SELAMAT DATANG DI WEBLOG DENY ROCHMAN. MARI KITA BANGUN PERADABAN INI DENGAN CINTA DAMAI UNTUK MASA DEPAN LEBIH BAIK

Maret 02, 2017

CARA MUDAH DAN MENYENANGKAN GURU BELAJAR MENULIS


1. Pengantar
Sesungguhnya tidak ada alasan bagi guru untuk tidak bisa menulis. Apakah alasan keterbatasan ilmu, waktu, media, uang atau lainnya yang dianggap menjadi penghambat. Ada beberapa alasan mengapa guru harus memiliki kemampuan menulis. Pertama, dunia guru adalah dunia literasi : membaca, menulis dan mengajar. Guru yang mampu menulis dengan baik, maka ia adalah pembaca dan pendengar yang baik. Guru penulis memiliki keilmuan yang terbarukan (renewable) sehingga tampil sebagai guru profesional sejati.
Kedua, adanya tuntutan pengembangan diri guru dalam kemampuan menulis. Mereka yang  yang hendak mengajukan kenaikan pangkat harus membuat publikasi ilmiah atau karya inovatif. Ketentuan itu sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PermenPANRB) No. 16 Tahun 2009 tanggal 10 November 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.


Ketiga, menulis adalah kemampuan dasar bagi manusia yang ingin hidup “1000 tahun” lagi. Karena pada hakekatnya manusia adalah makhluk literasi. Satu-satunya makhluk yang dianugerahi akal dan pikiran sebagai senjata menjalani kehidupan sebagai khalifah fil ard. Akal itu akan berfungsi dengan baik bahkan bisa power full manakala kemampuannya terus ditingkatkan dengan membaca dan menulis dalam mengurai dan menyelesaikan masalah (problem solving). Pesan ini secara eksplisit dijumpai dalam wahyu pertama surat Al Alaq yaitu membaca (iqro’) dan menulis (qolam).
Keempat, menulis adalah kebiasaan yang menyehatkan jiwa, karena menulis adalah makanan ruhani. Dengan kata lain kebiasaan menulis akan menciptakan keseimbangan tubuh manusia, karena manusia tercipta dalam dua dimensi, dimensi ruhani dan jasmani. Selama ini banyak orang yang memperhatikan makanan kebutuhan jasmani namun mengabaikan makanan kebutuhan ruhani. Dengan menulis ide dan pemikiran seseorang akan lebih mudah dipahami dan lebih abadi dalam kenangan.
Kelima, pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi seperti internet akan sangat mendukung dalam membangun personal branding guru-guru. Media sosial misalnya akan dengan mudah menyebarkan informasi dan gagasan yang dimiliki oleh guru kepada khalayak ramai tidak saja dalam cakupan lokal dan regional tetapi merambah ke ranah global (internasional). Media sosial bisa dimanfaatkan sebagai media pembelajaran dan pengembangan kemampuan menulis guru-guru.
Berangkat dari argumentasi di atas maka setiap guru harus mau belajar dan atau meningkatkan kemampuan menulisnya. Tulisan artikel untuk keperluan Simposium Guru ini tentang Cara Mudah dan Menyenangkan Guru Belajar Menulis. Sub judul dalam tulisan ini mengarah pada bagaimana memanfaatkan media sosial internet dalam pembelajaran menulis guru. Tujuannya agar up date status, posting foto dan video bahkan artikel guru di medsos memiliki efek publikasi yang efektif terhadap peningkatan kualitas guru.

2. Masalah
Kemampuan guru-guru dalam menulis masih kurang menggembirakan. Kebiasaan menulis masih sangat sedikit dilakukan guru-guru. Jangankan untuk menulis artikel, melakukan penelitian atau menulis buku, membuat postingan yang informatif di media sosial banyak dijumpai guru-guru masih belum paham. Budaya literasi guru masih pada level budaya plagiasi (copy paste). Memindahkan karya orang lain dibagikan (share) kepada yang lainnya.
Menulis memang masih dianggap sebagai ketrampilan yang sulit dilakukan. Dalam kegiatan berbahasa, menulis merupakan keterampilan bahasa yang dianggap paling sulit dari empat keterampilan berbahasa lainnya seperti menyimak, membaca dan berbicara. Menulis sulit karena merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif, penguasaan  berbagai  unsur  kebahasaan, seperti tata bahasa, kosa kata, gaya bahasa, ejaan dan sebagainya.
Padahal menulis di era digital sekarang relatif lebih mudah daripada masa sebelumnya. Namun nyatanya perkembangan media sosial internet tidak berbanding lurus dengan peningkatan kemampuan menulis guru. Berbagai persoalan menulis di kalangan guru melahirkan beberapa pertanyaan yang mesti dijawab. Beberapa pertanyaan tersebut antara lain :
  1. Apa yang menjadi problem bagi guru menulis ?
  2. Bagaimana melatih keterampilan menulis guru ?
  3. Bagaimana cara mudah dan menyenangkan guru belajar menulis ?
  4. Apa manfaat media sosial untuk menulis ?

3. Pembahasan dan Solusi
  1. Hambatan Menulis
Dalam kegiatan menulis banyak guru mengaku mengalami kendala. Kendala itu seperti kesulitan menuangkan ide dalam bentuk tulisan. Guru merasa khawatir tulisannya tidak bagus ketika dibaca orang lain. Atau tulisannya salah data, menyinggung perasaan pihak lain sehingga berurusan dengan ranah hukum. Merasa tidak cukup banyak waktu untuk menulis. Tidak mau menulis karena bukan berprofesi sebagai penulis. Harus mulai darimana menulis dan sebagainya.

n Belum menemukan ide tulisan.
Ide sebagai bahan tulisan itu banyak dijumpai dan berserakan di sekitar kita. Ide tulisan itu sering bersumber dari realitas sosial yang muncul, sekalipun ada penulis sumber bahannya dari imajinasi khayalannya. Dalam tradisi penulisan jurnalistik misalnya, ide penulisan berita itu bisa dari peristiwa yang terjadi, kejadian lanjutan, kegiatan yang teragenda (terencana), atau fenomena / tren yang terjadi seperti trending topic (Ashadi Siregar, 1998). Sedangkan untuk ide menulis artikel, selain bisa terinspirasi model penulisan jurnalistik juga bisa menanggapi tulisan karya orang lain atau bisa bersifat kritis, deskripsi maupun problem solving.
Penulisan dari ide peristiwa yang terjadi misalnya menulis kegiatan pembukaan turnamen volly oleh bupati. Lain waktu bisa menulis berita lanjutaan tentang jalannya turnamen berikut hasilnya. Menulis tentang fenomena misalnya tentang maraknya geng motor dikalangan anak sekolah. Sedangkan menulis yang teragenda (terencana) seperti menulis tentang hari-hari besar nasional relevansinya dengan masa kini. 

n Kesulitan menuangkan ide dalam bentuk tulisan.
Menulis sebenarnya itu sebenarnya mudah, semudah orang bicara. Menulis pada hakekatnya adalah mengkomunikasikan pikiran kita kepada orang lain. Keinginan itu ada yang  disampaikan secara lisan (bicara), ada juga dengan cara menulis. Dengan lisan atau tulisan memiliki kesamaan irama dalam penyampaiannya.
Irama dalam bicara terdengar dari naik turunnya nada suara (intonasi) bahasa yang digunakan pembicara. Sama halnya dalam menulis, tanda baca seperti titik, koma, tanda seru, tanda tanya dan sebagainya merupakan simbol irama dalam bentuk tulisan. Jika bicara berhenti dan lanjut, menggunakan simbol titik dan koma. Apabila tetap mengalami kesulitan menulis, rekamlah apa yang kita diskusikan. Lalu tuliskan kembali hasil rekaman tersebut.

n Khawatir tulisannya tidak bagus ketika dibaca orang lain.
Untuk menghasilkan sebuah tulisan yang baik membutuhkan proses waktu dan latihan yang tidak sebentar. Menurut Aristoteles dalam buku Hernowo (2001), sebuah keunggulan itu bukan sesuatu yang dikerjakan sekali jadi. Tetapi sesuatu dilakukan karena berulang-ulang. Menulis itu adalah sebuah keterampilan layaknya seseorang belajar mengemudi. Semakin sering dilatih, semakin sering mendapatkan hambatan, maka ia semakin pintar, pandai dan mahir.
Menulis itu ibarat seorang koki masakan. Sama halnya dengan menulis, satu penulis dengan penulis lainnya memiliki karakter tulisan yang berbeda. Menurut Hernowo karakter tulisan itu meliputi gaya khas penulisan yang dimiliki seseorang yang muncul ketika sering menulis.
Setiap orang memiliki keunikan menulis maka jangan pernah takut mendapat kritikan atas tulisan kita. Sebaliknya kiritikan itu menunjukan tulisan kita dibaca orang. Dengan adanya kritik akan mendorong energi kita untuk memperbaiki tulisan tersebut. Kita malah harus sedih jika tidak ada orang yang mengkritik atau memuji tulisan kita. “Orang yang membaca dengan baik, akan mendapat menulis dengan baik,” ungkap Stephen Krashen dalam bukunya The Power of Reading Insight from The Reseach (Hernowo, 2001).  

n Khawatir menyinggung pihak lain
Tema menulis itu banyak ragam dan bentuknya. Jika ingin menulis aman, tidak menimbulkan masalah maka menulislah tema yang tidak bersentuhan dengan masalah orang lain. Kalau pun kita harus menulis bernada kritik atau protes, maka perkuat dengan alasan agumentatif didukung fakta dan data.

n Tidak ada waktu menulis  
Seringkali waktu terpenjara oleh rezim waktu. Padahal waktu itu tergantung bagaimana kita mengelolanya. Ada dua cara yang bisa kita lakukan untuk menulis: pertama, jadwalkan waktu menulis secara khusus setiap harinya. Kedua, menulislah setiap saat ketika ada sesuatu yang perlu ditulis. Cara kedua sangat bisa dilakukan, apalagi dengan perkembangnya media sosial internet sehingga bisa menulis kapan pun dan dimana pun. Jangan biasakan menunda kegiatan menulis sehingga akhirnya lupa.  
n Tidak menulis karena bukan berprofesi penulis
Menulis adalah kemampuan dasar dan kebutuhan manusia apapun profesinya. Kegiatan menulis itu untuk mengikat makna dan ilmu agar lebih lama diingat daripada hanya membaca dan bicara. Semakin kita banyak menulis maka semakin sering kita akan membaca buku. Ingat, salah satu keuntungan menulis adalah menyehatkan jiwa dan ruhani kita.

n  Harus mulai darimana menulis dan sebagainya.
Kegiatan menulis memiliki pola tersendiri. Pola tersebut biasanya dari latar belakang masalah, permasalahan, pembahasan dan solusi, penutup dan saran. Untuk keperluan menulis harus disiapkan bahannya, misalnya dengan observasi, riset literatur dan dokumentasi atau wawancara. Setelah itu mulailah menulis dengan ketersediaan bahan yang ada.

b.  Menumbuhkan Kebiasaan Menulis
Hernowo (2001) dalam bukunya Mengikat Makna mengakui bahwa menulis bagi pemula memang bukan pekerjaan yang mudah. Menurutnya, menulis gagasan tidak semudah orang berbicara, tetapi diperlukan kaidah ketat, logika, diksi dan gaya bahasa yang mudah dipahami oleh pembaca. Disinilah perlunya proses belajar dan latihan sehingga melahirkan keunggulan. Mengutip pendapatnya Aristoteles Hernowo menambahkan, sebuah keunggulan tercipta karena dilakukan berulang-ulang.
Perihal gangguan yang menghambat keterampilan menulis sejumlah pihak menilai karena budaya menulis tidak dikembangkan sejak usia dini. Masyarakat Indonesia seringkali akrab dengan budaya dongeng (cerita) sejak kecil. Jangan heran masyarakat kita lebih suka ngerumpi atau menonton daripada membaca disela waktu luangnya. Pemandangan itu sering terliat tidak saja di rumah tetapi juga di tempat-tempat umum, seperti pasar, mall, di angkutan umum bahkan perpustakaan.
Untuk bisa menulis, guru harus mencoba menorehkan tulisannya. Tulisan merangkai kata demi kata menjadi kalimat kemudian menjadi paragraf lalu berubah menjadi wacana. Ismail Maharamin, penulis buku Menulis Secara Populer (2001) mengingatkan kepada mereka yang mau belajar menulis. Menulis itu tidak bisa hanya belajar dari teori bagaimana menulis, tetapi harus didukung latihan-latihan yang rutin.   
Untuk menumbuhkan budaya menulis guru-guru ada banyak cara yang bisa dilakukan. Cara-cara tersebut pada prinsipnya seluruh kegiatan yang dilakukan guru harus berbasis pada kemampuan menulis. Seperti :
1.  Pembuatan administrasi pembelajaran, soal, LKS, atau diktat karya sendiri.
2.  Membuat laporan desiminasi secara tertulis guru yang ditugaskan mengikuti kegiatan ilmiah atau sejenisnya.
3.  Guru melaporkan hasil supervisi KBM kepala sekolah atau pengawas.
4.  Setiap guru menyampaikan aspirasi untuk kemajuan sekolah secara tertulis kepada pihak terkait. Penyampaian lisan dalam rapat hanya perwakilan guru.
5.  Bagi guru ijin tidak mengajar disampaikan dalam bentuk surat tertulis.
6.  Diadakan lomba menulis bagi guru bertema tentang pendidikan.
7.  Menggalakan penelitian tindakan kelas.
8.  Guru memiliki media sosial lainnya untuk mencatat ide dan kegiatan mereka.
9.  Mengikuti kegiatan komunitas menulis dan lomb-lomba kepenulisan.
10.   Memberikan apresiasi kepada guru penulis LKS, surat kabar atau buku.
11.   Karya ilmiah menjadi syarat wajib setiap perlombaan guru.

  1. Melatih Menulis Berita
Cara mudah untuk menulis adalah dengan berlatih menulis berita.  Mengapa harus berita?  Pertama, menulis berita lebih mudah daripada menulis artikel, essay apalagi penelitian dengankaidah-kaidah penulisan ilmiah. Teknik penulisan sangat sederhana dengan rumusan 5 W 1 H yaitu What, Who, Where, When, Why dan How. Saat kita menulis kegiatan, cara mudah cukup menjawab pertanyaan apa kegiatannya (what), siapa orang yang terlibat di dalam peristiwa tersebut (who), dimana kejadiannya (where), kapan terjadinya (when), mengapa hal itu terjadi (why) dan bagaimana proses kegiatan itu berlangsung (how).
Kedua, bahan data, fakta dan informasi dikumpulkan relatif lebih mudah dan murah diperoleh. Bahkan hanya dengan pengamatan observasi (melihat, mendengar dan merasakan) seseorang biasa menghasilkan sebuah tulisan faktual. Menurut Ashadi Siregar (1998), berita ditulis sebagai rekonstruksi tertulis apa yang terjadi, seluk beluk peristiwa yang telah, sedang dan akan terjadi melalui apa yang dilihat, didengar dan dialami seseorang atau sekelompok orang.
Ketiga, sumber penulisan berita lebih menarik perhatian karena lebih dekat baik secara emosional, lokasi maupun jenis peristiwa yang terjadi. Ketertarikan awal merupakan modal utama orang untuk menuliskan laporan berita. Dengan cara ini maka akan melatih kepekaan dan membiasakan menulis bagi guru.

n Jenis Berita
Dalam menulis karya jurnalistik ada banyak jenis berita yang bisa dilaporkan. Jenis berita tersebut antara lain : Berita Langsung (Straight News), Berita Ringan (Soft News), Berita Kisah (Feature), dan Laporan Mendalam (Indepth Report). Untuk tahap awal menumbuhkan budaya menulis di kalangan guru teknik menulis berita langsung (straight news) sangat cocok diterapkan. Berita langsung yaitu pelaporan kejadian yang perlu disampaikan segera sehingga sifatnya informatif hanya menjawab rumusan 5W 1H.

n Rumusan Berita
Dalam menuliskan rumusan teras berita (lead) berita langsung mengunakan teknik piramida terbalik. Hal-hal yang sangat penting, ringkasan informasi berada di teras berita diparagraf awal setelah judul berita. Perhatikan bagan dibawah ini :
 








Bagan 1.
Pola Penulisan Berita Piramida Terbalik

Dengan pola penulisan ini data, lead berita memuat intisari informasi yang menarik dari seluruh isi tulisan. Hal-hal  detail terkait isi berita seperti kutipan wawancara ditempatkan di body dan penutup berita. 
Ada kaidah-kaidah dasar yang akan memudahkan penulis berita pemula yakni sudut teras berita dengan penekanan pada jenis kegiatannya (what) dan  teras berita dengan penekanan pada manusia terlibat dalam kegiatan tersebut (who). Pola rumusan teras berita tersebut yaitu :
a. Teras berita unsur WHO (siapa)
         -   Who, what, when, where
         -   Who, wahat, when
                -   Who, what, where
b. Teras berita unsur WHAT (apa)
    -  What, who, where, when
        -  What, who, where
        -  What, who, when.

Contoh peristiwa :
Dinas Pendidikan Jawa Barat mengirimkan undangan tertulis kepada guru-guru dari SD dan SMP, juga pengawas dan pustakawan di wilayah kerjanya. Mereka berjumlah 29 orang diminta untuk mengikuti kegiatan Focus Group Discussion (FGD). Kegiatan tersebut  berlangsung selama tiga hari, 20-22 Juli 2016 bertempat di Bandung. Tujuan kegiatan tersebut adalah melakukan persiapan para nara sumber untuk kegiatan pelatihan sekolah perintis literasi yang akan dimulai tanggal 27 Juli hingga 18 Agustus 2016. Surat tersebut ditandatangani langsung oleh kepala dinas dan stempel basah.

Pola Rumusan : 
What    = kegiatan Focus Group Discussion (FGD)
Who     = Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat, Guru, pustakawan,
                pengawas
Where  = Bandung
When    = 20-22 Juli 2016
Why      = Persiapan nara sumber untuk pelatihan sekolah perintis literasi
How      = (unsur ini ditulis tentang proses jalannya kegiatan berlangsung)

Contoh penulisan teras berita dengan unsur WHO dengan rumusan who, what, when, where :
Sebanyak 29 orang peserta mengikuti kegiatan Focus Group
Who                                                                               what

Discussion (FGD) literasi selama tiga hari 20-22 Juli 2016 di Bandung
                                                                            when                        where

                                                                               
Contoh penulisan berita unsur WHAT dengan pola rumusan What, who, where, when :
Kegiatan Focus Group Discussion (FGD) Literasi Dinas Pendidikan Jawa
              What

Barat diikuti sebanyak 29 peserta.  Kegiatan yang diikuti oleh guru SD dan
                        who

SMP, pengawas dan pustakawan tersebut bertempat di Bandung
                                                                                                   where         
selama tiga hari, 20-22 Juli 2016.
                          when

Pemilihan pola penulisan dari awalan what atau who terletak pada nilai berita suatu peristiwa bergantung daya tarik bagi pembaca jika berita itu ditulis. Dengan kata lain, menulis berita tidak hanya dari sisi kegiatan saja (unsur what), tetapi juga dari pernyataan, ide dan pikiran dari orang yang menyampaikannya (unsur who). Tentunya pernyataan yang disampaikan mengandung unsur ketertarikan, unik, inspiratif, bahkan hingga provokatif.

n Nilai Berita
Ada banyak peristiwa di seputar kita, namun tidak semua kejadian layak diberitakan. Layak tidaknya sebuah peristiwa diberitakan ada pertimbangan nilai berita. Paling tidak ada 10 hal yang bisa menjadi pertimbangan apakah peristiwa itu layak diberitakan atau tidak.


 









Bagan 2.
Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Berita

Banyaknya peristiwa yang terjadi di dunia ini tak selalu menarik untuk diberitakan kepada khalayak. Nilai yang menjadi ukuran apakah sebuah perisitiwa layak diberitakan atau tidak. Buku Vademekum Wartawan (2000) terbitan Kepustakaan Populer Gramedia atau buku karya Ashadi Siregar (1998) terbitan Kanisius adalah dua diantara buku yang membahas nilai berita.
Kelayakan peristiwa memiliki nilai berita dilihat dari seberapa besarkah kejadian itu melibatkan banyak orang (magnitude). Seberapa pentingkah orang-orang yang ada di dalamnya untuk diberitakan (significance). Berita harus segera dilaporkan agar aktual (actuality/timeliness). Sebuah berita semakin dekat dengan pembaca semakin penting dikabarkan. Dekat baik secara geografis, sosiologis maupun psikologis (proximity), dan siapakah tokoh yang terlibat di dalam peristiwa tersebut (prominence).
Parameter lainnya adalah seberapa besar efek berita tersebut bagi masyarakat (impact). Apakah peristiwa tersebut mengandung pertikaian atau tidak (conflict). Atau menarik dan menyentuh sisi kemanusiaan (human Interest). Mengandung unsur unik atau tidak lazim, bisa juga ada kaitannya dengan seks (sex)


d.  Pemanfaatkan Media Sosial
Bagaimana memanfaatkan media sosial untuk belajar menulis? Banyak ragam media sosial yang bisa kita temui diinternet. Media yang akrab di masyarakat Indonesia adalah facebook, twitter atau blog. Sejak awal dilahirkan media sosial  berfungsi sebagai media komunikasi, informasi dan interaksi masyarakat dunia maya. Medsos akan sangat membantu dalam peningkatan kompetensi guru dalam dunia menulis secara “gratis”. Maka pastikan guru-guru memiliki perangkat media sosial seperti facebook, twitter, blogger, email.
Kekuatan dahsyat medsos mestinya bisa dimanfaatkan dengan baik oleh guru-guru. Maka agar postingan status dan tulisan kita, foto dan video yang diunggah lebih menarik, informatif dan memiliki efek publikasi maka harus dilengkapi sebuah tulisan yang informatif. Jika memungkinkan tulisan yang unik, menarik, inspiratif, mencerahkan atau menggerakkan. Jangan hanya membuat tulisan, foto atau mengunggah video yang menimbulkan banyak makna. Coba perhatikan contoh kasus medsos facebook dibawah ini:



Gambar 1. Contoh status facebooker
(foto:dokumen pribadi)

Seorang facebooker menulis status singkat: Ngantuk. Tentu tidak ada yang salah dengan tulisan tersebut, namun belum informatif apalagi menarik hingga menjadi inspiratif dan mencerahkan bagi pembacanya. Jika ditambahkan lebih panjang rasanya akan lebih menarik. Misalnya, “Hati-hati kalau habis makan mengantuk. Segera periksa gula darah Anda! Boleh jadi ini indikasi awal gejala diabet.” Atau bisa juga ditulis: “Bahaya. Pagi-pagi sudah ngantuk. Bikin mengganggu aktifitas hari ini. Yuk olahraga ringan dulu.” Dan seterusnya.
Isi status facebook juga bisa berupa ide dan gagasan kita, atau menulis kegiatan yang kita lihat, dengar atau lakukan dengan pendekatan jurnalistik menulis berita langsung (5W 1H) seperti pembahasan di atas. Lebih sempurna lagi jika postingan status kita dilengkapi video atau foto yang relevan sehingga lebih tampil berkualitas. Perhatikan foto facebook dibawah ini : 
  

 Gambar 2. Contoh foto facebook orang sedang membaca
(foto:dokumen pribadi)

Apa yang anda pikirkan dengan gambar FB di atas? Berbeda orang akan memiliki pendapat yang berbeda. Pendapat samanya adalah ibu dalam foto tersebut sedang membaca. Tetapi membaca apa, dimana dengan siapa dalam acara apa hanya ibu dan pemosting foto yang tahu. Sama halnya dengan status, foto atau video juga bisa diberikan keterangan tulisan yang informatif. Baik tulisan dalam bentuk berita atau tulisan dalam bentuk gagasan, seperti contoh kasus status di atas. Keterangan teks dalam bentuk berita misalnya : Guru-guru di Jawa Barat mengikuti kegiatan workshop literasi di Lembang Kab. Bandung selama tiga hari, Senin-Rabu (8-10/8).
Selain bermain teks, foto dan video di wilayah facebook atau twitter, guru juga bisa memanfaatkan media blog secara gratis. Keuntungan blog media ini bersifat personal dengan alamat web khusus, sehingga tulisan yang kita posting tetap bisa diakses dengan mudah jika suatu ketika diperlukan lagi. Karakternya seperti itu maka blog ini tidak bisa otomatis secara massif dibaca banyak orang seperti facebook, jika tidak diakses secara langsung ke alamat portal blognya, seperti tampilan blog dibawah ini :


Gambar 3. Contoh blog sederhana media menulis guru

Media blog di atas masih terlihat sederhana yang bisa didesain sesuai selera masing-masing blogger. Yang menarik pembuatan dan postingan tulisan, foto atau video di blog tidak dikenakan biaya apapun alias gratis. Secara teknis bagaimana pembuatan dan cara pemakaiannya, baik blog, facebook dan twitter bisa dipelajari secara terpisah dalam buku-buku atau blog tutoril yang banyak ditemui di mesin pencarian seperti google.
Kekuatan media sosial memberikan efek personal dan sosial ketika media tersebut bisa dibaca oleh banyak orang. Efek propaganda ini sangat terasa karena seringnya banyak orang membaca (Nurudin, 2001). Namun mengingat media informasi internet sangat banyak, cukup sulit tulisan kita dibaca banyak orang jika tidak dilakukan strategi pemasaran medsos atau blog kita. Ada beberapa tips agar tulisan online kita bisa memungkinkan dibaca banyak orang :
1.  Pastikan akun media sosial kita didaftarkan dan bisa ditemukan di mesin pencarian seperti google sehingga memudahkan pembaca online menemukan.
2.  Seringlah menulis, lebih bagus fokus dalam bidang-bidang tertentu. Buatlah tulisan yang menarik walau tidak perlu panjang dan lebar. Atur spasi dan paragraf yang pendek dan berjarak agar pembaca mudah membacanya.
3.  Buatlah topik tulisan, foto atau video yang menarik khalayak. Misalnya menulis tentang isu-isu yang lagi trending topic. Gunakan bahasa tulisan yang menyihir (hypno-writing) sehingga pandangan pembaca tidak bergeser dari tulisan anda.
4.  Pastikan postingan kita di share ke group-group media sosial lainnya. Bila memungkinkan sebarkan dalam group milis yang diikuti. Cari waktu membuat postingan dan mengeshare karya kita pada jam-jam banyak orang sedang santai online, misalnya bada shubuh, sore hari, jam istirahat atau hari libur.

5.  Kesimpulan dan Harapan
Belajar menulis itu ternyata mudah dan menyenangkan. Mudah karena dengan memulai menulis berita kebiasaan guru untuk menulis terus dan terus dilakukan. Mudah dalam mencari bahan tulisan, hanya dengan metode observasi (melihat, mendengar dan mencatat) guru bisa menghasilkan karya tulisan faktual. Menulis berita akan merangsang saraf otak guru untuk tergerak menulis, untuk peka dengan lingkungannya dan menumbuhkan budaya literasi.
Menulis itu menyenangkan jika dilakukan dengan kegemaran. Kegemaran guru-guru memanfaatkan teknologi android, memakai media sosial dalam kehidupannya sehari-hari. Setiap saat, dimana saja, apa saja, kapan pun dan oleh siapa pun. Dengan memanfaatkan media sosial untuk menulis, memposting foto dan mengunggah video maka hidup terasa indah dan abadi. Indah dan abadi karena rekam jejak kehidupan guru akan terekam secara rapih. Berbagai kendala menulis yang dihadapi guru-guru akan perlahan luntur.
Teruslah belajar menulis karena ketrampilan menulis yang baik butuh pekerjaan yang berulang-ulang kali dilakukan. Belajar dari teori, belajar dari pengalaman penulis hebat, belajar dari kesalahan tulisan sendiri atas kritik orang lain. Apapun kegiatan kita, tuliskan agar panca indera kita terbiasa untuk terus menulis. Sempatkan untuk selalu membaca dan mengikuti komunitas menulis.
Kebiasaan menulis memiliki efek dahsyat bagi kehidupan penulis sendiri. Baik efek kesehatan jiwa, emosional, sosial hingga kesehatan finansial. Tulisan-tulisan yang beredar luar akan meningkatkan populeritas penulis hingga bisa menghasilkan uang dari tulisan online maupun buku-buku hasil kumpulan tulisan yang sudah tersusun.
Akselerasi kemampuan menulis bagi guru perlu dukungan sistem. Program dan kegiatan pemerintah dan sekolah bisa memungkinkan tetap fokus dalam pengembangan budaya literasi guru. Tetap konsisten dengan persyaratan guru dalam publikasi ilmiah tidak perlu digantikan dalam bentuk persyaratan apapun. Seringnya even lomba menulis di kalangan guru akan membantu percepatan budaya literasi di kalangan pendidik. (*)

Penulis adalah Deny Rochman, Guru SMP Negeri 4 Kota Cirebon.

Daftar Pustaka
________, 2000, Buku Vademekum Wartawan, Reportase Dasar, Jakarta : Kepustakaan Populer Gramedia

Ashadi Siregar dkk, 1998, Bagaimana Meliput dan Menulis Berita untuk Media Massa, Yogyakarta : Kanisius-LP3Y.

Hernowo, 2001, Mengikat Makna: Kiat-kiat Ampuh untuk Melejitkan Kemauan Plus Kemampuan Membaca dan Menulis Buku,  cet. 2, Bandung: Kaifa.

Ismail Marahimim, Menulis Secara Populer, Pustaka Jaya, Cet.3, Jakarta.

Nurudin, 2001, Komunikasi Propaganda, Bandung : Rosdakarya.