Oleh :
Deny Rochman, S.Sos., M.Pd.I
Perhelatan Musyawarah Daerah Muhammadiyah Kab. Cirebon baru saja selesai
pada Ahad 24 April 2016 dini hari pukul 01.00 WIB di Convention Hall
Universitas Muhammadiyah Cirebon (UMC). Ada
banyak hal yang menarik untuk dicermati dan disikapi dalam Musyda kali ini,
sehubungan dengan banyak harapan dan cita-cita Muhammadiyah kab. Cirebon ke
depan harus lebih baik lagi dari periode sebelumnya.
Alhamdulillah dalam acara Musdya kali ini saya berkesempatan penuh
mengikuti fase kegiatan hampir seluruhnya. Mulai tercatat sebagai panitia seksi
media informasi, merangkap sebagai tim pengamanan Musyda, tim kreasi seni
atraksi Tapak Suci Putera Muhammadiyah hingga sebagai peserta Musyda dari unsur
Ortom.
Kendati saya sudah mengikuti Musyda serupa sudah dua kali sebelumnya.
Pertama, pada saat di gedung Islamic Centre Tuparev Kab. Cirebon menghasilkan
kepemimpinan Drs. H. Ahmad Affendi, M.Ag. Kedua, Musyda di kampus Akper Muhammadiyah
Kab. Cirebon menghasilkan kepemimpinan Drs. Ahmad Dahlan, M.Ag.
Selain proses persidangan, ada juga kegiatan pra Musyda yang dilakukan oleh panitia Musda PDM, Aisiyah dan Angkatan Muda Muhammadiyah. Kegiatan AMM berupa Talkshow tentang Membumikan Islam Berkemajuan dalam Konteks Kecirebonan: Mengurai Peta Dakwah Persyarikatan pada 20 April 2016 bertempat di SMK Muhammadiyah Kedawung. Saya hadir sebagai moderator (host) mengarahkan empat pembicara dari unsur PDM, budayawan dan dua dari AMM.
Musyda tahun 2016 ini dengan dua Musyda memiliki perbedaan bagi saya. Jika
dua Musyda sebelumnya saya tercatat sebagai bakal calon formatur pimpinan PDM,
sedangkan tahun 2016 saya hanya peserta biasa dan panitia dari unsur Ortom
Tapak Suci. Dua Musyda sebelumnya saya mewakili unsur PCM Lemahabang kab.
Cirebon karena selain masih menjadi pengurus aktif PCM disana, juga domisili tempat
tinggal kala itu masih di Desa Lemahabang Kulon kec. Lemahabang dan Desa
Banjarwangunan Kec. Mundu kab. Cirebon.
Sementara Musyda 2016 ini domisili sudah berpindah ke kota Cirebon, satu syarat
yang menggugurkan saya sebagai bakal calon formatur sesuai AD ART organisasi
Muhammadiyah. Sekalipun sejumlah pihak berharap kepada saya untuk melanggeng
dalam bursa pencalonan formatur kepengurusan PDM kab. Cirebon 2015-2020. Secara
pribadi, menjadi dan tidak pimpinan bukan persoalan penting. Yang lebih penting
adalah kemampuan kita bisa memberikan kontribusi bagi kemajuan Muhammadiyah ke
depan, apapun posisi kita.
Tiga Musyda yang saya lalui, saya masuk dalam unsur pembantu majelis. Pada
masa kepemimpinan Drs H Ahmad Effendi, M.Ag, saya masuk unsur Litbang di
Majelis Kesehatan bersama ketua majelis Bapak Syam’ani Muksin (asal PCM
Lemahabang). Pada periode kepimpinan Drs Ahmad Dahlan, M.Ag saya diminta
memperkuat Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) dengan ketua majelis Drs H
Chafiduddin. Masuknya saya di posisi dua majelis tersebut alasannya karena
kompetensi saya berlatar belakang jurnalis Koran Radar Cirebon.
Masih karena alasan sebagai jurnalis, saya diamanati sebagai pimpinan
Majalah Aktualita, unit usaha MPI. Majalah remaja dengan segmen pembaca anak
pelajar, khususnya siswa sekolah Muhammadiyah kab. Cirebon. Fase berikutnya
saya diminta oleh ketua PDM untuk memperkuat jajaran Majelis Dikdasmen, karena
alasan saya adalah seorang guru, memiliki ketrampilan beladiri dan pernah
mengikuti pelatihan guru di Australia.
Di Majelis Pendidikan ini memang benar dinamikanya sangat kuat daripada
saya berada di Majelis Pustaka. Dinamika inilah yang kemudian saya terpental sebagai
sekretaris Majelis Dikdasmen dipindahkan ke Lembaga Seni Budaya dan Olahraga (LSBO)
sebagai ketua. Namun bersyukur, dalam kurun waktu delapan bulan di Dikdasmen
terasa sudah begitu banyak, kendati belum optimal, upaya penataan dan
pembenahan sistem pendidikan di Muhammadiyah.
…..Bersambung : PANITIA MUSYDA TERJEBAK FORMALITAS MEMBELENGGU