tingkat Jawa Barat, gerakan
literasi sudah digagas lebih awal tahun 2014. Program diberi nama West Java
Leader’s Reading Challenge (WJLRC) dipelopori guru-guru alumni Adelaide
Australia. Tiga sekolah di Kota Cirebon, SMP Negeri 1 dan SMP Negeri 2 dan SD
Negeri Kalijaga, adalah sekolah-sekolah pilot project dari program adopsi dari
negara kanguru tersebut.
Jika rencana itu terwujud
ada sebuah harapan besar mutu pendidikan kota Cirebon akan membaik. Pada gilirannya
nanti sumber daya manusia kota ini kian berkualitas. Sebuah mimpi lama untuk
mendongkrak ranking bangsa ini yang tertinggal jauh dari bangsa-bangsa lain. Data
hasil penelitian Programme for International Student Assessment (PISA) pada tahun 2012 misalnya, 65
negara yang diteliti Indonesia berada di urutan ke-64.
Kota Cirebon sebagai
bagian dari bangsa Indonesia menunjukkan fenomena rendahnya budaya literasi di
kalangan masyarakat. Kondisi ini karena sejak lama bangsa ini terbiasa sebagai
bangsa pendongeng, cerita dan mendengarkan. Sementara budaya membaca dan
menulis jauh dari kebiasaan masyarakat kita. Terperparah lagi realitas kekinian
perkembangan teknologi gadget, program televisi, computer, handphone berbasis
internet melumpuhkan day abaca dan menulis generasi usia sekolah.
KOTA PELAJAR
Gerakan literasi jika
dilakukan secara massif dan sistematis bukan tidak mungkin kota Cirebon akan
menjadi kota pelajar. Terlebih master plan Pemprov Jawa Barat menjadikan Kota
Cirebon sebagai kota Metropolitan sesuai Perda Nomor 12 Tahun 2014. Sebuah kota
dengan mobilitas sosial, pertumbuhan ekonomi dan dinamika penduduknya yang
tinggi.
Ketika Cirebon sebagai
kota Metropolitan maka kota ini akan menjadi kota kunjungan dari luar, termasuk
bangsa asing. Baik kunjungan untuk keperluan usaha bisnis, kedinasan maupun
untuk menimba ilmu bagi pelajar dan mahasiswa. Salah satu indikator bagi sebuah
kota berpredikat kota pelajar.
Memang jika dibandingkan
Yogyakarta, secara kuantitas dan kualitas pendidikan di kota Cirebon berbeda
jauh untuk disebut sebagai kota pelajar yang memiliki banyak sekolah dan
perguruan tinggi dan tingkat kualitas lulusannya jempolan. Tetapi potensi infratruktur,
budaya, SDM, ekonomi, yang dimiliki kota Cirebon sangat mungkin kota ini
menjadi kota pelajar, seperti kota-kota lainnya yang kualitas pendidikannya
lebih baik.
Dari tahun ke tahun
jumlah sekolah dan perguruan tinggi di kota Cirebon terus bertambah, apalagi di
era otonomi daerah. Sekalipun perguruan tinggi negeri boleh dibilang sangat
minim di kota ini, sehingga Pemerintah Jawa Barat berencana membangun PTN di Cirebon.
Universitas Swadaya Gunung Jati yang digadang-gadang akan beralih status
kenegerian, pada akhirnya belum terwujud hingga kini.
Seperti Yogyakarta,
kota Cirebon juga memiliki indicator banyak memiliki kaum intelektual, seniman
dan budayawan. Sayangnya mereka banyak bertebaran ke sejumlah kota di Indonesia
bahkan di luar negeri. Potensi budaya Cirebon dengan beragam keunikannya akan
menjadi magnet orang luar untuk datang ke kota Cirebon, termasuk pelajar dan
mahasiswanya untuk bersekolah dan kuliah.
TANTANGAN
Gerakan literasi yang dicanangkan
Walikota pada 2 Mei mendatang harus menjadi momentum kebangkitan pendidikan di
kota Cirebon. Keberhasilan gerakan kultural tersebut harus mendapat dukungan
luas oleh seluruh lapisan masyarakat. Semua pihak melakukan sinergitas terhadap
program tersebut, mulai sekolah, keluarga, perguruan tinggi, pemerintah, pelaku
usaha dan tokoh masyarakat disemua bidang.
Menjadikan Cirebon sebagai
kota pelajar harus memberikan ruang seluas-luasnya terhadap pengembangan budaya
literasi atau intellectual habit. Seperti terdapat perpustakaan yang lengkap, nyaman
dan aman, maraknya forum-forum ilmiah, bermunculan took-toko buku, membudayanya
menulis gagasan, tersedianya buku-buku bacaan ditempat-tempat umum dan tempat
tunggu, serta mengurangi sarana televisi.
Membiasakan membaca
dan menulis ala gerakan literasi sejak dini akan menciptakan kualitas lulusan
sekolah dan perguruan tinggi di kota ini. Anak ditarget untuk membaca buku
dalam waktu tertentu, kemudian isi buku yang mereka baca diulas kembali dalam
bentuk tulisan. Mereka yang berhasil mencapai target akan diberikan reward
sehingga membangkitkan motivasi literasi bagi anak.
Peran orang tua dan
guru dalam gerakan ini menjadi penting. Tidak mungkin anak akan keranjingan
membaca dan menulis jika orangtuanya tidak mendukung penuh dari sisi
pengawasan, dorongan dan pengadaan buku-buku bacaan di rumah. Begitu juga dengan
guru-gurunya, jika mereka tidak cinta ilmu, malas baca, tidak mau menulis
sangat mustahil gerakan literasi terwujud.
Maka kewajiban guru
melakukan penelitian tindakan kelas, mengikuti seminar, workshop, pelatihan dan
lainnya, menulis karya ilmiah popular adalah sebuah proses pembelajaran dalam
mendukung program literasi.
Pada sisi kebijakan, Pemerintah
dan Dinas Pendidikan memberikan anggaran khusus pelaksanaan program literasi
tersebut. Guru-guru pendamping diberikan bimbingan teknis pelaksanaan program,
diberikan teknik membaca cepat dan teknik menulis. Memperbaiki sarana
perpustakaan sekolah-sekolah hingga menggelar berbagai lomba dan reward siswa
berprestasi di bidang literasi.
Pemerintah mulai
kembali menata sistem pendidikan di kota Cirebon dengan baik. Seperti penataan
pola rekuitmen kepala dinas, kepala sekolah dan guru. Mekanisme regulasi penerimaan
siswa baru sesuai aturan. Memudahkan akses pendaftaran siswa baru berprestasi
dari luar kota. Meringankan biaya pendidikan dan biaya hidup di kota Cirebon. Mengirimkan
putera puteri terbaik daerah dikuliahkan di dalam atau pun luar negeri. Semoga!
(*)
*) Penulis adalah penggiat gerakan literasi kota Cirebon