Jajaran Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kab. Cirebon akhirnya dilantik di
gedung pertemuan Universitas Muhammadiyah Cirebon kampus Watubelah, Rabu (4/5).
Dalam lima tahun ke depan (2015-2020), tiga belas pimpinan tersebut akan membawa
gerbong Muhammadiyah tersebut dilantik oleh Ketua PWM Jawa Barat DR Zukarnaen.
Sayang mantan ketua PP Muhammadiyah Prof DR H Din Syamsudin berhalangan hadir
untuk memberikan spirit jiwa karena tengah berada di luar negeri. Satu pimpinan yakni Isa Ansori, S.Pd tidak ikut dilantik karena sedang dirawat di RS Tiar.
Nama-nama pimpinan Muhammadiyah kab. Cirebon yang dilantik sesuai
perolehan ranking suara terbanyak antara lain :
- DR Ahmad Dahlan, M.Ag, (109), dosen, PDM
- DR. Amin Basir, (101), dosen, Pemuda Muhammadiyah
- Imam Syapi'I, (88), pensiunan PNS, PDM/PCM Losari
- Novan Hardiyanto, S.Pd.I.MM, (86), dosen, Pemuda Muhammadiyah
- Didin Abidin, SSi.,M.Sc Apt (82), guru, PCM Kedawung
- A. Mukti Usman, (77), pensiunan guru, PCM Palimanan
- Dirja Supriatna, SPd. (77), guru, PDM/PCM Ciledug
- Drs Somantri Perbangkara, M.Pd.I. (77), dosen, PCM Kedawung
- Ahmad Hamdan, S.Ag. (70), karyawan swasta, PDM/PCM Sumber
- Drs. Anas Ma'ruf, MM. (67), guru, PDM/Pemuda Muhammadiyah
- Suparya (67), wiraswasta, PCM Sumber
- Isa Ansori,S.Pd (65), pensiunan guru, PDM/PCM Lemahabang
- DR. Abdul Azis, M.Ag (55), dosen, PCM Kedawung
Tiga belas pimpinan tersebut merupakan hasil seleksi Muspimda dari 41 bakal
calon formatur yang diajukan oleh PCM dan ortom pada Jumat 22 April 2016 usai
sholat Jumat hingga pukul 17.00. Dua nama yang tersisih dalam bursa formatur
muspimda adalah Muhammad Karya, SH.I (sekretaris PDM 2005-2010) dan Suganda
Andriyani (PCM Babakan). Sementara 39 calon formatur yang melanggeng dalam
pemilihan formatur pada Sabtu 23 April 2016 malam hingga pukul 01.00 dipilih 13
formatur. Dari tiga belas terpilih, empat pengurus PDM lama yang mencalonkan
tersisihkan yaitu M. Karya (Sekretaris), KH R Noor Zein (Majelis Tarjih),
Suherman (Majelis Pemberdayaan Masyarakat) dan Chepy Rivai (Majelis Wakaf).
Formasi kepengurusan PDM Kab Cirebon lima tahun ke depan diperkirakan
akan lebih dinamis daripada periode sebelumnya. Factor ekonomi, pendidikan dan demografi
ikut berpengaruh terhadap sikap, perilaku dan cara berfikir serta komunikasi
kepengurusan baru mendatang. Dilihat factor ekonomi, banyak pengurus dari kaum
intelektual, khususnya guru dan dosen. Sangat sedikit sekali pengurus berlatar
belakang entrepreneur, sehingga pola kerja pengurus sekarang masih dipengaruhi
mental birokrasi.
Namun di ranah konsep organisasi dan kegiatan diharapkan lebih terarah,
terencana dan terukur karena secara pendidikan mereka sangat baik, rata-rata
sarjana, magister bahkan doctor (S3). Kelemahan formasi kaum intelektual
biasanya terjebak dalam wilayah konsep dan teori, tetapi melemah dalam tataran
teknis action. Nah disinilah perlunya para pekerja teknis dijajaran fungsional
majelis yang memiliki kompetensi dan teknisnya.
Dilihat dari usia dan polarisasi intelektual, kepengurusan kali ini boleh
dibilang cabinet pelangi. Banyak kelompok muda, khususnya dari unsur Pemuda
Muhammadiyah masuk dalam kepemimpinan PDM saat ini. Dinamika semakin kenceng
karena mereka selama ini dikenal memiliki pola pikir progresif. Tidak sedikit
pula setblack sebelumnya wajah-wajah personil PDM tersebut sering masuk wilayah
perbedaan pendapat. Tentu perlu pola komunikasi yang elegan dalam menyampaikan
ide dan gagasannya dengan kelompok senior.
Dinamika organisasi tersebut akan bergerak progresif atau malah regresif bergantung
bagaimana pola komunikasi, koordinasi dan kolaborasi yang dibangun dalam
manajemen kolektif kolegial yang ada. Jika manajemen konsolidasinya baik maka
potensi SDM pimpinan yang ada akan mampu menjadi kekuatan dalam memajukan
dakwah Muhammadiyah. Tetapi sebaliknya jika terjadi mis komunikasi dan manajemen
maka kepengurusan baru ini akan menjadi malapetaka bagi Muhammadiyah.
Melihat potensi super kepengurusan PDM baru ini maka diperlukan penataan dan
penempatan yang sesuai, the right man and the right place. Penempatan ini tidak
semata-mata pembagian kapling majelis “basah kering” atau penempatan
berdasarkan perolehan ranking suara dalam musda. Namun disesuaikan dengan
kompetensi masing-masing personil, minimal mampu dan mau dalam menata sisi
manajemen masing-masing kemajelisan. Hal yang penting lagi, setiap majelis
memiliki unsur kelengkapan personil yang mumpuni di bidangnya untuk melengkapi
daya juang dakwah Muhammadiyah yang tepat dan cepat sasaran. Pasalnya tidak
semua ketua majelis memiliki kompetensi relevan dengan latar belakang sosialnya.
Paling tidak jika diramu dalam formasi alternatif kepengurusan periode
lima tahun ke depan bisa ditata sebagai berikut :
- Ketua : Ahmad Dahlan
- Sekretaris : Novan / Anas Ma’ruf
- Bendahara : Ahmad Hamdan / Abdul Azis
- Majelis Tarjih : Isa Ansori / A. Mukti Usman
- Majelis Tabligh : Dirja Supriatna / Dindin Abidin
- Majelis Pustaka : Somantri Perbangkara / Suparya
- Majelis Dikdasmen : Amin Basir / Isa Ansori/Somantri/Abdul Azis
- Majelis Pendidikan Kader : Amin Basir / Novan/Anas Ma'ruf
- Majelis Wakaf : A. Mukti Usman / Iman Syapi’i
- Majelis Kesehatan : Didin Abidin / Somantri Perbangkara
- Majelis Ekonomi : Imam Syapi’i / Abdul Azis
- Majelis Hukum dan HAM : Anar Ma’ruf / Novan
- Majelis Pemberdayaan Masy. : Suparya / Ahmad Hamdan
MEMILIH FORMATUR
Tentu harus diakui dalam memilih calon formatur saat musyda berlangsung
perlu ada catatan khusus. Catatan ini sangat penting untuk peningkatan mutu
dakwah Muhammadiyah ke depan. Untuk kepengurusan Muhammadiyah kab. Cirebon yang
memiliki banyak amal usaha rasanya pemikiran bahwa kita tidak perlu mempersoalkan
kualitas formatur sangat tidak sejalan dengan visi Muhammadiyah berkemajuan. Terlebih
kepengurusan ini untuk level daerah, dimana perlu ide dan pemikiran yang mencerahkan
bagi kemajuan dakwah Muhammadiyah di semua bidang kehidupan.
Namun tidak bagus pula jika orang-orang terbaik di level cabang dan
ranting harus tersedot ke Tuparev semua. Justeru garda paling depan dakwah persyarikatan
bertumpu di cabang kecamatan dan ranting desa yang langsung menyentuh di
kalangan grass rote. Disinilah perlunya pemetaan SDM Muhammadiyah yang ada,
mulai di jajaran pengurus cabang dan ranting hingga dosen, guru dan karyawan di
Muhammadiyah. Tujuannya untuk memilah SDM sesuai kebutuhan gerak organisasi
yang lebih berdaya guna.
Untuk memilih calon pengurus yang kapabel dari awal panitia pemilihan
(panlih) sebaiknya mensosialisasikan curriculum vitae bakal calon formatur. Identitas
balon seperti nama, pendidikan, pekerjaan, pengalaman organisasi di dalam dan
luar Muhammadiyah, prestasi yang pernah diraih, karya yang pernah dibuat akan
menjadi rekam jejak untuk dikenal oleh pemilih. Waktu ta’aruf tersebut
dilakukan sebelum pelaksanaan musda berlangsung, sehingga masing-masing calon
pemilih tahu siapa, apa, bagaimana dan dari mana mereka yang akan dipilih.
Akan lebih afdol lagi jika para balon diberikan kesempatan menyampaikan
gagasan dan pemikirannya tentang kemajuan Muhammadiyah ke depan. Gagasan tersebut
dituangkan dalam makalah sederhana dan disampaikan ke public melalui media publikasi
panitia ke cabang, ranting dan ortom. Jika memungkinkan waktunya, para balon
tersebut bisa memberikan paparan singkat secara lisan di depan musyawirin. Hal
ini perlu untuk menghindari plagiat penulisan makalah gagasan tersebut. Jika calon
pengurus belum tahu ide dan gagasan sendiri tentang kemajuan Muhammadiyah ke
depan, lalu apa yang mereka bisa lakukan untuk Muhammadiyah?
Dari uraian di atas ada beberapa pertimbangan dalam memilih calon
formatur :
- Pastikan komitmen dan loyalitas keagamaanya
- Kenali curriculum vitae calon
- Pelajari ide dan gagasannya tentang Muhammadiyah
- Telusuri prestasi kinerjanya selama di Muhammadiyah
- Pertimbangkan keterwakilan cabang dan ortom
Jika paling tidak lima point di atas menjadi bahan pertimbangan
musyawirin dalam memilih tiga belas formatur, maka proses pemilihan tidak
memunculkan aroma bernuansa politis dalam memilik calon formatur. Tetapi lebih
kepada dilandasi karena kompetensi, komitmen dan representative cabang dan
ortom. Harapannya agar semua pihak di internal merasa memiliki dan mau
memajukan Muhammadiyah. Dengan catatan kebijakan dan program kerja masa lalu
harus mendapatkan apresiasi, evaluasi dan kritik kepantasan demi kualitas
dakwah Muhammadiyah ke depan. Maka sewajarnya semua itu harus melalui proses assessment
yang memadai. Dengan kata lain, seyogyanya laporang pertanggung jawaban
pengurus lama sudah dibaca, dipelajari dan dipahami oleh musyawirin lalu
menjadi pandangan umum saat musda tiba. Wallahu’alam. (*)