Oleh: Deny Rochman
Janji literasi. Demi kemandirian negeri, kami akan terus berbakti membangun budaya literasi dengan penuh dedikasi sampai akhir hayat nanti. Janji tersebut diucapkan secara heroik dan khidmat oleh para penggerak literasi guru-guru SD SMP se- Jawa Barat di Lembang Bandung belum lama ini.
Janji tersebut merupakan bentuk komitmen moral, baik sebagai penggerak literasi maupun sebagai pendidik. Negeri ini, Indonesia namanya, perlu guru-guru yang visioner dalam membangun bahkan menyelamatan peradaban bangsa ini ke depan lebih baik. Ketika semakin mahal dan langkanya kerja ikhlas di tengah masyarakat.
Peradaban bangsa ini memang harus diselamatkan dari kebangkrutan. Saat moral tidak lagi dikedepankan dalam bersikap, berfikir dan berbuat. Saat ilmu tak mampu lagi menjadi lentera pencerahan menuju jalan yang lurus. Saat kemalasan masyarakat menjadi cerdas lahir batin.
Perubahan peradaban itu diyakini harus berangkat dari revolusi mental. Revolusi melalui dunia pendidikan bangsa ini. Pendidikan menjadi dasar pijakan perubahan progresif dalam setiap peradaban yang dibangun oleh negara-negara maju.
Sayangnya wajah pendidikan tanah air kita masih penuh bercak noda jerawat. Kotor, kusam, tidak fresh. Berbagai laporan hasil survai dan penelitian kelas dunia memberitakan kualitas pendidikan Indonesia cukup memprihatinkan. Anehnya tak ada perubahan berarti dari tahun ke tahun silih berganti presiden dan menteri. Wajah pendidikan kita masih cacat!
Banyak pihak menilai, rendahnya kualitas SDM kita karena buruknya budaya literasi penghuni nusantara ini. Konon kebiasaan membaca buku di masyarakat ibarat 1:10.000 orang. Tentu membaca yang serius dan bermakna dengan buku-buku berkualitas sesuai usianya. Jika demikian adanya, lalu ngapain aja yah hidup orang Indonesia?
JIHAD LITERASI
Sadar akan pentingnya ilmu. Tahu bahayanya hidup tanpa ilmu. Pemerintah tak bosan bosannya teriak pentingnya pendidikan, perlunya sekolah, urgennya belajar kepada masyarakat. Entah sudah berapa banyak duit yang dianggarkan. Berapa sarana dan prasarana yang sudah dibangun. Berapa sering program pelatihan, seminar, workshop bagi guru diadakan. Sudah berapa kebijakan diterapkan.
Sadar akan pentingnya ilmu. Tahu bahayanya hidup tanpa ilmu. Pemerintah tak bosan bosannya teriak pentingnya pendidikan, perlunya sekolah, urgennya belajar kepada masyarakat. Entah sudah berapa banyak duit yang dianggarkan. Berapa sarana dan prasarana yang sudah dibangun. Berapa sering program pelatihan, seminar, workshop bagi guru diadakan. Sudah berapa kebijakan diterapkan.
Kebijakan teranyar lahirnya Permendikbud tentang gerakan literasi melalui penumbuhan budi pekerti di sekolah. Kendati terkesan ambigu namun gerakan ini diharapkan mampu menggebrak kemalasan bangsa ini dari kebiasaan budaya literasi : membaca, menulis bahkan berdiskusi.
Keinginan kuat stakeholder Jawa Barat dalam menumbuhkan budaya literasi tidak main-main. Sejak tahun 2011 program literasi dirintis oleh para pioneer guru-guru Jawa Barat alumni Adelaide Australia Training Teachers. Program adopsi dan adaptasi dari negeri Kangoroo tersebut ditularkan di Jawa Barat. Tahun 2016 ke depan menjadi program resmi Pemprov Jabar melalui Dinas Pendidikan.
Pihak Pemprov Jabar melalui Dinas Pendidikan dan Guru-guru Jawa Barat hendak melakukan "Jihad Literasi" ke seluruh sekolah di Jawa Barat. Sebuah upaya totalitas dalam memerangi kebodohan, kemalasan, dan penyelamatan masa depan peradaban bangsa. Jihad mengandung makna mengerahkan segala upaya dan kemampuan demi mencapai tujuan di jalan yang benar.
Definisi jihad secara syariat yang paling komperehensif diutarakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, “Jihad adalah mengerahkan segala upaya demi mencapai kebenaran yang diinginkan.” Di tempat lain, beliau mengatakan, “Hakikat jihad adalah upaya yang sungguh-sungguh untuk mencapai hal-hal yang diridhai oleh Allah seperti iman dan amal saleh, sekaligus untuk menolak hal-hal yang dibenci-Nya seperti kekufuran, kefasikan, dan kemaksiatan.”
URGENSI ILMU
Peran ilmu dalam hidup sangat penting. Saking pentingnya menuntut ilmu merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan (fardu ain). Dalam pandangan agama samawi seperti Islam banyak menekankan pentingnya ilmu, tidak hanya bagi kehidupan dunia tetapi juga untuk kebaikan kehidupan akherat.
Peran ilmu dalam hidup sangat penting. Saking pentingnya menuntut ilmu merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan (fardu ain). Dalam pandangan agama samawi seperti Islam banyak menekankan pentingnya ilmu, tidak hanya bagi kehidupan dunia tetapi juga untuk kebaikan kehidupan akherat.
Berilmu menjadi pokok kunci sukses dalam hidup. Sehingga ada ungkapan, dengan ilmu hidup akan semakin mudah. Tidak hanya itu, derajat orang-orang berilmu diangkat oleh Tuhan beberapa derajat dan atau orang beriman daripada mereka yang bodoh (lihat QS. Al-Mujãdalah 58: 11, QS. Az-Zumar/39: 9).
Nabi dan rosulnya umat Islam, Rosulullah Muhammad SAW pernah mengingatkan :
"Barangsiapa menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmunya, dan barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajibllah ia mengetahui ilmunya pula, dan barang siapa menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki kedua-duanya pula". (H.R. Bukhari dan Muslim).
"Barangsiapa menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmunya, dan barang siapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajibllah ia mengetahui ilmunya pula, dan barang siapa menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki kedua-duanya pula". (H.R. Bukhari dan Muslim).
Pada bagian lain Rosulullah SAW menegaskan, arang siapa yang pergi untuk menuntut ilmu, maka dia telah termasuk golongan sabilillah (orang yang menegakkan agama Allah) hingga ia pulang kembali (HR. Tirmidzi). Sekalipun harus menuntut ilmu sampai ke negeri China, bahkan dari buaian sejak lahir hingga ke liang lahat (wafat).
Janji literasi guru para penggerak West Java Reading Leader's Challenge (WJRLC) di Jawa Barat merupakan manifestasi gerakan jihad literasi. Spirit tersebut harus terus dikobarkan dengan landasan iman, sabar dan keikhlasan. Yakinlah jerih payah tersebut akan berujung pada imbalan pahala dari Yang Maha Kuasa. Apapun hasilnya asal berproses secara sungguh-sungguh. Man jadda wajada. Ingat, barangsiapa yang bodoh ketinggalan zaman dan yang pintar pasti maju kedepan. Wallahu'alam. (*)
Ciremai Express Train, 28.6.16
*) Penggiat Literasi Kota Cirebon