Presiden Joko Widodo mengingatkan guru-guru agar waspada
terhadap kemungkinan bangsa asing untuk memecah belah dan melemahkan bangsa
Indonesia. Untuk itu pihaknya berharap agar guru-guru bisa menyampaikan kepada
peserta didiknya perlunya memahami keanekaragaman bangsa Indonesia, mengenal
nilai-nilai karakter bangsa dan bisa berlaku sopan santun dan bertetika dalam
memanfaatkan media sosial.
Hal itu disampaikan Presiden Joko Widodo di depan ribuan
guru dalam acara puncak peringatan Hari Guru Nasional tahun 2016 di Sentul
Bogor, Minggu (27/11). Presiden didampingi oleh Ibu Negara, Menteri Kabinet Kerja
dan ratusan undangan lainnya. Peserta yang hadir adalah guru-guru peserta lomba
dan penerima penghargaan dari Kemdikbud serta belasan undangan organisasi
profesi dan pihak terkait.
Menurut mantan Walikota Solo ini pihaknya sadar bahwa di era
terbuka informasi bangsa Indonesia tidak
bisa menghambat dengan cara apapun. Satu-satunya jalan dengan mengisi anak-anak
Indonesia dengan kepribadian dan karakter asli bangsa. Pihaknya mencontohkan
karkter buruk yang berkembang di media sosial dalam dua bulan terakhir. Disana ada
saling menghujat, saling menjelekan, saling fitnah, memaki, mengadu domba antar
anak bangsa yang merupakan bukan karakter nilai bangsa Indonesia.
“Inilah tugas bapak ibu guru untuk memberi tahu ke anak
didik kita, jika itu bukan karakter bangsa kita. Hati-hati hal itu bisa
pengaruh asing negara kita dengan cara memecah belah dan melemahkan bangsa kita,”
ujar Presiden. Dalam kesempatan itu selaku Presiden pihaknya menyampaikan
Selamat Hari Guru Nasional kepada guru-guru di Indonesia. Selama sambutan kepala negara itu sering
disambut tepuk tangan oleh peserta yang hadir.
Presiden juga menegaskan perlunya guru-guru menyampaikan
pemahaman kepada para siswanya bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang
majemuk. Bangsa yang memiliki 17 ribu pulau, 516 kabupaten/kota, 34 provinsi, 700 suku dan 1100 bahasa lokal. Presiden
menegaskan tidak ada di negara manapun di seluruh dunia yang memiliki keragaman
seperti bangsa Indonesia.
"Saya bisa menyampaikan ini, bisa merasakan karena saya
sudah datang di ujung barat, di titik nol, di Sabang, Aceh. Kemudian di ujung
timur, di Merauke. Kemudian paling utara, di Pulau Miangas yang jaraknya 12 jam
dari Manado. Saya presiden pertama yang datang ke sana. Pulaunya kecil. Hanya
dihuni kurang lebih 800 orang," imbuhnya bahwa perbedaan itu dianugerahkan
Allah Swt yang harus dijaga dan dipelihara.
Pada bagian lain, Presiden meminta guru-guru menyampaikan
nilai-nilai karakter bangsa Indonesia. Nilai-nilai
tersebut seperti etika, kejujuran, kedisiplinan, optimisme, kerja
keras dan lainnya. Etika dalam berbicara, menghormati guru, orangtua, seniornya.
Hal itu perlu dilakukan sejak pendidikan usia dini, sekolah dasar sampai ke
pendidikan tinggi. Pendidikan nilai tersebut merupakan pendidikan dasar sebelum
pengajaran pelajaran yang lainnya.
“Saya tahu Matematika itu perlu. Saya tahu Fisika itu perlu.
Kimia biologi itu diperlukan. Tetapi nilai-nilai tersebut sedini mungkin harus
diajarkan kepada anak didik kita. Karena
mereka adalah modal kita untuk bisa bersaing dengan bangsa lain. Tahun 2030-2040
adalah bisa hadir generasi emas. Apakah kita akan bisa meraih atau tidak,
tinggal landas atau tidak itu semua tergantung bapak ibu guru semua,” tandas
Presiden yang disela sambutannya memberikan penghormatan ala masyarakat Jepang kepada
peserta yang hadir. (denyrochman)