*Catatan Akhir Perjalanan Hidup Ibunda Sumioh (part-1)
Hari Jumat 22 Desember 2023 merupakan hari keenam. Hari dirawatnya ibunda Sumiah (Mioh) di Rumah Sakit Waled. Setelah penanganan pertama di Rumah Sakit Tiar UMC tidak berhasil karena ketiadaan mesin cuci darah. Di RS pertama ini ibunda divonis gagal ginjal akut.
Kami sekeluarga mulai merasa cemas atas kondisi kesehatan Mimi. Karena sejak masuk ke RS Waled pada Minggu sore, kondisinya belum membaik. Keluarga sudah siap jika situasi terburuk pun terjadi. Kondisi ini mulai terasa pasca cuci darah yang kedua, pada Kamis 21 Desember 2023. Sebelum dan sesudahnya ibu masih tak sadarkan diri.
Mendengar kabar dari Dede, adik ke-7 yang setia menunggu di RS di group WA semua anak-anaknya mulai bergerak ke RS. Baik anak pertama di Sumedang, anak kedua di Bogor, anak ketiga di Bandung, anak keenam di Bekasi sudah sampai di RS Waled.
Termasuk sedulur yang ada di Cirebon sudah mulai merapat. Saya dan adik bungsu Dewi, sudah janjian Jumat pagi akan otw ke RS. Namun sayangnya kami berdua baru sempat otw setelah sholat Jumat. Karena paginya harus menjemput isteri, acara Bunda PAUD di Hotel Grage Sankan Kuningan. Dilanjut mengambil buku raport anak barep di SMK Farmasi.
Kami memilih jalur cepat tol Kanci - Ciledug. Daripada pilihan jalur biasa: via Sindanglaut - Waled atau via Babakan dan Pabedilan. Dua akses jalur biasa diinfokan kondisinya cukup parah disejumlah titik. Selain waktu tempuhnya lebih lama dari jalan tol. Via tol menempuh jarak 37 Km dengan waktu normal 47 menit.
Tiba di RS waktu ashar. Adik bungsu langsung menuju ruang ICU. Sementara aku singgah di masjid rumah sakit untuk sholat. Kondisi ibu masih tak sadarkan diri. Nafasnya berat, tersengal-sengal. Adik bungsu terlihat membaca yassin. Sehari sebelumnya adik pengais bungsu, Dudi melakukan hal yang sama dan saudara lainnya silih berganti.
Menurut petugas nakes, kondisi ibu sumiah belum banyak perubahan. Apalagi pasca cuci darah kedua respon tubuhnya makin buruk. Kondisi berbeda pasca cuci darah kedua. Tubuh ibu tidak merespon lagi. Bahkan tangan dan kakinya tetap bengkak.
Berbeda pada saat cuci darah pertama Senin 18 Desember 2023. Kendati prosesnya hanya berjalan 2,5 dari 3 jam, namun efektif pada tubuh ibu. Kadar racunnya menurun, bahkan kadar gula diabetnya normal. Subhanullah....
Kondisi berbalik pasca cuci darah kedua. Layar monitor di kamar ICU menunjukkan deyut nadinya cepat diangka 150, suhu badannya panas di angka 40. Nafasnya terus tersengal-sengal. Matanya masih terpejam. Sesekali mengeluarkan dahak. Aksi nakes mencoba memacu respon ibu namun tetap tak sadarkan diri.
Seorang nakes menjelaskan, racun dalam tubuh ibu sudah menyebar. Racun akibat ginjal yang tidak berfungsi lagi. Mereka bilang kategori gagal ginjal stadium akhir. Cuci darah jalan satu-satunya tidak mampu mengatasi. Langkah terakhir akan memacu jantuh langsung ke paru-paru.
Keluarga pasrah dengan segala kondisi. Apalagi nakes menggambarkan, denyut nadi yang cepat akan melemahkan kerja jantung ibu. Jaringan otak ada sumbatan karena stroke setelah di CT Scan pada Rabu 20 Desember. Urine tak keluar. Racun menumpuk. Sebelumnya kadar kalium ibu yang masih tinggi bisa menghentikan detak jantung kapan pun. Astagfirullah....
Mendengar kabar medis itu kami semua hanya pasrah. Pilihannya satu, semoga ibu bisa husnul khotimah. Mengakhiri hidup di dunia dengan kebaikan. Doa-doa untuk ibu terus berdatangan. Tidak hanya dari sedulur sekandung tetapi saudara, tetangga, teman, rekan kerja semua mendoakan yang terbaik untuk ibu.
"Ya Allah... jika ini waktunya ibunda kami harus pulang memenuhi panggilan-Mu. Menyudahi masa hidup di dunia maka mudahkanlah, lancarkanlah."
"Jangan Engkau persulit ya Allah, jangan Engkau sakiti ya Allah. Engkau Maha Kuasa, Maha Besar, tak ada kuasa makhluk Mu yang menghalangi takdir Mu. Laa haula wa laa quwwata illa billah. Tiada daya dan kekuatan selain dari Allah SWT."
Kalimat doa-doa itu terus kami panjatkan kepada Sang Kuasa Jagat Alam. Dipanjatkan saat dan usai sholat. Diselipkan dalam doa usai membaca surat Yassin, Ar Rad, dan Al Kahfi di ruang ICU malam itu. Surat pilihan hasil googling. Selain surat sapu jagat Annas Al Alaq, Al Ikhlas.
Setiap kali dibacakan ayat-ayat suci, terlihat air mata meleleh dipipinya. Entah apa yang dirasakan. Boleh jadi beliau sedang menahan sakit amat atau merindukan 9 anaknya berkumpul. Pada saat ditetesi mulutnya dengan air yang disucikan dengan doa, mulutnya keluar cairan kuning.
Usai sholat Isya, langit RS Waled diguyur hujan. Tidak lama. Aku bergegas kembali ke ruang ICU. Melanjutkan tadarus membaca surat pilihan. Pada surat Al Kahfi, aku terhenti walau baru separoh ayat. Jarum jam menunjukkan angka 9 malam.
Aku pamitan karena harus mengantar adik pulang. Besok kembali aktifitas kedinasan sebagai ASN Pemda Kota Cirebon. Ditelinga ibu aku pamitan lirih. Besok aku janji akan kembali ke rumah sakit. Ibu kembali oleh adik ke-7 seorang diri.
Mobil Si Black baru saja keluar dari parkiran sekitar 1 km. Mendadak bunyi ponsel adik di samping duduk. Diujung telp adik ke-7 minta kita kembali ke RS. Jantung Ibu dikabarkan berhenti mendadak. Ini yang sudah diprediksi oleh nakes kepada aku.
Sekitar pukul 21.10 ibunda Sumiah wafat dalam usia 76 tahun. Setelah berjuang melawan sakit 16 tahun. Bolak balik masuk RS, termasuk dua kali saat masa covid 19. Namun sakit kali ini begitu dahsyat dirasa hingga menjemput ajalnya. Innalillahi wainnailahi rojiuun. Semoga engkau damai di alam sana. Tidak merasa sakit kembali. (Bersambung)