November 27, 2016

PRESIDEN INGATKAN GURU PENGARUH ASING

Presiden Joko Widodo mengingatkan guru-guru agar waspada terhadap kemungkinan bangsa asing untuk memecah belah dan melemahkan bangsa Indonesia. Untuk itu pihaknya berharap agar guru-guru bisa menyampaikan kepada peserta didiknya perlunya memahami keanekaragaman bangsa Indonesia, mengenal nilai-nilai karakter bangsa dan bisa berlaku sopan santun dan bertetika dalam memanfaatkan media sosial.

Hal itu disampaikan Presiden Joko Widodo di depan ribuan guru dalam acara puncak peringatan Hari Guru Nasional tahun 2016 di Sentul Bogor, Minggu (27/11). Presiden didampingi oleh Ibu Negara, Menteri Kabinet Kerja dan ratusan undangan lainnya. Peserta yang hadir adalah guru-guru peserta lomba dan penerima penghargaan dari Kemdikbud serta belasan undangan organisasi profesi dan pihak terkait.


Menurut mantan Walikota Solo ini pihaknya sadar bahwa di era terbuka informasi  bangsa Indonesia tidak bisa menghambat dengan cara apapun. Satu-satunya jalan dengan mengisi anak-anak Indonesia dengan kepribadian dan karakter asli bangsa. Pihaknya mencontohkan karkter buruk yang berkembang di media sosial dalam dua bulan terakhir. Disana ada saling menghujat, saling menjelekan, saling fitnah, memaki, mengadu domba antar anak bangsa yang merupakan bukan karakter nilai bangsa Indonesia.

“Inilah tugas bapak ibu guru untuk memberi tahu ke anak didik kita, jika itu bukan karakter bangsa kita. Hati-hati hal itu bisa pengaruh asing negara kita dengan cara memecah belah dan melemahkan bangsa kita,” ujar Presiden. Dalam kesempatan itu selaku Presiden pihaknya menyampaikan Selamat Hari Guru Nasional kepada guru-guru di Indonesia.  Selama sambutan kepala negara itu sering disambut tepuk tangan oleh peserta yang hadir.

Presiden juga menegaskan perlunya guru-guru menyampaikan pemahaman kepada para siswanya bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Bangsa yang memiliki 17 ribu pulau, 516 kabupaten/kota,  34 provinsi, 700 suku dan 1100 bahasa lokal. Presiden menegaskan tidak ada di negara manapun di seluruh dunia yang memiliki keragaman seperti bangsa Indonesia.

"Saya bisa menyampaikan ini, bisa merasakan karena saya sudah datang di ujung barat, di titik nol, di Sabang, Aceh. Kemudian di ujung timur, di Merauke. Kemudian paling utara, di Pulau Miangas yang jaraknya 12 jam dari Manado. Saya presiden pertama yang datang ke sana. Pulaunya kecil. Hanya dihuni kurang lebih 800 orang," imbuhnya bahwa perbedaan itu dianugerahkan Allah Swt yang harus dijaga dan dipelihara.

Pada bagian lain, Presiden meminta guru-guru menyampaikan nilai-nilai  karakter bangsa Indonesia. Nilai-nilai tersebut seperti  etika,  kejujuran, kedisiplinan, optimisme, kerja keras dan lainnya. Etika dalam berbicara, menghormati guru, orangtua, seniornya. Hal itu perlu dilakukan sejak pendidikan usia dini, sekolah dasar sampai ke pendidikan tinggi. Pendidikan nilai tersebut merupakan pendidikan dasar sebelum pengajaran pelajaran yang lainnya.

“Saya tahu Matematika itu perlu. Saya tahu Fisika itu perlu. Kimia biologi itu diperlukan. Tetapi nilai-nilai tersebut sedini mungkin harus diajarkan kepada anak didik kita.  Karena mereka adalah modal kita untuk bisa bersaing dengan bangsa lain. Tahun 2030-2040 adalah bisa hadir generasi emas. Apakah kita akan bisa meraih atau tidak, tinggal landas atau tidak itu semua tergantung bapak ibu guru semua,” tandas Presiden yang disela sambutannya memberikan penghormatan ala masyarakat Jepang kepada peserta yang hadir. (denyrochman)