Seleksi guru PPPK tahap 1 sudah selesai dilaksanakan. Kendati sempat diwarnai interupsi oleh Komisi X DPR RI atas aspirasi guru honor negeri senior. Berbutut adanya perubahan penambahan afirmasi bagi guru usia di atas 50 tahun, pada nilai tes kompetensi dan penurunan passing grade Nah pada 24-30 Oktober ini pendaftaran seleksi tahap kedua akan kembali dibuka. Sesuai jadwal revisi, tes seleksi akan digelar pada 8-12 Nopember 2021.
Pada seleksi tahap kedua ini dipastikan persaingan antarpeserta guru PPPK semakin ketat. Selain jumlah formasinya berkurang, juga pesaingnya bertambah. Rivalitas posisi tak hanya antarguru honor negeri yang tak lolos seleksi tahap 1. Guru honor negeri harus berhadapan dengan guru-guru sekolah swasta. Ditambah sarjana pendidikan yang belum jadi guru namun sudah mengantongi sertifikat pendidik (serdik). Guru swasta berserdik akan menjadi pesaing berat karena rata-rata mereka sudah memiliki serdik, dan banyak usianya sudah lama.
Kendati konon guru induk (sekolah asal) negeri akan menjadi prioritas seleksi, namun jika passing gradenya dbawah rata-rata tetap saja guru swasta punya peluang. Data hasil seleksi tahap 1 menunjukkan, tak sedikit guru-guru muda honorer di negeri mampu unggul dengan guru-guru yang usianya lebih tua. Bahkan diantaranya sudah sertifikasi, karena pencapaian nilai sosio kultural, managerial dan wawancaranya kedodoran. Sekalipun pemerintah sudah menolong dengan menamban nilai afirmasi, menurunkan passing gradenya.
Aroma persaingan ketat sudah tercium pada seleksi di Kota Cirebon. Dari 138 formasi guru PPPK, sekitar 75% sudah terisi. Sisanya akan diperebutkan pada seleksi tahap kedua. Pada tahap kedua, kabarnya tak lagi sekolah induk. Guru yang belum lolos, guru swasta boleh daftar ke sekolah mana saja dalam satu kota/kab yang sama. Sementara guru yang sejak awal tak mendaftar PPPK maka pada seleksi 2 dan 3 tidak bisa mendaftar susulan atau ikut seleksi.
Dari data seleksi tahap pertama, formasi guru kelas yang masih kosong tersebar di 10 SD. Sementara guru olahraga (Penjaskes) berada di 2 sekolah. Sedangkan formasi kekosongan guru di SMP Negeri tersebar di 15 sekolah. Formasi paling kosong adalah guru bimbingan konseling. Dari 15 kebutuhan guru, baru 2 sekolah yang terisi. Sebanyak 13 sekolah tidak ada guru honorer BK yang mendaftar alias nol pelamar. Disusul PKn masih kosong di 3 sekolah, guru seni budaya dan bahasa Indonesia kosong di dua sekolah. Guru Matematika masih kosong di SMP Negeri 4 Kota Cirebon.
Beberapa formasi ada yang mendaftar dalam jumlah besar, namun tak ada satu pun guru yang lolos. Seperti di SDN Silih Asih 2. Formasi hanya 1 yang mendaftar ada 24 orang, namun tak ada yang lolos. Hal sama terjadi pada satu formasi guru kelas di SDN Silih Asuh 2. Jumlah pelamar 28 orang tak ada yang lulus. Kasus pada formasi mapel terjadi pada mapel matematika di SMPN 4 Kota Cirebon. Pendaftarnya hingga 11 orang namun belum ada yang terbawa.
Guru-guru honorer sekolah negeri yang belum lulus, kembali akan bersaing pada seleksi tahap kedua pada 8-12 November mendatang. Menariknya, beberapa guru yang belum lolos adalah mereka yang usianya sudah senior dan pengabdiannya sudah lama. Mereka yang belum lolos ada juga yang nilainya di atas passing grade (abang batas). Namun karena nilai pesaing satu sekolahnya lebih tinggi maka yang diloloskan hanya satu kebutuhannya. Pada tahap kedua, guru-guru belum lolos akan memperbaiki peraihan nilai pada tahap 1. (*)