Jumat (12/11) pekan lalu sekitar 100 guru Kota Cirebon berbondong-bondong ke SMP Negeri 6 Kota Cirebon. Mereka penasaran dengan kegiatan workshop sehari digelar oleh komunitas Gelemaca. Pengumuman workshop beredar di media sosial hanya dalam 1x24 jam kuota peserta melebihi target yang semula hanya 50 orang. Selama workshop, peserta terlihat begitu menikmati jalannya kegiatan dari jam 8 pagi hingga jam 4.30 sore.
Hadir sebagai nara sumber adalah tim organisasi penggerak Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM). Mereka bertiga datang dari Yogyakarta dan menginap hanya di rumah salah satu pegiat Gelemaca. Ketiganya adalah guru-guru SD hebat yaitu Witanta Kurniawan, S.Pd, Suharyadi, S.Pd dan Krisna Aji Widodo, S.Pd. Sementara pembicara utama adalah Muhammad Nur Rizal, Ph.D. Sang motivator, inspirator dan founder GSM lulusan doktor Australia.
Di awal workshop, setelah dibuka resmi oleh ketua Gelemaca Lilik Agus Darmawan, peserta terhubung saluran online dengan pendiri GSM. Pria yang mengaku mantan sampah sekolah ini banyak bercerita tentang kisah-kisah inspiratif. Termasuk pengalaman pribadinya masa sekolah SD. Masa titik balik kehidupannya sehingga membuat dirinya berhasil mulai sekolah dasar menengah favorit di Yogyakarta hingga kuliah S1 UGM hingga studi hingga keluar negeri.
"Tidak mungkin saya seperti ini tanpa jasanya guru SD saya ibu Juheriyah. Di saat banyak orang menganggap saya sampah sekolah, preman sekolah karena suka berkelahi membela teman-teman yang tertindas. Saat itu Bu Juhariyah hadir dengan penuh kasih sayang menolong, mendidik dan mengajar saya. Membuat kehidupan saya berubah," kenang Rizal melalui sambungan zoom meeting dari Bali.
Menurut Rizal, pengalaman spiritualnya masa kecil ingin berkontribusi terhadap pendidikan negeri. Ia berharap tak ada lagi guru-guru mendidik dan mengajar siswanya dengan cara dan perlakuan yang salah. Rizal menegaskan, dengan mengutip pendapat Albert Enstein, sesungguhnya tak ada anak yang bodoh. Semua anak memiliki keccerdasannya masing-masing. Setiap anak memiliki talenta dan bakat yang berbeda. Sama halnya kemampuan yang berbeda dimiliki ikan dan kera.
"Jika ikan disuruh naik pohon, maka akan selamanya ikan akan menjadi makhluk bodoh. Karena selama itu ikan tak akan pernah bisa naik pohon. Anak-anak kita pun demikian. Mereka punya talenta yang berbeda. Maka kembangkan kecerdasan mereka sesuai talentanya masing-masing. Inilah yang dibutuhkan dunia pendidikan saat ini. Guru-guru hebat, yang mampu memotivasi dan menginspirasi," tandas pria berkulit putih dengan penuh semangat.
Pada sesi lain, tim GSM berbagi ilmu dan pengalamannya dalam menciptakan sekolah dan pembelajaran yang menyenangkan. Dalam workshop sekolah dan guru penggerak itu peserta diajak goyang seru-seruan bersama fasilitator. Pihak GSM juga memberikan materi seputar kecerdasan emosional dalam pembelajaran. Secara berkelompok guru-guru diminta membuat karya kreatif inovatif.
Acara hasil kerjasama PGRI Kota Cirebon ini ditutup dengan paparan guru penggerak angkatan pertama Kemendikbud Ristek Dewi Aisyah, M.Pd asal guru Kab. Cirebon. Sementara pendaftaran guru penggerak Kota Cirebon baru akan dibuka di tahun depan. Dalam penjelasannya guru berprestasi ini berbagi tips dan trik mengikuti tes seleksi guru penggerak tingkat nasional. "Harus sabar, semangat dan disiplin dalam menjalaninya. Jika sudah lolos tes, harus mengikuti pendidikan selama 9 bulan," tuturnya di depan peserta yang mulai kelelahan. (*)