Apa kabar guru alumni Adelaide
Australia ? Tidak terasa sudah beberapa tahun pelatihan itu berlalu dlm
kehidupan kita. Nyaris tak ada yang tersisa selain kenangan foto, video atau
copian materi dr negeri kanguru tsb. Atau cerita2 indah masa menjelajah di negeri
1000 gereja itu yg tanpa sadar sering kita putar berkali-kali kepada kolega,
tetangga dan sanak saudara.
Apa yang kita lakukan setelah pelatihan itu? Tentu saja kita kembali ke sekolah, menjalani rutinitas sebagai pendidik dan pengajar. Guru tetap guru, walau siswanya bertebaran menjadi banyak profesi. Mereka yang masih punya spirit perubahan. Mereka yang masih punya sisa semangat maju dan berkembang. Mereka yang masih terselip kepedulian terhadap kemajuan pendidikan. Mereka berusaha untuk geliat, bangkit dan bila mungkin bergerak dan berkembang.
Sudah banyak program yang digagas. Tapi tidak sedikit yang kandas ditengah jalan atau malah tidak berkutik sama sekali dengan segudang alasan yang dicari. Kesibukan dan dana biasanya menjadi biang kerok penyebabnya. Di Kota Cirebon pernah digagas Workshop Guru. Tak tanggung-tanggung mendatangkan nara sumber dari "Australia blasteran". Maksude, orang indo yang lagi mukim sesaat di Adelaide. Bang Tomy Bawulang.
Cirebon juga pernah menggagas adanya Majalah Pendidikan. Disepakati namanya Majalah Pusaka. Untuk ide ini dikawinkan dengan beberapa kawan lain lintas mapel. Namun embrio tersebut belum berbuah manis, malah belum terasa apapun karena belum terwujud. Workshop guru akhirnya tidak terlaksana karena satu lain hal yang menjadi kendala.
Tentu ini bukan kegagalan, tetapi lebih tepatnya kesuksesan yang tertunda (hehe...ngeles.com). Pasalnya masih ada peluang untuk berkembang dan maju. Asalkan penyatuan energi kawan2 alumni adeliade lebih cepat sehingga menjadi powerfull.
Di level Jawa Barat, para elit alumni tergerak merumuskan program masa depan. Momentum temu alumni Adeliade di sebuah sekolah swasta kab. Bandung disepakati dibentuk dua wadah organisasi. Satu berwajah yayasan, yang satu organisasi seperti ikatan alumni (IKA). Namun hingga kini geliat program dua media aktualisasi alumni adelaide itu belum nampak "jenis kelaminnya".
Bersyukur kita punya "sang provokator" seperti Bu Mia Damayanti dan Pak Ésép Muhammad Zaini. Paling tidak dua orang ini yang saya kenal paling getol menggarap program2 untuk guru-guru alumni Adelaide. Jika ada kawan lain yang belum terekam dalam ingatan saya, saya mohon dimaafkan. Semoga kita doakan amal baik keduanya diterima disisi Allah Swt. Aamiin. Alfatihah.... Semoga kawan2 yang masih punya energi kekuatan memajukan pendidikan diberikan kesehatan dan keselamatan serta rejeki yang berlimpah. Aaamin....
Dua nama diatas boleh dibilang menjadi motor penggerak perberdayaan guru-guru di Jawa Barat. Ibu Mia dengan gerakan literasinya, dengan brand product "THE PIONEER-West Java LEADER'S READING CHALLENGE." Sementara Pak Esep dengan tubuh kecilnya masih lincah mendorong Majalah Guneman. Kedua program ini masih terlihat nafasnya, Bahkan untuk gerakan literasi belakangan nafasnya terdengar kencang, hingga terengah-engah, tergopoh-gopoh.
Ibu Mia, dalam akun facebooknya terus atraktif menyampaikan gagasan dan programnya dengan menggandeng sejumlah pihak. Beberapa program berhasil goal, satu diantaranya yang akan dilaunching adalah gerakan literasi ke 1300 sekolah di Jawa Barat. Ajib!! Pak Esep dan crewnya masih manteng di channel yang sama dengan gerakan guru melek nulis. Nulis karya ilmiah, nulis penelitian tindakan kelas, nulis berita dan artikel. Virus perubahan itu merembes hingga ke daerah-daerah. Walau Kota Cirebon belum pernah kebagian jatah road show.
Huffff…..dua program saja sudah
mengguncang Jawa Barat, apalagi kalau banyak program bisa mengguncang Indonesia
bahkan Australia kali yah. Tidak mustahil itu dilakukan oleh alumni Adeliade
yang jumlahnya sampai ratusan guru seluruh angkatan. Jika seluruh energi
guru-guru disatukan maka akan menjadi kekuatan baru dalam dunia pendidikan di
daerah-daerah di Jawa Barat. “Guru Bersatu Tak Bisa Dikalahkan!!”
Walaupun awalnya beragam motivasi
guru ke Adelaide. Pergi kesana karena tugas dari program rintisan sekolah internasional
(RSBI), ada yang pergi kesana karena berniat berguru, ada yang hoki karena
coba-coba malah lulus, tetapi banyak juga yang serius berguru dan mengembangkan
ilmunya di daerah dan di Jawa Barat. Apapun niat awal tidak kemudian
membatalkan semangat kawan2 untuk melakukan perubahan di daerah sendiri.
Tidak banyak guru yang merasakan
suka duka tinggal di kota Adelaide Australia. Tidak semua guru seumur hidupnya
bisa naik pesawat terbang. Walau sekarang guru banyak rejeki, tapi bingung
kalau naik pesawat tujuannya kemana. Hanya sedikit guru yang bisa tidur dan
makan bareng dengan di rumah bule. Hanya guru-guru pilihan yang bisa menikmati
rejeki ilmu, dolar, teman dan refreshing. Nah kita sebagai alumni masih kurang
afdol jika ilmu kita tidak diamalkan.
Kenal dengan orang bule Adeliade
merupakan modal dasar gerakan IKA di Jawa Barat. Modal ini mestinya harus
dipupuk terus hingga bermunculan tunas, cabang dan ranting. Harus melahirkan
satu program menjadi dua bertambah tiga belanjut jadi empat, lima, enam dan
semakin banyak. Network dan connection itu mahal. Siapa tahu diantara kita ada
yang berpeluang melanjutkan S2 atau bahkan S3 ke Adelaide. Tong susah cari
teman baru, atau menghapal jalan-jalan disana.
Di tingkat daerah perlu dibentuk ikatan alumni adelaide secara sistematis dan terorganisir. Organisasi ini bisa menjadi mitra kerja bagi organisasi lain seperti PGRI, bimbel, atau lainnya bahkan dengan pemerintah setempat. Program organisasi ini bisa juga membentuk dan menghidupkan kegiatan siswa seperti english club poros Australia.
Pernah ke Australia boleh menjadi
kebanggaan kita. Namun kebanggan itu tidak hanya berhenti dalam cerita kisah 90
hari di Adelaide. Kebanggan itu harus terwujud dari pola pikir dan pola
tindakan kita. Harus ada perubahan pada guru-guru alumni Adelaide. Yang tidak
tahu menjadi tahu. Yang sudah tahu bertambah tahu. Yang “belum bisa” bahasa Australia,
menjadi bisa. Yang sudah bisa menjadi mahir. Yang sudah ke Adelaide ke Adelaide
lagi, minimal ke luar negeri, sekalipun negara tetangga sebelah atau minimal
naik haji ke Mekkah. Semoga….
Cirebon,
23 Maret 2016
*) Deny Rochman adalah Guru SMP Negeri 4 Kota Cirebon,
pernah
mencicipi “Surga Adelaide” tahun 2013