Oleh :
Deny Rochman, S.Sos., M.Pd.I
Siapa bilang menjadi guru itu gampang? Menjadi
guru gampang-gampang susah. Gampang karena bagi orang awam memahami pekerjaan
guru dianggap hanya bermodal bisa ngomong di depan kelas. Bisa membuat soal dan menilai hasil belajar
siswa. Susahnya, untuk menjadi guru sejati bahkan guru profesional ada banyak
prasyarat yang harus terpenuhi, tidak hanya syarat formal tetapi juga syarat
non formal.
Syarat guru professional yang ditetapkan pemerintah paling
tidak memiliki empat kompetensi,. Kompetensi tersebut antara lain kompetensi
pedagogik, kepribadian, sosial dan professional. Jika dikerucutkan lagi,
kompetensi guru yang wajib dikuasai adalah kompetensi pedagogik dan
kepribadian. Mengapa hanya dua kompetensi wajib? Sederhana saja. Siswa yang
pintar karena didik oleh guru yang pintar. Siswa yang baik karena didik oleh
guru yang baik.
Nah, selain dua kompetensi wajib tersebut, seorang guru harus
dilengkapi dengan kompetensi pendukung. Seiring dengan perkembangan jaman,
kompetensi pendukung ini kemudian dipadangan harus dimiliki oleh seorang guru
professional. Kemampuan berkomunikasi baik lisan maupun tulisan dengan
memanfaatkan ragam media termasuk media teknologi komunikasi dan informasi, seperti
media elektronik digital dan internet. Guru jangan sampai menjadi “ketek”,
ketinggalan teknologi.
Mengapa harus internet? Pesatnya perkembangan teknologi
komunikasi dan informasi menutut guru harus terus meng-up date kemampuan
dirinya. Sebagai manusia pembelajar guru harus tidak pernah puas dengan
penguasaan ilmu yang dimilikinya. Karena seorang pengajar jangan pernah
berhenti belajar. Perkembangan tersebut disadari maupun tidak berpengaruh
terhadap peserta didik di sekolah.
Silahkan cek kemampuan teknologi komunikasi dan informasi
anak-anak usia sekolah. Hampir setiap siswa sudah kenal bahkan akrab dengan
dunia jejaring social internet. Mesin pencarian seperti google, yahoo dan
sejenisnya menjadi sumber informasi baru dan utama bagi mereka ketimbang
orangtua bahkan guru-gurunya. Jika orangtua dan guru-gurunya tidak memperkaya
diri dengan kemampuan teknologi, apa jadinya perkembangan anak ke depan
ditengah derasanya beragam informasi di internet baik positif maupun negative.
Sekalipun perkembangan teknologi sangat pesat, namun
sayangnya banyak guru yang sudah sangat jauh tertinggal dengan lompatan
kemajuan iptek tersebut. Teknologi yang ada belum mampu dimanfaatkan secara
maksimal untuk pendidikan bagi anak. Malahan tanpa disadari guru-guru pun menjadi
“korban” dampak negative teknologi. Mereka sering menghabiskan waktunya
membahagiakan diri di dunia jejaring social. Menikmati berbagai hiburan yang
disediakan televisi, media cetak, radio dan lebih-lebih internet yang semakin
mudah diaskes melalui handphone berbasis android.
Sementara itu dalam waktu bersamaan, para siswa mereka juga
terlelap dalam dunianya, menikmati kemudahan komunikasi dan informasi internet
dimana pun dan kapan pun. Jika ditanya berbagai layanan fasilitas internet,
mereka sangat fasih menyebut satu persatu, apakah layanan internet berbasis
informasi teks, foto, video maupun perpaduan ketiganya.
Hal yang perlu diwaspadai kebebasan dan kemudahan pemanfaatan
akses informasi media internet oleh siswa tersebut semakin sulit terpantau secara
ketat. Ini mengingat perkembangan perangkat teknologi informasi komunikasi
sangat dinamis. Baik dinamis dari sisi software aplikasi maupun hardware
perangkat kerasnya yang kini kian simple berbentuk tablet (tab) dan smartphone.
Inilah yang menjadi tantangan guru-guru di Indonesia, termasuk orangtua di
rumah. Ketika mereka mengenal dunia internet, paling tidak bisa memantau
pergaulan anak-anaknya sehingga meminimalisir dampak negative bagi perkembangan
kognitif dan moral anak.
Perkembangan dunia teknologi informasi komunikasi belum bisa
dimanfaatkan secara maksimal oleh guru-guru dalam menjalankan profesinya.
Kendala ini tentu dipengaruhi banyak variable, seperti kemalasan guru dalam
meng-up date kompetensi, sarana media pembelajaran berbasis teknologi yang
tidak tersedia di sekolah, dikotomi mata pelajaran jika masalah teknologi
urusan guru computer, terbatasnya pelatihan pembelajaran berbasis internet dan
multimedia.
Upaya Smartfren yang menggandeng Radar Cirebon dalam
mengadakan Workshop Internet Cerdas belum lama ini di Kota Cirebon merupakan kegiatan
yang patut diapresiasi oleh pemerintah. Melalui kegiatan tersebut guru-guru
dikenalkan teknologi terbaru dunia telekomunikasi internet, seperti jaringan
internet 4G LTE dan beragam fasilitas layanan internet bagi dunia pendidikan.
Ke depan pemerintah dengan menggandeng provider jasa telekomunikasi lain bisa
memberikan pelatihan-pelatihan pembelajaran berbasis teknologi komunikasi dan
informasi. Jadi, jangan sampai jadi guru ketek, ketinggalan teknologi. Semoga!
*) Penulis adalah Wakasek Kurikulum
SMP Negeri 4 Kota Cirebon